Thursday, January 22, 2009

Allah Maha Mengetahui

Mungkin kita sudah terbiasa mendengar kemampuan Allah yang satu itu, dari sekian banyak kemampuan Allah yang ada. Ada banyak hal yang mau saya tuntaskan dalam lembaran-lembaran berikut, bukan curhat. Lebih kepada sesuatu yang menjadi pelajaran buat saya, karena banyak hal kejadian dalam hidup yang membuat saya makin yakin akan kekuasaan Allah tersebut.


Tidak seperti biasanya pagi itu, seorang karyawan datang dan bicara,”Pak, tahun depan tidak mengajar lagi ?” Saya tersenyum mendengarnya. Seorang karyawan sampai tahu akan nasib saya itu surprise banget. “Insya Allah, Allah yang akan menentukan hal tersebut,” jawab saya seraya masih berpikir panjang lebar dalam dan luas. “Semangat, ya Pak.” Inilah kalimat yang membuat saya tersentak. Dia begitu yakin, dan memberi sesuatu dorongan moril buat saya untuk menghadapinya. Dalam hati saya mengucapkan, “ Hasbunallahu wa ni’mal wakil, ni’mal maulaa wa ni’man nashiir.” (Cukuplah Allah sebagai Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung, Allah adalah pelindung dan penolong yang baik),


Tahun 1986-1987 saya cukup aktif membuat bulletin jum’at untuk mesjid smandel, yang sekarang bernama Darul Irfan, nama yang gagah dan tinggi. Sering menginap di mesjid membuat saya mengenal ajaran agama Islam. Salah satu tulisan LJ saya sadur dari majalah Islam saat itu.


Malam itu, di sebuah rumah terdengar keributan. Tepatnya di dapur, yang bersebelahan dengan kamar tidur utama. Maklulah, keluarga ini termasuk miskin dalam kategori orang kebanyakan. Tanpa penerangan, sang istri terus memeluk erat suaminya yang tergolong berusia tua. Sang suami pun dengan kondisi tubuhnya, hanya mampu memeluk istrinya, memejamkan mata dan bibinya terus mengicapkan beristighfar kepada Allah. Mereka berdua juga melafadzkan : Hasbunallahu wa ni’mal wakil, ni’mal maulaa wa ni’man nashiir, terus menerus. Kalimat tersebut semakin kuat dan keras, menimbangi ributnya dapur mereka. Itu pasti bukan segerombolan tikus yang berpesta pora, tetapi kawanan rampok yang memasuki dapur-dapur penduduk. Setelah beberapa lama, suara ribut menghilang dan tergantikan oleh desiran angin malam yang menerobos masuk. Kedua suami istri tersebut tetap tidak berani untuk bangkit. Adzan subuh, membuat suami istri ini tersadar dari ketakutan, dan bangun untuk menunaikan kewajibannya kepada Allah.


Lampu centir yang terisi minyak tanah beberapa sendok dinyalakan. Meraka kaget karena perabotan mereka hancur dan hilang. Beras dan sisa sayuran lenyap. Mereka menyebut nama Allah sekeras-kerasnya. Setelah beberapa saat sang suami berusaha merapihkan dapur tersebut. Tetap dalam keprihatinan, sang suami tersenyum, seraya berkata,”Bu, Allah masih melindugi kita. Beras dan beberapa peralatan kita hilang dicuri orang. Tetapi Allah masih menjaga iman kita. Sesungguhnya itu nikmat yang paling tinggi Allah berikan kepada kita.” Kedua suami itu pergi ke musholla untuk sholat, walau terpaksa harus bergantian, karena sarungnya cuma satu. Untungnya mukena tidak termasuk yang dicuri pula.


Kisah itu kembali teringat oleh saya. Kalau pun saya kehilangan pekerjaan, saya masih punya iman dalam hidup ini. Saya tidak menjual iman saya demi mempertahankan sesuap nasi. Beberapa kali saya pernah kehilangan pekerjaan, setiap kehilangan, ternayata Allah memberikan yang baru. Hingga hari ini Alhamdulillah saya masih bisa beribadah dan memenuhi kewajiban saya. Makan seadanya pernah saya alami, bahkan 3 minggu hanya bertemankan singkong rebus di kost saat kuliah juga saya nikmati. Allah terlalu baik untuk hidup dan iman saya.


Hampir dua minggu ini memang saya merasa tidak nyaman. Pilihan hidup semakin banyak. Pertarungan antar kepentingan semakin deras dan cukup signifkan. Juli 2002, saya memenuhi undangan Pak Sugiharto untuk mengajar SMA Negeri 8 Jakarta. Tahun 1995 memang saya sempat mengajar satu angkatan, tetapi saya tetap berkiprah di BTA. Lembaga yang membesarkan dan memberi kedewasaan saya dalam hidup. Banyak hal yang berbeda di SMA Negeri 8 saat itu, dibanding saat saya bersekolah. Kebanggan saya adalah masih bisa bertemu dengan guru-guru yang dulu mengajar saya. Meminta maaf dan mohon petunjuk, adalah hal yang saya lakukan pertama kali kepada mereka. Karena tidak ada mantan guru, selamanya mereka adalah guru saya.


Masa Pak Triyana, setelah masa tugas Pak Sugiharto ada beberapa guru terkena rasionalisasi. Saya sedih kehilangan beberapa teman mengajar. Tetapi saya bangga sama mereka, tetap tegar hingga keluar surat keputusan tersebut. Allah masih memberi pertolongan untuk saya.


Tahun berganti tahun, hingga akhirnya terdengar kabar yang menyesakkan buat saya. Sebuah sms,” sebenarnya mrs…. Baik, Cuma setelah bertemu dengan si wangsa menjadi buruk. Karena salah gaul……. Dst dst.” SMS itu menceritakan pertemuan oknum bla-bla, dengan beberapa teman guru. Saya langsung mengucapkan istighfar. Ya Allah kenapa orang tersebut bukan langsung menegur saya. Itu bisa menjadi ghibah dan fitnah. Hasbunallahu wa ni’mal wakil, ni’mal maulaa wa ni’man nashiir.” (Cukuplah Allah sebagai Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung, Allah adalah pelindung dan penolong yang baik). Ternyata orang yang berhubungan dengan saya mejadi tidak baik, salah gaul. Astaghfirullah.


Satu malam tanpa tidur dan hanya mengadu kepada Allah, Hasbunallahu wa ni’mal wakil, ni’mal maulaa wa ni’man nashiir.” (Cukuplah Allah sebagai Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung, Allah adalah pelindung dan penolong yang baik), jadi selama ini saya mengajar, dimata oknum bla-bla justru akan menghasilkan keburukan.


Malam itu Allah memberi kekuatan kepada saya untuk mengenang semua aktivitas saya di SMA Negeri 8 Jakarta. Memang ada buku harian yang selalu saya buat dari masa SMP, tetapi malam itu Allah memberikan secara nyata, live dan detail. Sedih, bahagia, terharu, bahkan perasaan yang paling tidak saya sukai, membalas. Kirim doa kebaikkan untuk mereka, yakini mereka tetap saudara kita, seiman.


Tokh masih ada pengadilan Allah di padang masyar kelak, terhadap semua yang kita kerjakan. Siang menjadi Jundi dan malam menjadi sufi. Tetapi jangan mempermainkan Allah. Jika kita melihat kemunafikan, katakan sejujurnya. Kebenaran itu berat dan sulit, tetapi Allah akan membimbing kita. Saya ingin menutup 4 – 5 bulan ini di SMA Negeri 8, bahkan boleh jadi 4 – 5 hari ke depan dengan prasangka baik. Bukan kalimat dari lagu, tidak ada dusta diantara kita, tetapi tidak ada dusta diantara saya dan Allah, antara Anda dengan Allah. Allah maha mengetahui, dan Allah pemilik hari pembalasan.

No comments: