Thursday, January 29, 2009

Profesional kah kita

Kalau kita bicara akan yang namanya profesionalitas, maka akan terbayang adalah penghasilan lebih karena dianggap pekerja profesi. Wah enak uangnya lebih maka kesejateraan akan melimpah, orang juga akan memangdang denga panggilan BOS. Sekarang guru mulai dianggap sebagai profesi sehingga tunjangan makin besar. Tentunya hal ini akan membuat semacam stimulus untuk guru agar mampu berbuat lebih banyak. tentunya untuk kebaikan para siswa. Ingat siswa butuh pendidikan bukan pengajaran. Kalau pengajaran tanpa perencanaan juga bisa, tanpa evaluasi dan tindakan orang per orang juga bisa. Tapi pendidikan beda sekali.

Saya hanyalah seorang guru yang sedang mau menuju profesional. Kalau profesional itu banyaknya mengikuti seminar, lamanya mengajar, pernah menjabat ini itu dan sebaginya. Maka wajar kepala sekolah adalah orang yang paling profesional. Tapi apakah itu makna profesional ?

Di Singapore ada sebuah indeks penduduk, bukan besarnya GNP. Tapi indeks kebahagian. Nah sekarang kalau profesionalitas kita ukur dengan kebahagian seseorang untuk megabdi, memberi layanan, atau bahkan setiap hari berusaha memberikan yang terbaik untuk stake holder. Wah baru ketahuan siapa yang profesional dan bukan.

Saya bayangkan seseorang yang sudah pegawai negeri di sebuah lembaga, terus mendapat tunjangan insentif 4 juta atau bahkan 15 juta per bulan, tentunya ini bukan hal yang kecil. Karena pegawai negeri sudah sedemikian diperhatikan oleh pemerintah. Hanya pegawai negeri yang gajianya naik terus, siapa pun presidennya, apa pun partainya.

Jadi yang sudah dapat tunjangan profesional 9 juta, plus ada insentif 4 juta atau mungkin 15 juta, harus buktikan ke profesionalitas kita. Bahwa uang rakyat tidak sia-sia. Petani yang membayar pajak ketika membeli bibit padi bahkan pupuk akan tersenyum ketika anaknya bersekolah dengan guru-guru yang dekat dengan iman dan islam.

Anda profesional ? Timbang sendiri.

No comments: