Tuesday, January 6, 2009

Persiapan akhir studi di SMA

Tanpa terasa tahun pelajaran di semester genap dimulai. Tentunya hal ini semkain menegaskan bahwa waktu  sedemikian cepat dan kita harus sadar apa saja yang perlu di resolusikan pada semester ini. Buat kelas X dan XI  tentunya peraihan nilai terbaik akan membuat kenaikkan kelas menjadi hal yang wajar.  Buat kelas XII akan berbeda. Selain kelulusan, siswa juga harus mampu tersenyum bahagia karena mampu diterima di Perguruan Tinggi yang dicita-citakan.

Di akhir-akhir masa indah SMA inilah terkadang siswa justru mengalami masa yang tidak menyenangkan. Berbagai tekanan akan smeakin mempersempit gerak. Kegiatan siswa hanya akan mengarah ke hal-hal yang membosankan. Di sekolah, karena mempersiapakan siswa untuk mengahdapi Ujian Nasional, maka try out UN akan menjadi santapan hangat setiap bulan. Tahun lalu SMA Negeri 8 Jakarta mengadakan 6 kali Try Out baik Try Out mandiri atau pun dari Dinas. Sementara di sisi lain, buat siswa-siswa yang mengikuti bimbingan belajar, maka try out untuk ujian masuk perguruan tinggi akan menemani hingga bulan mei.  Rentetan ujian akan dihadapi para siswa. Apalagi jika siswa yang juga membuat aplikasi untuk mengikuti scholarships. Kawasan Asia, Singapore dan Jepang merupakan tujuan mendapatkan beasiswa.

Sebenarnya apa saja yuang perlu dipersiapan siswa dalam menghadapi itu semua ? Saya akan mencoba berkaca dari tahun-tahun lalu, saat saya mulai melihat kecebderungan Perguruan Tinggi mengdakan Ujian Mandiri. Saat itulah pola belajar siswa mengalami perubahan yang cukup drastis. Peta pilihan PTN dan kesiapan siswa menjadi instan. Yang terlihat justru siswa berpikir untuk lulus PTN dulu baru memikirkan Ujian Nasional. Hal ini berangkat dari suatu mekanisme, bahwa Ujian Nasional sebaiknya hanya sekedar LULUS, sementara Ujian Perguruan Tinggi HARUS LULUS.

Satu hal yang kadang terlupakan oleh siswa adalah masalah administratif. Rapor yang bermasalah dari sisi data atau pun nilai, teradang membuat gangguang yang tidak kecil. Misalnya saja, ketika nama ortu berubah karena pernikahan berikutnya. Karena di STK ada nama orang tua.  Atau pula nilai rapor yang belum mencapai ketuntasan. Selalu saya katakan , cobalah  perbaiki itu semua di semester ganjil.  Semester Genaop tidak ada lagi gangguan seperti itu.

Tambahan pelajaran ? Perlukah ? Wah pertanyaan seperti ini biasanya timbul dari orang tua atau siswa yang baru sadar di pertengahan jalan. Siswa yang baik dan mulai merancang tujuan hidupnya akan merasakan hal ini di awal-awal semester. Dia akan mengukur kemampuannya dengan keinginannya, jika dibandingkan dengan kemampuan dan keinginanan teman-temannya. Hal ini penting, menjadi kompetitor atau bahkan motivator yang amat baik. Siswa yang tidak mampu menciptakan kompetitor, maka dia tidak akan membuat terjdainya motivator yang baik.

Tambahan pelajar penting jika kita ingin mendapatkan hasil yang optimal, jika kita ingin menjadi pemenang dari kompetisi pendidikan ini. Tetapi perlu dilihat lebih seksama, dalam mengambil tambahan pelajaran, lihat dulu kondisi kepentingan siswa. Untuk menambah mendapatkan materi, untuk menambah kemampuan menjawab soal atau lainnya. Selama ini siswa hanya ikut-ikutan untuk mengikuti bimbingan belajar atau pun bimbingan tes. Buat siswa yang punya kemampuan di atas rata-rata mereka akan memilih bimbingan tes. Karena akan  lebih banyak waktu uji soal. Bimbingan belajar lebih kearah pemantapan materi. Tentunya ini hal yang amat berbeda.

Track record sebuah bimbingan belajar/tes amat menentukan pilihan kita. Bimbingan yang abal-abal, hasilnya pun akan abal-abal., karen janji gombal untuk siswa-siswa yang pikirannya bopal-bopal. Hehehehee. Setelah itu pastikan layanan mereka prima, melayani sepenuh hati, punya waktu seluas hari, punya kemampuan sepenuh napas. Soal itu bimbingan pakai AC, jumlah siswa 5 atau 40, pengajar dari UI atau dari alam lain, biaya murah atau pun jaminan, hanya menjadi faktor plus sebuah bimbingan.

Tokh akhirnya ke siswa lagi, masih mau tidak menambah jam di rumah. Kalau cuma di sekolah, maka kemampuan siswa akan sama dengan 40 siswa sekelas, atau 400 anak sebua sekolah. Jika hanya mengandalkan bimbingan belajar atau tes, kemampuan siswa akan sama dengan 1000 atau pun 2000 peserta bimbingan belajar. Tetapi jika kita menambah jam di rumah, saat tengah malam, sehabis tahajjud, hanya beberapa gelintir siswa yang melakukan hal itu. Kenapa kita harus menjadi orang kebanyakan, kenapa tidak menjadi orang yang spesial, orang yang sedikit.  Karena pemenang hanya sedikit orang, dan yang kalah adalah banyak orang.

1 comment:

evanrama said...

tulisan ini sangat berguna bagi SNMPTN-Lover yg akan berjibaku pada SNMPTN JUli 2009 nanti..
nice blog teacher :)