Saturday, January 31, 2009

Pembelajaran Hidup

"Ah itu mah pak wangsa aja, khan itu salah paham. Kenapa harus packing segala. Bisa kok diklarifikasi." Itu sebgaian kalimat yang disampaikan teman saya saat mendengar keluhan tentang kehebohan Facebook.  Emang itu sebuah kehebohan apa ? Biasa-biasa aja kali. Hehehehhe.  Tetapi memang harus kita telaah jauh ke depan, lebih tenang dan tentunya harus mendidik. Tokh sampai hari ini saya masih guru kok. Kebiasaan buruk seorang guru, adalah tidak suka ketika ada kesalahan dibiarkan aja, apalagi ini pembentukan karakter anak bangsa. Wah istilah pak Amin pun saya ambil.

Seorang pemimpin atau pun setiap individu tentunya dihargai atas apa yang dikerjakan, apa yang dihasilkan dan tentunya apa yang dia inginkan setelah itu. Apa tidak terbalik ? Tidak. Buat saya semua orang pasti melakukan yang terbaik, untuk dirinya, keluarganya dan tentunya harga dirinya. Semua jabatan dan kemudahan ada setelah kita melakukan sesuatu. Setelah menghasilkan sesuatu, serta ujungnya karena punya pandangan/visi ke depan. Kesalahan sikap yang saya pegang menjadi prinsip adalah, jangan pernah menjilat sesuatu yang telah kita canangkan. Saya memegang hal itu karena keinginan saya untuk tetap memegang prinsip hidup bukan menyelamatkan hidup. Prinsip hidup adalah pilihan, sementara meneyelamatkan hidup sepertinnya kuasa Tuhan. Ketika kita memain-mainkanprinsip hidup maka kita akan juga dipermainkan oleh irama kehidupan. Hidup tidak ada yang mengalir begitu saja. Hidup adalah mewarnai perjalanan kita di dunia, dengan hitam, putih, abu-abu bahkan merah. Ketika akhir hayat tiba, di padang masyar Allah akan memperlihatkan "lukisan yang kita buat terhadap kehidupan kita".

Kasus sms bukan hal yang ringan buat saya. Ada pernyataan pemimpin di depan orang lain, bahkan yang seharusnya tidak dikeluarkan sebelum diteliti kebenarannya.  Selain bisa menjadi fitnah, saya melihatnya ini konspirasi menjelekan identitas seseorang. Saya sampai detik ini menunggu jawab pertanyaan tersebut. Apakah benar itu pekerjaan si wangsa ? Itu ludah dan kotoran yang ditimpahkan kepada saya pribadi. Kita tunggu apakah orang tersebut mampu membuktikan. Soal saya packing adalah pembelajaran buat saya dan mereka. Buat saya pemimpin yang salah dan gagal, jangan pernah memimpin lagi. Kelak akan ada pertanggung jawaban di hadapan Allah.

Kemaren saya bahagia sekali, ketika kami para guru yang bertugas bisa bercanda-canda ria. Itu wajah SMA Negeri 8 sebenarnya. Kami satu tubuh, bahagia bersama, sakit bersama. Salah satu bercandanya kami,"pokoknya kalau ada kejadian yang salah, pasti ulah si wangsa." Kami semua tertawa bahagia, dari hati yang paling dalam saya terharu. "Sa, kamu bahagia, disakiti orang. Pahala orang itu mengalir ke kamu," kalimat selanjutnya dari guru tersebut. Saya benar-benar merasa di komunitas sebenarnya. Ya Allah terima kasih telah membuat saya bahagia.  Kami menutup hari itu dengan makan mie pangsit bersama. Ya Allah beri rahmat teman-teman saya tersebut, ampuni dan limpahkan kasih sayang  Mu, jangan berikan mereka kesulitan dalam melaksanakan tugas mereka dalam membimbing adik-adik saya di SMA Negeri 8.

Saya kenal mereka dari saat saya masih menjadi murid, mengajar di BTA tahun 1992, mengajar di SMA 8 tahun 1995, terus menghilang, baru tahun 2000 saya kembali. Jadi saya punya persepsi tentang mereka setelah saya kenal cukup lama mereka. Kenali baru mengeluarkan pernyataan. Kenali seseorang dari lingkungannya, teman-temannya, pergaulannya. Salah satunya adalah semua hal yang saya tulis di beberapa web pribadi.

Ini bukan masalah salah paham, ini konspirasi pembunuhan karakter pribadi. Dan in bukan masalah sepele. Jangan pernah menjilat kotoran yang kamu keluarkan. Itu hina dan amat hina.

2 comments:

nisa said...

pak wangsaaaa I always love to read your writings....... jangan pindah dulu pak.... :(

wangsajaya said...

yah tunggu kabar dari Tuhan pasti yang terbaik untuk kita, hehhehe