Friday, January 29, 2010

My Favourite Song

Bunga Citra Lestari

Saat Kau Pergi

Mengapa harus terjadi

Terpanah asmara

Sampai di hati saja

Someone like you

Ingkar

Cinta pertama

Perih


Aku tak mau sendiri

TITI DJ
Sempat melayani hatimu

Kuingin

Separuh hidupku

Sang dewi

Penyesalan

Takkan ada cinta yang lain

Engkau laksana bulan

Matamu

Hanya cinta yang bisa

Galau

Soal-soal Ujian SMA Negeri 8

Soal ujian satu.
Soal-soal ujian geografi PTN klik disini.
Soal try out SMA 8 Jakarta, download disini.
Kisi-kisi ujian Nasional silakan download disini.

A Brief History of SMA Negeri 8 Jakarta

SMA Negeri 8 Jakarta commenced as a school under name of SMA Negeri VIII/ABC on 1st Augustus 1958 in compliance with the letter of order of Minister of Culture and Education numbered 26/SK/B.111. The school was originally located in Slamet Rijadi Park.
In January 1959, it was moved to a new site next to SMP Negeri III Jakarta (State Junior High School III) on Jalan Manggarai Utara IV/6 Jatinegara. On 30th March 1971 SMA Negeri 8 Jakarta was permanently established on Jalan Taman Bukitduri Tebet where it was offially opened by Governor Ali Sadikin.

The following is a chronological brief history of SMA Negeri 8 Jakarta as of 1971 onwards;

• 1971 - 1984 The school faced years of long struggle and hardship in search for a path leading to a perfect and ideal character
for its own sake.
• 1984 - 1989 The school announced itself as one of the educational institutes readily obeying all laws and orders of the government which prohibit students delinquency and fight.
• 1989 - 1994 The school created harmonious collaboration among all residents of the school in order to pursue both academic and non-academic achievement.
• 1994 - 1996 SMA Negeri 8 Jakarta was appointed by Kanwil Depdiknas DKI Jakarta (A division of Department of Culture and Education) as one of the leading senior high schools throughout Indonesia’s Provinces.
• 1994 - 2000 It won top position in terms of the most students who passed EBTANAS (National Baccalaureate) and the most students who passed entrance test to Government leading universities throughout the provinces of Indonesia, as well as extended its service to include acceralerated classes (a class with two years of study which is cut down from its normal three years).
• 2002 - 2003 It initiated a pilot curriculum of 2004
• 2004 The opening of international classes, and the school was made as the center of astronomy study.
• 2005 - 2006 It won top position as one of the schools throughout Jakarta in terms of the most students who passed UAN (National Baccalaureate).
• 2007 It was officially appointed as one of the center for international class program and started to implement KTSP (curriculum based on the levels of education units)

Materi OSN Kebumian 2010

Buat teman-teman guru geografi yang sering berkutet dengan pelajaran geografi dan sering bertemu dengan materi kebumian, silakan di download materi berikut, semoga ada gunanya....

Materi satu.
Materi dua.
Materi ketiga.
Materi keempat.
Materi kelima.
Materi keenam.
Materi ketujuh.
Materi kedelapan.
Materi kesembilan.
Materi kesepuluh.
Materi kesebelas.
Materi keduabelas.
Materi ketigabelas.

Materi OSN Astronomi Lanjutan

Silakan untuk yang masih perlu materia astronomi.
Materi kelma belas.
Materi keenam belas.
Materi ketujuh belas.
Materi kedelapan belas.
Materi kesembilan belas.
Materi kedua puluh.
Materi kedua puluh satu.
Materi kedua puluh dua.
Materi kedua puluh tiga.
Materi kedua puluh empat.

OSN Astronomi 2010

Materi Astronomi terkadang sulit untuk mendapatkannya. SMA Negeri 8 Jakarta, sebagai salah satu science center Astronomi DKI Jakarta, acapkali menjadi tempat untuk menimba ilmu. Beberapa pelatihan dilakukan di SMA Negeri 8. Dr. Kunjaya salah seorang dosen astronimi ITB beberapa kali mengisi pelatihan tersebut. Begitu juga pegawai Planetarium TIM yang selalu menyempatkan hadir. Berikut materi-materi tersebut, semoga berguna buat teman-teman pembina Astronimi di sekolah.
Materi Satu .
Materi kedua.
Materi ketiga.
Materi keempat.
Materi kelima.
Materi keenam.
Materi ketujuh.
Materi kedelapan.
Materi kesembilan.
Materi kesepuluh.
Materi kesebelas.
Materi keduabelas.
Materi ketigabelas.
Materi keempatbelas. Untuk berhubungan silakan mengirimkan email. Semoga semakin maju pendidikan kita.

Bocoran UN Geografi 2010

Belajar dari soal-soal yang valid, dan teruji dapat meningkatkan kemampuan mengerjakan soal Ujian Nasional. Silakan download disin. Materi kedua. Materi ketiga. Materi keempat. Materi kelima. Materi keenam

Thursday, January 28, 2010

Persoalan UN adalah Cermin Masyarakat Indonesia

abu, 13 Januari 2010 | 10:20 WIB
shutterstock
Ilustrasi: Sebesar apapun tekanan terhadap rencana pelaksanaannya, UN tetap akan dilaksanakan dan diterima masyarakat, kendatipun sebetulnya itu adalah keterpaksaan.
TERKAIT:

* Persiapan UN Kuras Saku Siswa
* Wah... "Facebookers" juga Menolak UN!
* UN Bukan Satu-satunya Penentu Kelulusan

JAKARTA, KOMPAS.com - Semua persoalan terkait penyelanggaraan Ujian Nasional (UN) merupakan cerminan masyarakat Indonesia, yakni sulitnya memberantas budaya korupsi.

Artinya, persoalan UN justeru berpangkal dari sebuah persoalan paling fundamental di negara ini, yaitu korupsi. Persoalan yang tiada habisnya dipermasalahkan tanpa banyak yang bisa dituntaskan.

"Tetapi, kita sebagai pendidik dan pengelola pendidikan harus mengembalikan semuanya pada perjuangan anak-anak didik," ucap Kepala SMA Kolese Kanisius Jakarta, Rm Heru Hendarto, Selasa (12/1/2010).

"Saya sudah protes sana-sini, tetapi seberapa besar sih kekuatannya? Wong, putusan MA pun tidak ada yang diakomodir," tambahnya.

Menanggapi pandangan tersebut, pengamat pendidikan Darmaningtyas bahkan menyayangkan sikap Komisi X DPR RI jika kelak tidak tegas terhadap keteguhan pemerintah menggelar UN. Darmaningtyas beranggapan, banyak anggota Komisi X yang tidak paham akan banyaknya manipulasi di dalam pelaksanaan UN.

"Mereka tidak tahu, bahwa di lapangan itu banyak guru yang heran melihat murid-murid mereka sendiri kok standar nilai UN-nya tinggi sekali, jauh dari nilai hariannya," ujarnya.

Keterpaksaan

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan Kolese Gonzaga Romo Y. Alis Windu Prasetya mengatakan, sebesar apapun tekanan masyarakat terhadap rencana pelaksanaannya, UN tetap akan dilaksanakan dan diterima, kendatipun sebetulnya itu adalah keterpaksaan.

"Mau tak mau itu akan dilaksanakan, bahkan siswa kami sendiri pun sampai bertanya, untuk apa sebetulnya UN, karena kalau begini terus lebih tidak perlu ada UN," ujar Alis.

Siswa, kata Alis, adalah subyek pendidikan, bukan sebaliknya sebagai obyek, yang akhirnya malah menjadi korban dari pendidikan itu sendiri (kebijakan). Tidak heran, Alis mengaku geleng kepala melihat besarnya anggaran UN dan keluhan orang tua.

"Banyak hamburkan uang, UN itu tidak realistis, ada orang tua yang mengatakan hal semacam itu kepada kami, sebab ada UN berarti keluar tambahan biaya," ujarnya.

Lebih dari itu, kata Alis, pelaksanaan kebijakan UN yang selama ini menjadi penentu kelulusan pun sebetulnya kian menjauhkan apa yang disebutnya dengan otonomi sekolah.

"Itu omong kosong, kurikulum KTSP itu mestinya sesuai dengan otonomi sekolah, nyatanya?" tambah Alis.

Kiranya, apapun yang terjadi nanti di UN, sudah saatnya semua pihak saat ini berjuang demi anak-anak didik dengan cara-cara yang bermatabat. Yaitu, menjunjung tinggi kejujuran sebagai hal utama, demi masa depan anak didik.

PDI-P: UN Hasilkan Peta Pendidikan Palsu!

Laporan wartawan KOMPAS Ester Lince Napitupulu
Rabu, 27 Januari 2010 | 12:14 WIB
HERU SRI KUMORO/KOMPAS IMAGES
Ilustrasi: Heri mengatakan, penyelenggaraan UN yang dipakai sekarang ini telah terjadi kecurangan yang sistematis dan massif.
TERKAIT:

* Putusan UN Harus Dieksekusi
* Pernyataan SBY Bukan untuk Pendidikan
* Persoalan UN adalah Cermin Masyarakat Indonesia

JAKARTA, KOMPAS.com - Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) yang tetap dipaksakan pemerintah pada tahun ini pascaputusan Mahkamah Agung yang menolak kasasi pemerintah soal gugatan UN hanya menghasilkan peta pendidikan nasional yang palsu.
"Peta pendididikan nasional yang diklaim dari hasil UN juga palsu"
-- Heri Akhmadi

Hasil UN diyakini tidak mencerminkan kualitas pendidikan yang sesungguhnya, tetapi hasil dari kecurangan massif. Demikian pernyataan Fraksi PDI Perjuangan Komisi X DPR RI di Jakarta, Rabu (27/1/2010), terkait pelaksanaan Ujian nasional (UN) yang tetap dilaksanakan sebagai syarat kelulusan siswa.

Hadir dalam penyampaian pernyataan tersebut antara lain Heri Akhmadi, Ketua Fraksi PDI Perjuangan Komisi X, Dedi "Miing" Gumelar, Putu Guntur Soekarno, dan Guruh Irianto Sukarno Putra.

Heri mengatakan, penyelenggaraan UN yang dipakai sekarang ini telah terjadi kecurangan yang sistematis dan massif. "Peta pendididikan nasional yang diklaim dari hasil UN juga palsu," kata Heri.

Hal itu, tambah Heri, ditandai dengan adanya sejumlah sekolah yang kategorinya berkualitas tetapi banyak siswa yang tidak lulus. Bahkan, ada sekolah yang seluruh siswanya tidak lulus.

Di sisi lain, ada sejumlah sekolah yang kategorinya kurang berkualitas, justru bisa meluluskan seluruh siswanya. "Pemerintah tidak boleh menutup mata dan harus jujur mengakui bahwa ada masalah yang serius di balik penyelenggaraan UN saat ini," tegas Heri.

Wednesday, January 27, 2010

GEOGRAFI LINGKUNGAN DALAM RUANG LINGKUP GEOGRAFI





















A. GEOGRAFI LINGKUNGAN DALAM RUANG LINGKUP GEOGRAFI

1. Pengertian Geografi dan Geografi Lingkungan

Sebelum mendefinisikan geografi lingkungan (environmental geography), sangat berguna untuk memandang terlebih dulu konsep geografi secara umum. Salah satu kesalahan konsep yang umum terjadi adalah memandang geografi sebagai studi yang sederhana tentang nama-nama suatu tempat. Implikasi dari pemahaman seperti itu menyebakan terjadinya reduksi terhadap hakekat geografi. Geografi menjadi pengetahuan untuk menghafalkan tempat-tempat dimuka bumi, sehingga bidang ini menjadi kurang bermakna untuk kehidupan. Geografi sering juga dipandanng identik dengan kartografi atau membuat peta. Dalam prakteknya sering terjadi para geograf sangat trampil dalam membaca dan memahami peta, tetapi tidak tepat jika kegiatan membuat peta sebagai profesinya.

Kata geografi berasal dari geo=bumi, dan graphein=mencitra. Ungkapan itu pertama kali disitir oleh Eratosthenes yang mengemukakan kata “geografika”. Kata itu berakar dari geo=bumi dan graphika=lukisan atau tulisan. Jadi kata geographika dalam bahasa Yunani, berarti lukisan tentang bumi atau tulisan tentang bumi. Istilah geografi juga dikenal dalam berbagai bahasa, seperti geography (Inggris), geographie (Prancis), die geographie/die erdkunde (Jerman), geografie/ aardrijkskunde (Belanda) dan geographike (Yunani).

Bertahun-tahun manusia telah berusaha untuk mengenali lingkungan di permukaan bumi. Pengenalan itu diawali dengan mengunjungi tempat-tempat secara langsung di muka bumi, dan berikutnya menggunakan peralatan dan teknologi yang makin maju. Sejalan dengan pengenalan itu pemikiran manusia tentang lingkungan terus berkembang, pengertian geografi juga mengalami perubahan dan perkembangan. Pengertian geografi bukan sekedar tulisan tentang bumi, tetapi telah menjadi ilmu pengetahuan tersendiri disamping bidang ilmu pengetahuan lainnya. Geografi telah berkembang dari bentuk cerita tentang suatu wilayah dengan penduduknya menjadi bidang ilmu pengetahuan yan memiliki obyek studi, metode, prinsip, dan konsep-konsep sendiri sehingga mendapat tempat ditengah-tengah ilmu lainnya.

Berkaitan dengan kemajuan itu, konsep geografi juga mengalami perkembangan. Ekblaw dan Mulkerne mengemukakan, bahwa geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari bumi dan kehidupannnya, mempengaruhi pandangan hidup kita, makanan yang kita konsumsi, pakaian yang kita gunakan, rumah yang kita huni dan tempat rekreasi yang kita nikmati.

Bintarto (1977) mengemukakan, bahwa geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitra, menerangkan sifat bumi, menganalisis gejala alam dan penduduk serta mempelajari corak khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari unsur bumi dalam ruang dan waktu.

Hasil semlok peningkatan kualitas pengajaran geografi di Semarang (1988) merumuskan, bahwa geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan atau kelingkungan dalam konteks keruangan.

James mengemukakan geografi berkaitan dengan sistem keruangan, ruang yang menempati permukaan bumi. Geografi selalu berkaiatan dengan hubungan timbal balik antara manusia dan habitatnya.
Berdasarkan telaah terhadap konsep tersebut penulis berpendapat, bahwa geografi merupakan studi yang mempelajari fenomena alam dan manusia dan keterkaitan keduanya di permukaan bumi dengan menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Dalam pengertian itu beberapa aspek yang esensial, yaitu (1) adanya hubungan timbal balik antara unsur alam dan manusia (reciprocal). (2) Hubungan itu dapat bersifat interelatif, interaktif, dan intergratif sesuai dengan konteksnya. (3) cara memadang hubungan itu berisifat keruangan.

Berdasarkan konsep tersebut, studi Geografi bekaitan dengan pertanyaan-pertanyaan berikut ini.

  • Where is it?

  • Why is it there?

  • So what?


Dalam kata yang lain, Geografi mempelajari penyebaran keruangan dari sesuatu (bahasa, kegiatan ekonomi, pencemaran, rote transportasi, tanah, iklim, dan dan fenomena lainnya) untuk menemukan mengapa fenomena itu menyebar sebagaimana adanya. Geografi selanjutnya mencoba untuk menggambarkan terjadinya distribusi itu, dan dengan pemahaman itu dapat mengusulkan pemecahan masalah yang terjadi.
Preston James mencoba untuk memecahkan pertanyaan apakah geografi dengan memberikan batasan geografi menjadi empat tradisi utama, yaitu:

  1. The spatial tradition
    Geographers have long been concerned with mapping and the spatial arrangement of things. Some geographers were developing statistical methods to improve both the description and analysis of such spatial patterns (James). Because this trend was not without its critics, the James article is often seen as a fence-mending effort within the discipline.

  2. The area studies tradition
    Geographers such as Reclus and Humboldt were famous for their exhaustive descriptions of places. Even today, many geographers develop an expertise in the study of one or two regions. Typically, geographers will learn the language or langauges spoken in the region being studied and they will develop an understanding of both the natural physical features and of the human activities and patterns. The goal is to become an expert on the region as it is and to study specific problems or questions about the region.

  3. The man-land tradition
    Beginning with George Perkins Marsh in the middle of the nineteenth century, geographers have sought to understand how the natural environment either determines or constrains human behavior and how humans, in turn, modify the physical world around them. Given the inherent sexism of this title, most geographers would now use the term "human-environment" to describe this tradition.

  4. The Earth sciences tradition
    Many geography programs in the United States emerged from geology departments, and the connection between the disciplines remains strong. Most geographers -- even if they focus on human geography -- receive some training in such physical geography areas landforms, climate, soils, and the distribution of plants.


Keberadaan geografi lingkungan tak terlepas dari masalah lingkungan, khsususnya hubungan antara pertumbuhan penduduk, konsumsi sumberdaya, dan peningkatan intensitas masalah akibat ekploitasi sumberdaya yang berlebihan. Geografi lingkungan dapat memberikan kombinasi yang kuat perangkat konseptual untuk memahami masalah lingkungan yang kompleks.

Geografi lingkungan cenderung pada geografi manusia atau intergrasi geografi manusia dan fisik dalam memahami perubahan lingkungan global. Geografi lingkungan menggunakan pendekatan holistik. Geografi lingkungan melibatkan beberapa aspek hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan. Untuk memahami masalah-masalah lingkungan tidak mungkin tanpa pemahaman proses ekonomi, budaya, demografi yang mengarah pada konsumsi sumberdaya yang meningkat dan generasi yang merosot. Kebanyakan proses tersebut kompleks dan tranasional. Solusi potensial hanya dengan memahami fungsi siklus biokimia (sirkulasi air, karbon, nitrogen, dan sebagainya) dan juga teknologi yang digunakan manusia untuk campur tangan pada siklus itu.

Atas dasar perspektif tersebut, dapat disarkan bahwa geografi lingkungan merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari lokasi dan variasi keruangan fenomena alam (fisis) maupun manusia di permukaan bumi. (Environmental geography is the scientific study ot the location and spatial variation in both physical and human phenomena of Earth) (James Hayes-Bohanan).

2. Obyek Geografi
Setiap disiplin ilmu memilki obyek yang menjadi bidang kajiannya.

Obyek bidang ilmu tersebut berupa obyek matrial dan obyek formal. Obyek material berkaitan dengan substansi materi yang dikaji, sedangkan obyek formal berkaitan dengan pendekatan (cara pandang) yang digunakan dalam menganalisis substansi (obyek material) tersebut.

Pada obyek material, antara bidang ilmu yang satu dengan bidang ilmu yang lain dapat memiliki substansi obyek yang sama atau hampir sama.Obyek material ilmu geografi adalah fenomena geosfer, yang meliputi litosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Obyek materal itu juga menjadi bidang kajian bagi disiplin ilmu lain, seperti geologi, hidrologi, biologi, fisika, kimia, dan disiplin ilmu lain. Sebagai contoh obyek material tanah atau batuan. Obyek itu juga menjadi bidang kajian bagi geologi, agronomi, fisika, dan kimia.

Oleh karena itu untuk membedakan disiplin ilmu yang satu dengan disiplin ilmu yang lain dapat dilakukan dengan menelaah obyek formalnya. Obyek formal geografi berupa pendekatan (cara pandang) yang digunakan dalam memahami obyek material. Dalam konteks itu geografi memilki pendekatan spesifik yang membedakan dengan ilmu-ilmu lain. Pendekatan spesifik itu dikenal dengan pendekatan keruangan (spatial approach). Selain pendekatan keruangan tersebut dalam geografi juga dikenali adanya pendekatan kelingkungan (ecological approach), dan pendekatan kompleks wilayah (regional complex approach).
3. Prinsip Geografi

Prinsip merupakan dasar yang digunakan sebagai landasan dalam menjelaskan suatu fenomena atau masalah yang terjadi. Prinsip juga berfungsi sebagai pegangan/pedoman dasar dalam memahami fenomena itu. Dengan prinsip yang dimiliki, gejala atau permasalahan yang terjadi secara umum dapat dijelaskan dan dipahami karakteristik yang dimilikinya dan keterkaitan dengan fenomena atau permasalahan lain.

Setiap bidang ilmu memiliki prinsip sendiri-sendiri. Ada kemungkinan satu atau beberapa prinsip bidang ilmu itu memiliki kesamaan dengan prinsip bidang ilmu yang lain, tetapi juga ada kemungkinan berbeda sama sekali. Dalam bidang geografi dikenali sejumlah prinsip, yaitu: prinsip penyebaran, prinsip interelasi, prinsip deskripsi dan prinsip korologi.

  1. Prinsip Penyebaran
    Dalam prinsip ini fenomena atau masalah alam dan manusia tersebar di permukaan bumi. Penyebaran fenomena atau permasalahan itu tidak merata. Fenomena sumber air tentu tidak dijumpai di semua tempat. Demikian pula permasalahan pencemaran air juga tidak dijumpai disemua sungai atau laut.

  2. Prinsip Interelasi
    Fenomena atau permasalahan alam dan manusia saling terjadi keterkaitan antara aspek yang satu dengan aspek yang lainnya. Keterkaitan itu dapat terjadi antara aspek fenomena alam dengan aspek fenomena alam lain, atau fenomena aspek manusia dengan aspek fenomena manusia. Fenomena banjir yang terjadi di wilayah hilir terjadi karena kerusakan hutan di bagian hulu. Kerusakan hutan alam itu dapat terjadi karena perilaku menusia. Perilaku manusia yang demikian terjadi karena kesadaran terhadap fungsi hutan yang rendah.

  3. Prinsip Deskripsi
    Fenomena alam dan manusia memiliki saling keterkaiatan. Keterkaitan antara aspek alam (lingkungan) dan aspek manusia itu dapat dideskripsikan. Pendiskripsian itu melalui fakta, gejala dan masalah, sebab-akibat, secara kualitatif maupun kuantitatif dengan bantuan peta, grafik, diagram, dll.

  4. Prinsip Korologi
    Prinsip korologi merupakan prinsip keterpaduan antara prinsip penyebaran, interelasi dan deskripsi. Fenomena atau masalah alam dan manusia dikaji penyebarannya, interelasinya, dan interaksinya dalam satu ruang. Kondisi ruang itu akan memberikan corak pada kesatuan gejala, kesatuan fungsi dan kesatuan bentuk.


4. Konsep Esensial Geografi

Konsep merupakan pengertian yang menunjuk pada sesuatu. Konsep esensial suatu bidang ilmu merupakan pengertian-pengertian untuk mengungkapan atau menggambaran corak abstrak fenomena esensial dari obyek material bidang kajian suatu ilmu. Oleh karena itu konsep dasar merupakan elemen yang penting dalam memahami fenomena yang terjadi.

Dalam geografi dikenali sejumlah konsep esensial sebagai berikut.

Menurut Whiple ada lima konsep esensial, yaitu:

  1. bumi sebagai planet

  2. variasi cara hidup

  3. variasi wilayah alamiah

  4. makna wilayah bagi manusia

  5. pentingnya lokasi dalam memahami peristiwa dunia


Dalam mengungkapkan konsep geografi itu harus selalu dihubungkan dengan penyebarannya, relasinya, fungsinya, bentuknya, proses terjadinya, dan lain-lain sebagainya. Sebagai contoh ungkapan konsep “variasi cara hidup” setidaknya harus terabstraksikan mata pencaharian penduduk, proses terbentuknya mata pencaharian itu, penyebaran mata pencaharian itu, jumlah penduduk yang bekerja pada masing-masing mata pencaharian itu, dan dinamika mata pencaharian itu.

Menurut J Warman ada lima belas konsep esensial, yaitu:

  1. wilayah atau regional

  2. lapisan hidup atau biosfer

  3. manusia sebagai faktor ekologi dominan

  4. globalisme atau bumi sebagai planet

  5. interaksi keruangan

  6. hubungan areal

  7. persamaan areal

  8. perbedaan areal

  9. keunikan areal

  10. persebaran areal

  11. lokasi relatif

  12. keunggulan komparatif

  13. perubahan yang terus menerus

  14. sumberdaya dibatasi secara budaya

  15. bumi bundar diatas kertas yang datar atau peta


Dengan menggunakan konsep-konsep tersebut dapat diungkapkan berbagai gejala dan berbagai masalah yang terjadi di lingkungan sekitar kita. Penggunaan konsep itu akan memudahkan pemahaman terhadap sebab akibat, hubungan, fungsi, proses terjadinya gejala dan masalah sehari-hari. Selanjutnya dari kenyataan itu dikembangkan menjadi satu abstraksi, disusun model-model atau teori berkaitan dengan gejala, masalah dan fakta yang dihadapi. Jika ada satu masalah dapat dicoba disusun model alternatif pemecahannya. Sedangkan jika yang dihadapi suatu kenyaan kehidupan yang perlu ditingkatkan tarapnya, maka dapat disusun model dan pola pengembangan kehidupan itu. Dari berbagai konsep itu dapat disusun suatu kaidah yang tingkatnya tinggi dan berlaku secara umum yang disebut generalisasi.

5. Ruang Lingkup Geografi

Studi geografi mencakup analisis gejala manusia dan gejala alam. Dalam studi itu dilakukan analisis persebaran-interelasi-interaksi fenomena atau masalah dalam suatu ruang.

Menurut Rhoad Murphey ruang lingkup geografi sebagai berikut. (1) distribusi dan hubungan timbal balik antara manusia di permukaan bumi dengan aspek-aspek keruangan permukiman penduduk dan kegunaan dari bumi. (2) hubungan timbal balik antara masyarakat dengan lingkungan fisiknya sebagai bagian studi perbedaan area. (3) kerangka kerja regional dan analisis wilayah secara spesifik.

Berdasarkan uraian tersebut terlihat, bahwa ruang lingkup geografi tidak terlepas dari aspek alamiah dan aspek insaniah yang menjadi obyek studinya. Aspek itu diungkapkan dalam satu ruang berdasarkan prinsip-prinsip penyebarannya, relasinya, dan korologinya. Selanjutnya prinsip relasi diterapkan untuk menganalisis hubungan antara masyarakat manusia dengan lingkungan alamnya yang dapat mengungkapkan perbedaan arealnya, dan penyebaran dalam ruang. Akhirnya prinsip, penyebaran, dan korologi pada studi geografi dapat mengungkapkan karakteristik suatu wilayah yang berbeda dengan wilayah lainnya sehingga terungkap adanya region-region yang berbeda satu sama lain.

Untuk mengunkanpan fenomena atau permasalahan yang terjadi digunakan pertanyaan-pertanyaan geografi. Untuk pertanyaan what? Geografi dapat menunjukkan fenomena apa yang terjadi? Untuk pertanyaan when, geografi dapat menunjukkan kapan peristiwa itu terjadi. Untuk pertanyaan where? Geografi dapat menunjukkan lokasi terjadinya peristiwa. Untuk pertanyaan why? Geografi dapat menunjukkan relasi-interelasi-interaksi-integrasi gejala-gejala itu sebagai faktor yang tidak terlepas satu sama lain. Untuk pertanyaan how? Geografi dapat menunjukkan kualaitas dan kuantitas gejala dan interelasi/interaksi gejala-gejala tadi dalam ruang yang bersangkutan.

6. Hakekat Geografi

Untuk mendapat konsep yang lebih mendalam dalam uraian berikut akan dibahas hakekat geografi. Menurut Karl Ritter bahwa geografi mempelajari bumi sebagai tempat tinggal manusia. Dalam konsep itu, sebagai tempat tinggal manusia berkenaan dengan ruang yang memiliki struktur, pola, dan proses yang terbentuk oleh aktivitas manusia.

Selain itu konsep “tempat tinggal manusia” tidak hanya terbatas pada permukaan bumi yang ditempati oleh manusia, tetapi juga wilayah-wilayah permukaan bumi yang tidak dihuni oleh manusia sepanjang tempat itu penting artinya bagi kehidupan manusia.

Bertitik tolak pada pemikiran itu studi geografi meluputi segala fenomena yang terdapat dipermukaan bumi, baik alam organik maupun alam anorganik yang ada hubungannya dengan kehidupan manusia. gejala organik dan anorganik itu dianalisis peyebarannya, perkembangannya, interelasinya, dan interaksinya.

Sebagai suatu bidang ilmu, geografi selalu melihat fenomena dalam konteks ruang secara keseluruhan. Gejala dalam ruang diperhatikan secara seksama. Perhatian itu dilakukan dengan selalu mengkaji faktor alam dan faktor manusia, dan keterkaitan keduanya yang membentuk integrasi keruangan di wilayah yang bersangkutan. Gejala – interelasi- interaksi – integrasi keruangan menjadi hakekat kerangka kerja utama geografi. Kerangka analisisnya selalu menggunakan pertanyaan geografi.

7. Klasifikasi dan Cabang-Cabang Geografi

Disiplin ilmu geografi memiliki cakupan obyek yang luas. Obyek itu mencakup fenomena alam dan manusia, dan keterkaitan antar keduanya.Untuk mempelajari obyek yang demikian luas tumbuh cabang-cabang geografi yang dapat memberikan analisis secara mendalam terhadap obyek yang dipelajarinya. Cabang-cabang ilmu geografi dapat dirinci sebagai berikut.

Menurut Huntington, geografi terbagi empat cabang, yaitu:

  1. Geografi Fisik yang mempelajari faktor fisik alam

  2. Pitogeografi yang mempelajari tanaman

  3. Zoogeografi yang mempelajarai hewan

  4. Antropogeografi yang mempelajari manusia.


Menurut Muller dan Rinner, cabang-cabang geografi terdiri atas:

  1. Geografi Fisik yang terdari atas geografi matematika, geografi tanah dan hidrologi, klimatologi, geografi mineral dan sumberdaya, geografi tanaman, dan geografi tata guna lahan

  2. Geografi Manusia meliputi geografi budaya (geografi penduduk, geografi sosial, dan geografi kota), Geografi ekonomi (geografi pertanian, geografi transportasi dan komunikasi) geografi politik

  3. Geografi regional


Menurut Hagget, cabang geografi dapat diuraikan sebagai berikut.

  1. Geografi fisik merupakan cabang geografi yang mempelajari gejala fisik di permukaan bumi. Gejala fisik itu terdiri atas tanah, air, udara dengan segala prosesnya. Bidang kajian dalam geografi fisik adalah gejala alamiah di permukaan bumi yang menjadi lingkungan hidup manusia. Oleh karena itu keberadaan cabang ilmu ini tidak dapat dipisahkan dengan mansuia.

  2. Geografi Manusia

    1. Geografi manusia merupakan cabang geografi yang obyek kajiannya keruangan manusia. Aspek-aspek yang dikaji dalam cabang ini termaasuk kependudukan, aktivitas manusia yang meliputi aktivitas ekonomi, aktivitas politik, aktivitas sosial dan aktivitas budayanya. Dalam melakukan studi aspek kemanusiaan, geografi manusia terbagi dalam cabang-cabang geografi penduduk, geografi ekonomi, geografi politik, geografi permukiman dan geografi sosial.

    2. Geografi penduduk merupakan cabang geografi manusia yang obyek studinya keruangan penduduk. Obyek studi ini meliputi penyebaran, densitas, perbandingan jenis kelamin penduduk dari suatu wilayah.

    3. Geografi Ekonomi merupakan cabang geografi manusia yang bidang kajiannya berupa struktur keruangan aktivitas ekonomi. Titik berat kajiannya pada aspek keruangan struktur ekonomi masyarakat, termasuk bidang pertanian, industri, perdagangan, transportasi, komunikasi, jasa, dan sebagainya. Dalam analisisnya, faktor lingkungan alam ditinjau sebagai faktor pendukung dan penghambat struktur aktivitas ekonomi penduduk. Geografi ekonomi mencakup geografi pertanian, geografi industri, geografi perdagangan, geografi transportasi dan komunikasi.

    4. Geografi Politik merupakan cabang geografi manusia yang bidang kajiannya adalah aspek keruangan pemerintahan atau kenegaraan yang meliputi hubungan regional dan internasional, pemerintahan atau kenegaraan dipermukaan bumi. Dalam geografi politik, lingkungan geografi dijadikan sebagain dasar perkembangan dan hubungan kenegaraan. Bidang kajian geografi politik relatif luas, seperti aspek keruangan, aspek politik, aspek hubungan regional, dan internasional.

    5. Geografi permukiman adalah cabang geografi yang obyek studinya berkaitan dengan perkembangan permukimam di suatu wilayah permukaan bumi. Aspek yang dibahas adalah kapan suatu wilayah dihuni manusia, bagaimana bentuk permukimannya, faktor apa yang mempengaruhi perkembangan dan pola permukiman.



  3. Geografi Regional merupakan diskripsi yang menyeluruh antara aspek manusia dan aspek alam (lingkungan). Fokus kajiannya adalah interelasi, interaksi dan integrasi antara aspek alam dan manusia dalam suatu ruang tertentu.


Dalam pengkajian gejala dan masalah geografi harus selalu terpadu. Walaupun geografi fisik mengkaji aspek fisik, tetapi selalu mengkaitkannya dengan aspek manusia dalam suatu “ruang”. Sebaliknya geografi manusia selalu mengkaitkan dirinya dengan aspek-aspek fisik geografi. Geografi akan kehilangan “jati dirinya” jika tidak terjadi konsep keterpaduan.

Dalam tataran sistematika tersebut, geografi lingkungan merupakan bagian dari geografi regional. Karena, dalam perspektif bidang ini memberi tekanan pada hubungan antara manusia dengan lingkungannya sehingga terlihat karakteristk lingkungan di wilayah tersebut.

8. Pendekatan-Pendekatan Geografi

Geografi merupakan pengetahuan yang mempelajarai fenomena geosfer dengan menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Berdasarkan definisi geografi tersebut ada dua hal penting yang perlu dipahami, yaitu:

  1. obyek studi geografi (Obyek studi geografi adalah fenomena geosfere yang meliputi litosfere, hidrosfera, biosfera, atmosfera, dan antrophosfera), dan

  2. pendekatan geografi


Mendasarkan pada obyek material ini, geografi belum dapat menunjukan jati dirinya. Sebab, disiplin ilmu lain juga memiliki obyek yang sama. Perbedaan geografi dengan disiplin ilmu lain terletak pada pendekatannya. Sejalan dengan hal itu Hagget (1983) mengemukakan tiga pendekatan, yaitu:

  1. pendekatan keruangan,

  2. pendekatan kelingkungan, dan

  3. pendekatan kompleks wilayah


Pendekatan Keruangan.

Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksisitensi ruang dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola (spatial pattern), dan proses (spatial processess) (Yunus, 1997).

Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan strutkur, pola dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbulkan dalam tiga bentuk utama, yaitu: (1) kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis (line features), dan (3) kenampakan bidang (areal features).

Kerangka kerja analisis pendekatan keruangan bertitik tolak pada permasalahan susunan elemen-elemen pembentuk ruang. Dalam analisis itu dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.

  1. What? Struktur ruang apa itu?

  2. Where? Dimana struktur ruang tesebut berada?

  3. When? Kapan struktur ruang tersebut terbentuk sperti itu?

  4. Why? Mengapa struktur ruang terbentuk seperti itu?

  5. How? Bagaimana proses terbentukknya struktur seperti itu?

  6. Who suffers what dan who benefits whats? Bagaimana struktur


Keruangan tersebut didayagunakan sedemikian rupa untuk kepentingan manusia. Dampak positif dan negatif dari keberadaan ruang seperti itu selalu dikaitkan dengan kepentingan manusia pada saat ini dan akan datang.

Pola keruangan berkenaan dengan distribusi elemen-elemen pembentuk ruang. Fenomena titik, garis, dan areal memiliki kedudukan sendiri-sendiri, baik secara implisit maupun eksplisit dalam hal agihan keruangan (Coffey, 1989). Beberapa contoh seperti cluster pattern, random pattern, regular pattern, dan cluster linier pattern untuk kenampakan-kenampakan titik dapat diidentifikasi (Whynne-Hammond, 1985; Yunus, 1989).

Agihan kenampakan areal (bidang) dapat berupa kenampakan yang memanjang (linier/axial/ribon); kenampakan seperti kipas (fan-shape pattern), kenampakan membulat (rounded pattern), empat persegi panjang (rectangular pattern), kenampakan gurita (octopus shape pattern), kenampakan bintang (star shape pattern), dan beberapa gabungan dari beberapa yang ada. Keenam bentuk pertanyaan geografi dimuka selalu disertakan dalam setiap analisisnya.

Proses keruangan berkenaan dengan perubahan elemen-elemen pembentuk ruang dana ruang. Oleh karena itu analisis perubahan keruangan selalu terkait dengan dengan dimensi kewaktuan (temporal dimension). Dalam hal ini minimal harus ada dua titik waktu yang digunakan sebagai dasar analisis terhadap fenomena yang dipelajari.

Kerangka analisis pendekatan keruangan dapat dicontohkan sebagai berikut.

“....belakangan sering dijumpai banjir dan tanah longsor. Bencana itu terjadi di kawasan hulu sungai Konto Pujon Malang. Bagaimana memecahkan permasalahan tersebut dengan menggunakan pendekatan keruangan?

Untuk itu diperlukan kerangka kerja studi secara mendalam tentang kondisi alam dan masyarakat di wilayah hulu sungai Konto tersebut. Pada tahap pertama perlu dilihat struktur, pola, dan proses keruangan kawasan hulu sungai Konto tersebut. Pada tahap ini dapat diidentifikasi fenomena/obyek-obyek yang terdapat di kawasan hulu sungai Konto. Setelah itu, pada tahap kedua dapat dilakukan zonasi wilayah berdasarkan kerakteristik kelerengannya. Zonasi itu akan menghasilkan zona-zona berdasarkan kemiringannya, misalnya curam, agak curam, agak landai, landai, dan datar. Berikut pada tahap ketiga ditentukan pemanfaatan zona tersebut untuk keperluan yang tepat. Zona mana yang digunakan untuk konservasi, penyangga, dan budidaya. Dengan demikian tidak terjadi kesalahan dalam pemanfaatan ruang tersebut. Erosi dan tanah langsung dapat dicegah, dan bersamaan dengan itu dapat melakukan budidaya tanaman pertanian pada zona yang sesuai.

Studi fisik demikian saja masih belum cukup. Karakteristik penduduk di wilayah hulu sungai Konto itu juga perlu dipelajari. Misalnya jenis mata pencahariannya, tingkat pendidikannya, ketrampilan yang dimiliki, dan kebiasaan-kebiasaan mereka. Informasi itu dapat digunakan untuk pengembangan kawasan yang terbaik yang berbasis masyarakat setempat. Jenis tanaman apa yang perlu ditanam, bagaimana cara penanamannya, pemeliharaannya, dan pemanfaatannya. Dengan pendekatan itu terlihat interelasi, interaksi, dan intergrasi antara kondisi alam dan manusia di situ untuk memecahkan permasalahan banjir dan tanah longsor.

b. Pendekatan Kelingkungan (Ecological Approach).

Dalam pendekatan ini penekanannya bukan lagi pada eksistensi

ruang, namun pada keterkaitan antara fenomena geosfera tertentu dengan varaibel lingkungan yang ada. Dalam pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya tidak mengkaitkan hubungan antara makluk hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi harus pula dikaitkan dengan (1) fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam beserta relik fisik tindakan manusia. (2) perilaku manusia yang meliputi perkembangan ide-ide dan nilai-nilai geografis serta kesadaran akan lingkungan.

Dalam sistematika Kirk ditunjukkan ruang lingkup lingkungan geografi sebagai berikut. Lingkungan geografi memiliki dua aspek, yaitu lingkungan perilaku (behavior environment) dan lingkungan fenomena (phenomena environment). Lingkungan perilaku mencakup dua aspek, yaitu pengembangan nilai dan gagasan, dan kesadaran lingkungan. Ada dua aspek penting dalam pengembangan nilai dan gagasan geografi, yaitu lingkungan budaya gagasan-gagasan geografi, dan proses sosial ekonomi dan perubahan nilai-nilai lingkungan. Dalam kesadaran lingkungan yang penting adalah perubahan pengetahuan lingkungan alam manusianya.

Lingkungan fenomena mencakup dua aspek, yaitu relik fisik tindakan manusia dan fenomena alam. Relic fisik tindakan manusia mencakup penempatan urutan lingkungan dan manusia sebagai agen perubahan lingkungan. Fenomena lingkungan mencakup produk dan proses organik termasuk penduduk dan produk dan proses anorganik.

Studi mandalam mengenai interelasi antara fenomena-fenomena geosfer tertentu pada wilayah formal dengan variabel kelingkungan inilah yang kemudian diangap sebagai ciri khas pada pendekatan kelingkungan. Keenam pertanyaan geografi tersebut selalu menyertai setiap bentuk analisis geografi. Sistematika tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Kerangka umum analisis pendekatan kelingkungan dapat dicontohkan sebagai berikut.

Masalah yang terjadi adalah banjir dan tanah longsor di Ngroto Pujon Malang. Untuk mempelajari banjir dengan pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan tindakan sebagai berikut. (1) mengidentifikasi kondisi fisik di lokasi tempat terjadinya banjir dan tanah longsor. Dalam identifikasi itu juga perlu dilakukan secara mendalam, termasuk mengidentifikasi jenis tanah, tropografi, tumbuhan, dan hewan yang hidup di lokasi itu. (2) mengidentifikasi gagasan, sikap dan perilaku masyarakat setempat dalam mengelola alam di lokasi tersebut. (3) mengidentifikasi sistem budidaya yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup (cara bertanam, irigasi, dan sebagainya). (4) menganalisis hubungan antara sistem budidaya dengan hasil dan dampak yang ditimbulkan. (5) mencari alternatif pemecahan atas permasalahan yang terjadi.

Dalam geografi lingkungan, pendekatan kelingungan mendapat peran yang penting untuk memahami fenomena geosfer. Dengan pendekatan itu fenomena geosfer dapat dipahami secara holistik sehingga pemecahan terhadap masalah yang timbul juga dapat dikonsepsikan secara baik.

c. Pendekatan Kompleks Wilayah

Permasalahan yang terjadi di suatu wilayah tidak hanya melibatkan elemen di wilayah itu. Permasalahan itu terkait dengan elemen di wilayah lain, sehingga keterkaitan antar wilayah tidak dapat dihindarkan. Selain itu, setiap masalah tidak disebabkan oleh faktor tunggal. Faktor determinannya bersifat kompleks. Oleh karena itu ada kebutuhan memberikan analisis yang kompleks itu untuk memecahkan permasalahan secara lebih luas dan kompleks pula.

Untuk menghadapi permasalahan seperti itu, salah satu alternatif dengan menggunakan pendekatan kompleks wilayah. Pendekatan itu merupakan kombinasi antara pendekatan yang pertama dan pendekatan yang kedua. Oleh karena sorotan wilayahnya sebagai obyek bersifat multivariate, maka kajian bersifat hirisontal dan vertikal. Kajian horisontal merupakan analisis yang menekankan pada keruangan, sedangkan kajian yang bersifat vertikal menekankan pada aspek kelingkungan. Adanya perbedaan antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain telah menciptakan hubungan fungsional antara unit-unit wilayah sehingga tercipta suatu wilayah, sistem yang kompleks sifatnya dan pengkajiannya membutuhkan pendekatan yang multivariate juga.

Kerangka umum analisis pendekatan kompleks wilayah dapat dicontohkan sebagai berikut.

Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana memecahkan masalah urbanisasi. Masalah itu merupakan masalah yang kompleks, melibatkan dua wilayah, yaitu wilayah desa dan kota. Untuk memecahkan masalah itu dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut.

  1. menerapkan pendekatan keruangan, seperti dicontohkan pada pendekatan pertama

  2. menerapkan pendekatan kelingkungan, sebagaimana dicontohkan pada pendekatan kedua

  3. menganalisis keterkaitan antara faktor-faktor di wilayah desa dengan di kota


9. Paradigma dalam Geografi

Pengertian paradigma secara komprehensif yaitu merupakan kesamaan pandang keilmuan yang didalamnya tercakup asumsi-asumsi, prosedur-prosedur dan penemuan-penemuan yang diterima oleh sekelompok ilmuan dan secara berbarengan menentukan corak/pola kegiatan ilmiah yang tetap. Selain itu, paradigma juga diartikan sebagai keseluruhan kumpulan (konstelasi) kepercayaan, nilai-nilai, cara-cara (teknik) dan sebagainya yang dianut warga suatu komunitas tertentu.

Menurut Harvey dan Holly pengertian paradigma dibedakan atas tiga macam pengertian yaitu:

  1. Paradigma Metafisika atau metaparadigm yang menggambarkan pandangan secara global keseluruhan sebuah ilmu, dimana mempunyai fungsi dasar yaitu, menetapkan apa saja yang sebenarnya (dan yang bukan ) menjadi urusan masyarakat ilmiah tertentu, memberi petunjuk kepada ilmuwan kearah mana melihat (dan arah mana yang tidak usah dilihat) agar menemukan apa-apa yang sebenarnya menjadi urusannya, serta memberi petunjuk kepada ilmuwan apa yang dapat diharapkan untuk ditemukan jika ia mendapatkan dan menyelidiki apa-apa yang sebenarnya menjadi urusan dalam bidang ilmunya.Paradigma ini mencakup wilayah konsensus paling luas dalam suatu disiplin dan menetapkan bagian-bagian wilayah penelitian.

  2. Paradigma Sosiologis, pengertiannya hanya terbatas pada keberhasilan ilmiah yang konkret yang mendapat pengakuan secara universal.

  3. Paradigma Artefak atau Construct paradigm mengandung artian paling sempit, yang dapat berarti apa-apa yang secara khas (spesifik) termuat dalam suatu buku, instrumen ataupun hasil karya pengetahuan klasik. Secara konseptual paradigma Artefak ada dalam lingkup cakupan paradigma Sosiologis, dan paradigma Sosiologis ada dalam lingkup cakupan Metaparadigm.


Dari segi ini ternyata geografi sosial sebagai ilmu telah mengalami berbagai periode perkembangannya. Masing-masing periode menunjukkan kesamaan karakter persepsi terhadap apa yang disebut sebagai suatu Paradigma.

Contoh paradigma dalam geografi sosial antara lain yaitu :

  1. Paradigma Determinisme lingkungan yang dikembangkan oleh Ratzel

  2. Paradigma atau faham Posibilitis sekaligus sebagai salah satu pengembang paradigma regional yang dikembangkan oleh Vidal

  3. Paradigma Bentang alam budaya yang juga menerapkan pendekatan kesejahteraan yang dikembangkan oleh Saver

  4. Paradigma Regional di Amerika yang dikembangkan oleh Hatshorne

  5. Paradigma Keruangan yang dikembangkan oleh Schaefer yang merupakan penganut positivisme ilmu


Sebenarnya perkembangan keilmuan yang terjadi pada ilmu pengetahuan bersifat evolutif dan berjalan melalui kurun waktu yang relatif panjang sehingga perkembangan-perkembangan yang telah berkembang sebelumnya, sejalan dengan perkembangan kualitas ilmu pengetahuan beserta alat-alat bantu penelitian dan analisisnya.

10. Periode Perkembangan Paradigma-paradigma Tradisional

Pada masa paradigma tradisional muncul 3 macam paradigma dalam studi geografi. Secara garis besarnya dimulai sebelum tahun 1960-an, antara lain:

  1. Paradigma Eksplorasi

  2. Paradigma Environmentalisme

  3. Paradigma Regionalisme


Masing-masing paradigma ini menunjukkan sifat-sifatnya sendiri dan produknya yang merupakan pencerminan perkembangan suatu tuntutan kehidupan serta pencerminan perkembangan teknologi penelitian serta analisis yang ada.

a. Paradigma eksplorasi

Menunjukkan proses perkembangan awal dari pada “geographical thought” yang pernah dikenal arsipnya. Kekuasaan paradigma ekplorasi ini terlihat dari upaya pemetaan-pemetaan, penggambaran-penggambaran tempat-tempat baru yang belum banyak diketahui dan pengumpulan fakta-fakta baru yang belum banyak diketahui dan pengumpulan tempat-tempat baru yang belum banyak diketahui dan pengumpulan fakta-fakta dasar yang berhubungan dengan daerah-daerah baru. Dari kegiatan inilah kemudian muncul tulisan-tulisan atau gambaran-gambaran, peta-peta daerah baru yang sangat menarik dan menumbuhkan motivasi yang kuat bagi para peneliti untuk lebih menyempurnakan produk yang sudah ada, baik berupa tulisan maupun peta-petanya.

Penemuan-penemuan daerah baru yang sebelumnya belum banyak dikenal oleh masyarakat barat mulai bermunculan pada saat itu. Sifat dari pada produk yang dihasilkan berupa deskriptif dan klasifikasi daerah baru beserta fakta-fakta lapangannya. Suatu hal yang mencolok adalah sangat terbatasnya latar belakang teoritis yang mendasari penelitian-penelitian yang dilaksanakan. Inilah sebabnya ada beberapa pihak yang menganggap bahwa untuk menyebut perkembangan “geographical thought” atau pikiran/ gagasan secara geografi sebagai suatu deskripsi sederhana tentang apa yang diketahui dan dihasilkan dari pengaturan (ordering) dan klasifikasi (classification) data yang masih sangat sederhana.

b. Paradigma Environmentalisme

Paradigma ini muncul sebagai perkembangan selanjutnya dari metode terdahulu. Pentingnya sajian yang lebih akurat dan detail telah menuntut peneliti-peneliti pada masa ini untuk melakukan pengukuran-pengukuran lebih mendalam lagi mengenai elemen-elemen lingkungan fisik dimana kehidupan manusia berlangsung. Paradigma ini terlihat mencuat pada akhir abad sembilan belas, dimana pendapat mengenai peranan yang besar dari “lingkungan fisik” terhadap pola-pola kegiatan manusia di permukaan bumi bergaung begitu lantang (geographical determinism). Bahkan, sampai pertengahan abad dua puluh saja, ide-ide ini masih terasa gemanya.

Bentuk-bentuk analisis morfometrik dan analisis sebab-akibat mulai banyak dilakukan. Dalam beberapa hal “morphometric analysis” pada taraf mula ini berakar pada “cognitive description”dimana pengembangan sistem geometris, keruangan dan koordinat yang dikerjakan telah membuahkan sistematisasi dan klasifikasi data yang lebih lengkap, akurat dibandingkan dengan tehnik-tehnik terdahulu.

Muncul analisis newtwork untuk mempelajari pola dan bentuk-bentuk kota misalnya, merupakan salah satu contohnya dan kemudian sampai batas-batas tertentu dapat digunakan untuk membuat prediksi (model-model prediksi)dan simulasi. Untuk ini, karya Walter Christaller (1993) merupakan contoh yang baik. Upaya untuk menjelaskan terkondisinya fenomena-fenomena tertentu, khususnya “human phenomena” oleh elemen-elemen lingkungan fisik mulai dikerjakan lebih baik dan sistematik. Akar daripada latar belakang analisis hubungan antara manusia dan lingkungan alam bermulai disini.

Perkembangannya kemudian nampak bahwa analisis hubungan antara manusia dengan lingkungan alam telah memunculkan bentuk-bentuk lain di dalam menempatkan manusia pada ekosistem. Manusia tidak lagi sepenuhnya didekte oleh lingkungan alam tetapi manusia mempunyai peranan yang lebih besar lagi di dalam menentukan bentuk-bentuk kegiatannya di permukaan bumi (geographical possibilism dan probabilism).

c. Paradigma Regionalisme

Perkembangan terakhir dari periode paradigma tradisional adalah paradigma Regionalisme. Disini nampak unsur “fact finding tradition of exploration” di satu sisi dan upaya memunculkan sistesis hubungan manusia dan lingkungannya di sisi lain nampak mewarnai paradigma ini. Konsep-konsep region bermunculan sebagai dasar pengenalan ruang yang lebih detail.

Wilayah ditinjau dari segi tipenya (formal and functional regions) wilayah ditinjau dari segi hirarkinya (the 1st order, the 2nd order, the3rd order, etc. Regions) dan wilayah ditinjau dari segi kategorinya (single topic, duoble topic, combine topic, multiple topic, total, regions) adalah beberapa contoh konsep-konsep yang muncul sejalan dengan berkembangnya paradigma regionalisme ini, dalam membantu analisis. Disamping itu “temporal analysis” sebagai salah satu bentuk “causal analysis” berkembang pula pada periode ini (Rostow, 1960; Harvey, 1969).

12. Periode Perkembangan Paradigma-Paradigma Kontemporer

Pada masa ini mulai terjadi perkembangan baru di bidang metode analisis kuantitatif dan “model building”. Perkembangan paradigma geografi pada msa ini juga disebut sebagai periode paradigma analisis keruangan (the spatial analysis paradigm). Coffey (1981) mengemukakan tentang ciri-ciri paradigma geografi kontemporer antara lain yaitu adanya sinyalemen bahwa salah satu ciri daripada geografi kontemporer adalah adanya kecenderungan spesialisasi yang dikhawatirkan akan menjauh dari fitrah geografi sendiri. Hal ini ternyata sejalan dengan apa yang masing-masing spesialisasi ini menjadi sedemikian terpisah atau salah satu sama lain sehingga hubungan intelektualnya pudar.

Kemudian dikemukakan pula bahwa untuk mengatasi agar bahaya yang disinyalir oleh para pakar mengenai pudarnya fitrah geografi adalah dengan pendekatan sistem, khususnya spatial system approach. Untuk sampai ke arah ini, dengan sendirinya pengetahuan dasar mengenai sistem sendiri harus dimiliki oleh mahasiswa geografi. Pada masa ini functional analysis, ecological analysis dan system analysis berkembang dengan baik pula sejalan dengan inovasi daripada teknik-teknik dan metode analisis (Holt-Jensen, 1980).

Ide untuk kembali ke fitrah geografi memang berulang-ulang didengungkan oleh para pakar. Hal ini memang wajar sekali karena telah disinyalir munculnya penyimpangan-penyimpangan yang dianggap mengaburkan ciri khas geografi itu sendiri. Selama perkembangannya, ada dua gerakan munculnya ide sintesis ini. Gerakan pertama kali dikemukakan oleh Ritter dimana studi Geografi tidak lain dianggap sebagai suatu “regional synthesis”. Semua fenomena dianggap berhubungan satu sama lain dan masing-masing mempunyai peranannya yang khas dalam satu perangkat sistem. Untuk itulah geografiwan harus mempelajari sintesis daripada gejala-gejala yang ada pada suatu wilayah dan yang mengungkapkan apa yang disebut sebagai “wholeness”. Ide pendekatan sistem memang tidak dapat dipisahkan dari pemikiran-pemikiran ini.

Konsep sintesis baru dikemukakan oleh Peter Haggett (1975) di dalam karyanya yang berjudul “Geography : A Modern Synthesis”. Sintesis baru ini berusaha merangkum beberapa pendekatan terdahulu sampai saat ini dengan memberi warna yang lebih fleksibel sesuai dengan tuntutan zaman dan kemajuan di bidang teknologi.

13. Arti Penting Pendekatan dalam Paradigma Geografi

Dalam menghampiri, menganalisis gejala dan permasalahan suatu ilmu (sains), maka diperlukan suatu metode pendekatan (approach method). Metode pendekatan inilah yang digunakan untuk membedakan kajian geografi dengan ilmu lainnya, meskipun obyek kajiannya sama. Metode pendekatan ini terbagi 3 macam bentuk pendekatan antara lain: pendekatan keruangan, pendekatan ekologi/kelingkungan dan pendekatan kewilayahan.

  1. Keruangan, analisis yang perlu diperhatikan adalah penyebaran, penggunaan ruang dan perencanaan ruang. Dalam analisis peruangan dikumpulkan data ruang disuatu tempat atau wilayah yang terdiri dari data titik (point), data bidang (areal) dan data garis (line) meliputi jalan dan sungai.

  2. Kelingkungan, yaitu menerapkan konsep ekosistem dalam mengkaji suatu permasalahan geografi, fenomena, gaya dan masalah mempunyai keterkaitan aspek fisik dengan aspek manusia dalam suatu ruang.

  3. Kewilayahan, yang dikaji yaitu tentang penyebaran fenomena, gaya dan masalah dalam ruangan, interaksi antar/variabel manusia dan variabel fisik lingkungannya yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya. Karena pendekatan kewilayahan merupakan perpaduan antara pendekatan keruangan dan kelingkungan, maka kajiannya adalah perpaduan antara keduanya.


Pendekatan keruangan, pendekatan kelingkungan dan pendekatan kewilayahan dalam kerjanya merupakan satu kesatuan yang utuh. Pendekatan yang terpadu inilah yang disebut pendekatan geografi. Jadi fenomena, gejala dan masalah ditinjau penyebaran keruangannya, keterkaitan antara berbagai unit ekosistem dalam ruang. Penerapan pendekatan geografi terhadap gejala dan permasalahan dapat menghasilkan berbagai alternatif-alternatif pemecahan masalah.

14. Tantangan Geografi Ke Depan

a. Dampak Teknologi Komunikasi dan Internet

Sekiar tahun 1990 beredar buku megatrend 2000. Dalam buku itu Naibit dan Arburdense (1990) mensinyalair ada sepuluh kecenderungan (trend) yang akan terjadi pada tahun 2000-an, yaitu:

  1. masyarakat informasi menjadi masyarakat industri

  2. teknologi pasca menjadi high tech

  3. ekonomi nasional menjadi ekonomi dunia

  4. jangka pendek menjadi jangka panjang

  5. sentralisasi menjadi desentralisasi

  6. bantuan institusional menjadi bantuan diri

  7. demokrasi representatif menjadi demokrasi partisipatif

  8. hirarki menjadi jaringan

  9. utara menjadi selatan

  10. salah satu menjadi pilihan ganda


Bedasarkan ramalan itu tampak bahwa dewasa ini terjadi perubahan dari masyarakat industri menuju masyarakat informasi. Informasi telah menjadi bagian penting bagi individu, masyarakat dan negara. Informasi merupakan bagian dari kehidupan mereka sehari-hari untuk pengambilan keputusan.

Keberadaan masyarakat informasi dewasa ini tidak terlepas dari perkembangan teknologi komuniasi dan internet. Integrasi kedua teknologi itu telah melipatkan gandakan informasi dan menyebarkannya ke seluruh penjuru dunia dalam waktu yang cepat. Intergrasi teknologi komputer dengan teknologi komunikasi itu telah mewujudkan suatu jaringan besar antar warga negara tanpa harus diikat dengan batas-batas negara yang bersangkutan (bordeless).

Teknologi itu telah mampu membuktikan sebagai wahana untuk mengolah (procesess) data menjadi informasi dengan cepat. Selain itu teknologi itu juga telah mampu digunakan sebagai infrastruktur untuk pengiriman data atau informasi secara cepat, murah dan praktis.

Disiplin geografi merupakan salah satu bidang ilmu yang memerlukan infrastruktur untuk mengolah data geografis menjadi informsi geografi secara cepat. Informsi geografi hasil prosesing itu dibutuhkan oleh berbagai bidang untuk pengembangan wilayah, konsrvasi sumburdaya, penataan ruang, dan sebagainya.

Dalam mempelajari obyeknya, disiplin geografi menggunakan pendekatan keruangan. Dalam pendekatan itu struktur, pola dan proses keruangan harus dapat dipelajari dengan baik dan cepat.

Untuk mempelajari aspek keruangan seperti itu teknologi komputer telah menyediakan program-program analisis keruangan yang makin praktis dan mudah dioperasikan. Dengan kemudahan itu informasi geografi dapat lebih cepat dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan.

Dengan teknolgi internet informasi dapat dengan mudah dan cepat dikirim keseluruh penjuru dunia. Hal itu tidak hanya bermakna untuk penyebaran informasi, tetapi juga untuk memberikan paradigma baru dalam pengelolaan lingkungan menuju keberlanjutan. Sebagaimana permasalahan lingkungan dewasa ini yang paling serius adalah mewujudkan keberlanjutannya.

Dengan kehadiran komputer sebagai komponen teknologi informasi proses analisis dan integrasi yang rumit kalau dikerjakan secara manual akan menjadi mudah, cepat dan akurat (Sutanto, 2000). Oleh karena itu dalam 2 (dua) dekade belakangan ini peran teknologi informasi dalam aplikasi ilmu geografi berkembang dengan cepat dan mejadi kebutuhan yang penting bagi setiap warganegara untuk mengelola wilayah dan sumberdayanya. Pemanafaatan teknologi informasi dlam aplikasi ilmu geografi dikenana dengan Sistem Informasi geografi (SIG). SIG dewasa ini telah berkembang dengan pesat karena didukung dengan teknologi pengindraan jauh (inderaja) dan Global Posistion System (GPS).

Sunday, January 24, 2010

USMI : Undangan Seleksi Masuk IPB

USMI adalah suatu cara penerimaan mahasiswa baru IPB program sarjana yang pelamarnya direkomendasikan oleh kepala sekolah. USMI telah dilaksanakan oleh IPB sejak tahun 1974 dengan nama Jalur Tanpa Tes dan Proyek Perintis II. Pada tahun 1984 - 1988 namanya menjadi PMDK (Penelusuran Minat dan Kemampuan). Mulai tahun 1989 sampai sekarang dikenal dengan USMI.

Adapun latar belakang USMI adalah : (a) Setiap lulusan SLTA berhak memiliki kesempatan dan peluang yang sama dalam berkompetisi untuk mengikuti pendidikan di IPB, (b) Keragaman kualitas dan kuantitas fasilitas pendidikan bagi siswa SLTA antar propinsi di Indonesia, (c) Nilai seleksi sesaat (ujian saringan masuk) diasumsikan kurang begitu adil dan representatif dalam mengevaluasi potensi keberhasilan lulusan SLTA ke IPB dalam kondisi SLTA seperti disebutkan sebelumnya, (d) Guru adalah insan pendidik yang menjunjung tinggi kehormatan diri dari perbuatan tercela, (e) Daya tampung dan besarnya anggaran pendidikan tinggi sangat terbatas. Dengan latar belakang tersebut, maka tujuan dilaksanakannya USMI adalah : (a) Menjaring lulusan terbaru SLTA yang berpotensi melanjutkan pendidikan di IPB dengan mengandalkan nilai matematika, fisika, kimia, dan biologi dari rapor siswa selama lima semester di SLTA dan direkomendasikan Kepala Sekolah, (b) Mengupayakan adanya kesempatan pendidikan yang lebih adil bagi setiap lulusan terbaru SLTA dari setiap propinsi di Indonesia.

Informasi selengkapnya dapat menghubungi :

Sekretariat PPMB-USMI Program Sarjana
Gedung Andi Hakim Nasoetion, Rektorat lantai 2 Kampus IPB Darmaga Bogor, 16680
Telpon : +62-251-8624650, 8622642 ext. 216, Faks : +62-251-8422219
Email : usmi a-keong ipb.ac.id
Panduan Melamar melalui Jalur USMI


  • KELENGKAPAN DARI SISWA DAN ORANG TUA/WALI PELAMAR
    (Lengkapilah Lampiran 3, Lampiran 2C, dan Lampiran 2A, ataukah 2B)

    • Semua pasfoto dalam berkas lamaran harus berwarna, terbaru dan berukuran 3x4 cm.

    • Semua formulir harus diisi dengan tulisan tangan pelamar dan/atau orang tua/wali



    1. Pelamar wajib mengisi formulir pilihan mayor pada Lampiran 2C.

    2. Orang tua/Wali harus melengkapi Surat Pernyataan Biaya Pendidikan di IPB (bermeterai) pada Lampiran 2A ataukah Lampiran 2B; pilihlah satu lampiran yang sesuai dengan kemampuan ekonominya.

    3. Pelamar mengisi Biodata (bermeterai) pada Lampiran 3.

    4. a.    Fotokopi rapor asli (termasuk halaman muka) mulai semester 1 kelas 10 sampai semester 2 kelas 11 SMA yang disahkan oleh Kepala Sekolah.
      b.    Tempelkan pasfoto di pojok kiri atas pada lembaran pertama fotokopi rapor.

    5. Fotokopi Akta Kelahiran atau Surat Kenal Lahir.

    6. Bukti pembayaran uang pendaftaran sebesar Rp 200.000,- (dua ratus ribu rupiah) dibayarkan pada waktu melamar untuk diseleksi dan dikirimkan secara berkelompok oleh Kepala Sekolah.



  • KELENGKAPAN DARI SEKOLAH
    (Lengkapilah Lampiran 4, 5, dan 6)

    1. Mengisi Formulir Rekomendasi Kemampuan Diri dan Minat Pelamar pada Lampiran 4 untuk setiap siswa-pelamar.

    2. Mengisi satu lembar saja Formulir Keadaan SMA pada Lampiran 5 dan melampirkan fotokopi bukti akreditasi sekolah.

    3. Mengisi nama siswa yang berminat didaftarkan pada lembaran di Lampiran 6; lembaran ini dapat diperbanyak sesuai dengan keperluan.

    4. Mengirimkan bukti pembayaran pendaftaran seleksi sebanyak pelamar, seperti tercantum pada butir A6.




Jadwal USMI 2010






















































NoKegiatanWaktu
1Pengiriman berkas undangan ke SLTA9 November 2009
2Batas akhir cap pos berkas lamaran dari SLTA4 Desember 2009
3Pengiriman hasil seleksi USMI ke SLTAawal Februari 2010
4Batas akhir konfirmasi calon mahasiswa baru dan pembayaran biaya pendidikan (tahap I)akhir bulan Februari 2010
5Registrasi mahasiswa baru jalur USMIbulan Juli 2010
6Akses hasil seleksi USMI melalui website IPBbulan Februari 2010
7Masuk Asrama TPB-IPB- : Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Bali, NTB/NTT, Jawa (selain Jabodetabek dan Banten)

- : Jabodetabek dan Banten
8Alih Semester/MatrikulasiJuli - Agustus 2010
9Awal Perkuliahan semester ganjil 2010/2011Agustus 2010

ITS PROGRAM PENELUSURAN MINAT & KEMAMPUAN (PMDK) TAHUN AKADEMIK 2010/2011

Sistem Penerimaan Calon Mahasiswa Baru ITS tahun akademik 2010/2011 untuk program Sarjana dilakukan melalui Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan melalui Program Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) serta Program Kemitraan dan Mandiri (PKM). Tujuan dari penerimaan mahasiswa baru melalui program PMDK dan PKM adalah:

  • Menjaring calon mahasiswa yang berkualitas

  • Meningkatkan kerjasama dan pemerataan kesempatan


Khusus seleksi melalui program PMDK untuk program pendidikan sarjana (S1) terdapat 2 (dua) kategori yang dapat diikuti:

  1. PMDK REGULER:
    Diperuntukkan bagi siswa SMA/MA dan SMK-sejenis yang mempunyai nilai rapor yang tinggi.

  2. PMDK BERPRESTASI:
    Diperuntukkan bagi siswa SMA/MA dan SMK-sejenis yang menjadi juara I s.d. III dalam kejuaraan/lomba/olimpiade bidang sains, teknologi, serta seni lukis dan/atau seni rupa di tingkat nasional/internasional.

UGM 2010


RAGAM PROGRAM UM UGM 2010













































1. PENELUSURAN BIBIT UNGGUL
a. Penelusuran Bibit Unggul Tidak Mampu (PBUTM)



  • Ditujukan bagi siswa dengan kemampuan akademik tinggi tetapi tidak mampu secara ekonomi, dan mantap membangun masa depan bersama UGM.

  • Peserta diusulkan oleh sekolah.

  • Tiap sekolah mengajukan maksimal 2 (dua) peserta, bagi sekolah yang mengirim lebih dari 2 peserta maka seluruh peserta yang diusulkan tidak diseleksi.

  • Peserta dibebaskan dari biaya pedaftaran.

  • Biaya pendidikan selama 8 (delapan) semester ditanggung oleh UGM jika memenuhi prestasi akademik yang ditetapkan dan dievaluasi setiap tahun.



b. Penelusuran Bibit Unggul Berprestasi (PBUB)



  • Ditujukan bagi siswa pemenang kompetisi bidang ilmu pengetahuan tingkat nasional atau finalis olimpiade bidang ilmu pengetahuan tingkat internasional.

  • PBUB terdiri dari PBUB beasiswa dan PBUB mandiri.

  • Peserta diusulkan oleh sekolah.

  • Pilihan program studi harus sesuai dengan bidang prestasinya.

  • Biaya pendidikan selama 8 (delapan) semester seluruhnya ditanggung oleh UGM untuk PBUB beasiswa dan ditanggung oleh orangtua/wali untuk PBUB mandiri.

  • Peserta yang lolos seleksi berkas wajib mengikuti Tes Potensi Akademik (TPA) yang diselenggarakan oleh UGM dengan difasilitasi oleh sekolah masing-masing.



c. Penelusuran Bakat Olahraga dan Seni (PBOS)



  • Ditujukan bagi siswa dengan bakat khusus di bidang olahraga atau seni dengan prestasi tingkat provinsi, nasional atau finalis tingkat internasional.

  • Peserta diusulkan oleh sekolah.

  • Biaya pendidikan ditanggung oleh orangtua/wali peserta.

  • Peserta wajib mengikuti Tes Bakat Skolastik (TBS) dan Ilmu Pengetahuan Dasar (IPD) di lokasi yang dipilih saat mendaftar.

  • Peserta yang lolos TBS dan IPD wajib mengikuti tes ketrampilan di UGM sesuai bakatnya.

  • Program studi Pendidikan Dokter tidak menerima mahasiswa baru melalui PBOS.



d. Penelusuran Bakat Swadana (PBS)



  • Ditujukan bagi siswa dengan kemampuan akademik tinggi.

  • Peserta diusulkan oleh sekolah.

  • Biaya pendidikan ditanggung oleh orangtua/wali peserta.

  • Peserta wajib mengikuti Tes Bakat Skolastik (TBS) dan tes Ilmu Pengetahuan Dasar (IPD) di lokasi yang dipilih saat mendaftar.

  • Peserta yang lolos seleksi wajib mengikuti tes wawancara di UGM.



e. Penelusuran Bibit Unggul Pembangunan Daerah (PBUPD)

























































  • Ditujukan bagi siswa dengan kemampuan akademik tinggi.

  • Program ini merupakan bentuk kepedulian UGM terhadap pembangunan daerah melalui kemitraan antara daerah dengan UGM, berbasis potensi wilayah dan kearifan lokal menuju kemajuan dan martabat bangsa Indonesia.

  • Peserta diusulkan dan dibiayai oleh Pemda, dinas-dinas pemerintah di daerah, institusi, dan/atau perusahaan yang kredibel di daerah.


2.
UJIAN TULIS

a.

Diadakan untuk memilih calon mahasiswa baru yang berkualitas dengan kemampuan akademik dan potensi unggul untuk menunjang penyelesaian pendidikan di UGM sesuai batas waktu yang telah ditetapkan.

b.

Materi seleksi meliputi Tes Potensi, Ilmu Pengetahuan Dasar, Ilmu Pengetahuan Alam, dan Ilmu Pengetahuan Sosial.

c.

Ujian dilaksanakan di Yogyakarta, Semarang, Madiun, Jakarta, Tangerang, Cirebon, Palembang, Pekanbaru, Balikpapan, Lhokseumawe, Bandar Lampung, Batam, dan Mataram.
3.
SELEKSI NASIONAL MASUK PERGURUAN TINGGI NEGERI (SNMPTN)

a.

Pada program ini UGM menerima sebanyak-banyaknya 18% dari total daya tampung.

b.

Diselenggarakan oleh Panitia Pusat SNMPTN.

c.

Keterangan lengkap dapat dilihat di situs http://um.ugm.ac.id/.




Persyaratan Peserta


1. PENELUSURAN BIBIT UNGGUL
























































SYARAT UMUM
a
Peserta adalah siswa kelas akhir SMA/SMK/MA dalam dan luar negeri tahun 2009/2010.
b.Nilai kognitif semua mata pelajaran pada rapor mulai semester 1 sampai dengan semester terakhir harus tuntas (di atas SKBM). Bagi siswa kelas akselerasi kriteria tersebut diberlakukan cukup sampai dengan semester 4. Kriteria nilai rapor ini dibuktikan dengan fotokopi rapor yang telah dilegalisasi Kepala Sekolah.
c.
Memenuhi persyaratan kesehatan dan tidak mengalami ketunaan yang ditetapkan oleh program studi masing-masing.
SYARAT KHUSUS
a.
Peserta PBUTM:


  • Siswa termasuk 25% terbaik di kelasnya pada semester 5, atau 75% terbaik pada semester 4 bagi siswa kelas akselerasi.

  • Berasal dari keluarga tidak mampu, didukung dengan data:

    • Fotokopi Kartu Keluarga yang disahkan oleh RT, RW dan Kepala Desa/Lurah.

    • Keterangan penghasilan orangtua/wali yang disahkan (oleh Camat bagi non karyawan, oleh Bendaharawan Gaji Pegawai bagi karyawan institusi).




b.
Peserta PBUB:


  • Siswa termasuk 25% terbaik di kelasnya pada semester 5, atau 75% terbaik pada semester 4 bagi siswa kelas akselerasi.

  • Pemenang lomba bidang studi tingkat nasional (termasuk lomba yang diselenggarakan di lingkungan UGM, khusus untuk masuk ke fakultas yang bersangkutan), atau finalis lomba bidang studi tingkat internasional yang diselenggarakan oleh LIPI, DIKNAS, IMO, IPhO, IBO, IChO, IOI/ICO.


c.
Peserta PBOS:


  • Siswa termasuk 40% terbaik di kelasnya pada semester 5, atau 75% terbaik pada semester 4 bagi siswa kelas akselerasi.

  • Juara I KEJURDA atau PORDA tingkat Provinsi; juara I POPSINAS; juara I-III KEJURNAS/PON; atau juara I-V Kejuaraan Regional/Internasional atau juara I-III Kesenian tingkat Nasional.

  • Menyerahkan surat kesanggupan pembiayaan bermeterai dari orangtua/wali peserta.



2. UJIAN TULIS













a.
Siswa aktif kelas terakhir SMA/SMK/MA, lulusan SMA/SMK/MA tahun 2009 dan 2008 dalam dan luar negeri, lulusan ujian persamaan atau yang setara lainnya.
b.Memenuhi persyaratan kesehatan dan tidak mengalami ketunaan yang ditetapkan oleh program studi masing-masing.

3. SELEKSI NASIONAL MASUK PERGURUAN TINGGI NEGERI (SNMPTN)








Sesuai dengan ketentuan Panitia Pusat SNMPTN.




Rekapitulasi Pendaftar UM UGM Tiga Tahun Terakhir























































































































































































































































































































































































































































































































































































































































PROGRAM STUDITH. 2007/2008TH. 2008/2009TH. 2009/2010
PENDAFTARDITERIMAPENDAFTARDITERIMAPENDAFTARDITERIMA
Biologi114522615491832267208
Akuntansi556918369892058205218
Ilmu Ekonomi202369203288285588
Manajemen494816658311936942211
Farmasi611019580842538515239
Ilmu Filsafat1801622439027183
Geografi dan Ilmu Lingkungan60712463885850102
Kartografi dan Penginderaan Jauh353913746147279
Pembangunan Wilayah358893556563588
Hukum417831551813216727360
Gizi Kesehatan3303984445646005130
Ilmu Keperawatan2049872424783082126
Pendidikan Dokter125822951591331015521421
Ilmu Keperawatan Gigi *----42265
Pendidikan Dokter Gigi367215144531496411150
Kedokteran Hewan7981589301791485236
Kehutanan121522315462072048324
Elektronika dan Instrumentasi7291127231101009100
Fisika32610153810077873
Geofisika4366251657100295
Ilmu Komputer5341825881727362101
Kimia90113311061221620177
Matematika130880192171235090
Statistika153085168676216997
Agronomi436444514375840
Budidaya Perikanan266432014038137
Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan133401764027245
Ilmu Tanah195522394945043
Manajemen Sumberdaya Perikanan183411474027936
Mikrobiologi Pertanian170322723038437
Pemuliaan Tanaman168411443927540
Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian180371603532050
Sosial Ekonomi Pertanian (Agrobisnis)9725591840148864
Teknologi Hasil Perikanan224412364041436
Psikologi492520857532136223221
Ilmu dan Industri Peternakan450281500222662235
Ilmu Administrasi Negara272516028251594464168
Ilmu Hubungan Internasional415616244101605391170
Ilmu Komunikasi602516559251597223171
Ilmu Pemerintahan172877216777291686
Ilmu Sosiatri4791504587764285
Sosiologi7168288776144786
Antropologi Budaya218613056348765
Arkeologi220352133636655
Bahasa Korea168602526433954
Ilmu Sejarah187511954633049
Sastra Arab141621797835180
Sastra Indonesia407525106270062
Sastra Inggris180545219247273697
Sastra Jepang8833585542112460
Sastra Nusantara86341285715860
Sastra Perancis431423564762647
Pariwisata **------
Arsitektur281610029321003837119
Fisika Teknik386111572102880167
Perencanaan Wilayah dan Kota23451052996923684100
Teknik Elektro344425239572314455204
Teknik Geodesi7601219841131584110
Teknik Geologi158776227487379185
Teknik Industri454918849771555659202
Teknik Kimia277918137701654375199
Teknik Mesin210316724941483002195
Teknik Nuklir7716879850104274
Teknik Sipil dan Lingkungan337014643371495661201
Teknologi Informasi **------
Teknik Pertanian739979631061229107
Teknologi Industri Pertanian8131099891041273105
Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian192211721101192684119

*) Program Studi ini baru dibuka pada Tahun Akademik 2009/2010.
**) Program Studi ini baru dibuka pada Tahun Akademik 2010/2011.


Universitas Gadjah Mada © 2005-2010, Hak cipta dil