Friday, January 23, 2009

Pemimpin Umat


Kalian semua adalah pemimpin, minimal untuk dirinya sendiri, dan ingat setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawabannya. Sebuah kalimat yang selalu kita ingat saat ada pelantikan sebuah organisasi, minimal kita diingatkan bahwa ada pertanggung jawaban dari semua kegiatan/ kepemimpinan kita. Biasanya pemimpin yang baru dilantik sedemikian cerianya, karena begitu dihormati dan dipuja. Padahal banyak orang berilmu amat menolak untuk menjadi pemimpin bagi sebagian orang lain. Karena boleh jadi di mata Allah ada yang lebih baik dari dirinya.


Hal ini ditegaskan oleh salah seorang khalifah,”Saya bukan orang yang terbaik diantara kalian, saya hanyalah orang yang terpilih. Belum tentu yang tidak terpilih adalah orang yang tidak baik. Oleh karenanya bantu saya dan ingatkan saya. Luruskan saya jika saya menyimpang.” Seorang sahabat yang amat menyintai saudaranya tersebut dan tahu akan beban tanggung jawab dihadapan Allah kelak, dia menjawab,”Yaa, khalifah. Jika engkau menyimpang, saya akan meluruskan dengan pedang ini,” seraya menghunus pedang yang telah menewaskan kaum kafir di masa Rasulullah. Sang khalifah dengan tersenyum, berkata,”Terima kasih saudaraku, engkau telah menetapkan aku sebagai saudara di syurga kelak.”



Picik kah kisah di atas, tentu tidak. Malahan itulah pemimpin yang dihormati, dia rela mati ditangan saudaranya karena salah memimpin. Bantu, ingatkan dan luruskan. Begitu banyak pemimpin yang takut tidak berhasil dalam kepemimpinannya justru melakukan tindakan-tindakan yang membuat saudaranya bukan mau membantu, bukan mau mengingatkan, bahkan boleh jadi amat ketakutan untuk meluruskan. Sedemikian kuatnya arogansi sang pemimpin, sehingga menjadi ananiyah. Dirinya adalah yang HARUS PALING.



Tanpa sadar pemimpin kurang melihat tanda-tanda ketidak puasan, bahkan sudah tidak mampu melihat dengan mata hati, begitu banyak rakyatnya yang terzalimi oleh pola kepemimpinannya. Umar ibn Khatab selalu menangis di malam hari, dalam ketenangan tahajjud, bertemakan sajadah apa adanya, hanya untuk mengevaluasi dosa apa yang telah dia lakukan hari ini ? Apakah ada rakyat terzalimi oleh kata-kata, ungkapan dan bahkan mungkin bercandanya beliau ?



Yang amat rasulullah hindari adalah memanggil saudaranya seiman dengan gelaran-gelaran yang buruk. Bayangkan jika semua panggilan kita membahagiakah saudara-saudar kita, seperti halnya rasulullah memanggil,”khumairah,” kepada salah seorangg istrinya. Semua makhluk ciptaan Allah Azza Wajjalah. Manusia adalah makhluk sempurna. Saya sedih ketika pulang ke rumah membawa cerita kepada bunda di rumah. “Tadi teman-teman guru di sekolah sedih, karena di bilang bloon.” Ibu saya tidak bersekolah, punya keinginan tapi tidak ada kemudahan saat itu. Beliau belajar mengaji dari desa Kalisube di Banyumas, menempuh 2,5 jam per jalanan melewati pematang sawah, semak belukar dan pingggiran hutan, hanya punya tekad agar anak-anaknya tidak mempunyai kelemahan yang disandangnya, kurang pandai karena kondisi. Hampir 72 tahun usia beliau, menghidupi tujuh putri dan dua putra, termasuk saya.


“Kamu, tidak marah nak ? ….. Udah kamu doakan orang tersebut agar sadar akan kekhilafannya ? …… Kamu kirimkan saja Al Fatihah, semoga Allah tidak menarik rahmat darinya,” kata ibu pelan seraya menyentuh keningku, Walau usia saya 41 tahun, saya yang belum punya tanggungan, masih bisa bermanja-manja dengan bunda.



Semoga bunda tidak tersinggung, juga teman-teman guru dan tentunya guru-guru yang telah mengajar saya ketika SMA. Masih ada bu Astri, bu Ferry, bu Nurlela, bu Cut, pak Ugi, pak Warno, bu Sri Hastuti, pak Raziek, pak Ali Muntoro, bu Tatik, pak Priyohadi, pak Udi, mereka semua yang secara langsung mengajar saya. Semoga mereka tetap mendapatkan rahmat dan ampunan dari Allah. Mendidik dan membesarkan saya, di SMA Negeri 8.



Ada satu cerita lain yang harus menjadi renungan kita. Terinspirasi oleh guru-guru yang saya sebutkan di atas. Sampai hari ini, tampilan mereka tidak berubah. Kemakmuran kalau dihitung dari jumlah limpahan kemudahan di dunia, rasanya mereka belum mencapai hal itu. Mereka bahagia dengan yang Allah limpahkan saat ini. Karena setahu saya mereka memang guru sesungguhnya, produk lama dengan visi sepanjang masa, Guru mendidik bukan membodohi, jika seorang guru menjadi pemimpin dan membodohi, hal itu pasti lebih fatal. Audzubillah min dzalik.



Suatu saat, datanglah seorang anak kepada ayahnya. Ayahnya sedang mengerjakan pekerjaan kantor.


“Asslamu’alaikum.”


“Wa’alailum salam warahmatulahi wabarakatuh, silakan masuk. Oh kamu nak….. Ada apa kok mampir ke tempat ayah ?”


Anak tersebut mendekati ayahnya, mencium tangan ayahnya, dan berkata,” Yah,…. Saya mau bicarakan masa depan saya,….. boleh yah?”. Dengan sigap, pegawai kantor tersebut mematikan lampu dan menarik anaknya duduk di lantai tidak mempersilakan anak tersbeut duduk di sofa empuk depan meja kerjanya. “Yah, kenapa lampunya dimatikan dan kenapa kita duduk di bawah, padahal ada kursi kosong di ruang ini.”


Dengan suara perlahan, pegawai tersebut mendekatkan mulutnya ke telinga putranya,”Anakku, bukan karena ayah marah kamu datang dan bertanya seperti itu. Ayah senang kamu berkunjung. Persoalannya adalah, ini kantor pemerintah, semuanya dibiayai pemerintah untuk kepentingan rakyat. Kamu memang termasuk rakyat, tetapi kamu hadir untuk mempertanyakan sesuatu yang menjadi persoalan keluarga kita. Ayah tidak mau kita menggunakan fasilitas Negara untuk kepentingan kita,……”. Anak itu memeluk ayahnya dan meminta maaf karena takut dialah yang menyebabkan ayahnya masuk neraka.



17 Januari 2009, sabtu kampus ui depok.

No comments: