Sunday, January 18, 2009

Menjaga Harta atau dijaga Ilmu sama halnya menjaga Jabatan atau dijaga oleh kewibawaan pemimpin

Jum’at itu memang tidak ada hal yang berbeda, seperti jum’at-jum’at lalu. Penceramah yang menjelaskan kutbah hari itu, suara anak-anak di sisi kiri dan lantai 2 mesjid atau sesekali orang dewasa yang mengobrol. Mungkin menjadi tidak biasa ketika seorang siswa datang ke saya. Sambil menyalami dan mencium tangan, “Pak boleh tanya nggak?” Akhirnya kami mengobrol panjang lebar tentang ilmu dan amal jariah. Lumayan, hingga bel berbunyi, sekitar 20 menit, malah saya yang banyak masukan dari siswa tersebut. Jadi malu amal ibadah selama ini.


Amal jariah akan menolak bala, itu hal yang selalu kita ketahui dan sering menjadi nasehat kita kepada teman-teman. Sebuah kalimat indah yang mungkin agak sukar untuk kita pratekkan setiap saat, bahkan yang paling mudah, setiap hari. Tetapi banyak rekan yang mungkin akan kecewa ketika telah sedemikian banyak memberikan amal jariah, kok tetap ada musibah yang terkena. Badan terserang penyakit, hati yang gundah gulana, bahkan ada keluarga yang terkena musibah. Apakah tidak ikhlash ? Sudah pasti ikhlash, karena itu cuma 2,5% dari pendapatan kantong kita. Jadi tidak besar dan tidak mengganggu aktivitas keuangan kita.


Ali bin Abi Thalib pernah ditanya keuatamaan ilmu dibanding harta. Jawaban Ali, Ilmu akan menjaga kita, tetapi kita harus menjaga harta. Sebuah kalimat yang harus kita renungkan amat dalam. Bahkan harus kita pikirkan dalam keheningan malam. Selama ini kita menjaga harta atau ilmu yang menjaga kita ?


Ilmu memang menjadi bahasa yang dapat diterima dimanapun, makanya orang berilmu akan diterima dimanapun. Seorang berilmu akan menjadi sumber pembelajaran, akan dihormati dan bahkan akan diberi kemudahan hidup, oleh manusia lain bahkan Allah telah menjamin itu. Orang berimu itu dihargai beberapa derajat lebih tinggi dari yang lain. Semakin banyak ilmu, maka seorang manusia akan semakin dijaga oleh ilmunya. Bayangkan ketika seseorang yang mau berbuat nista, maka ilmu yang dimimilikinya akan mengatakan,”jangan lakukan”. Seorang berilmu akan yakin, Allah tidak akn pernah tidur dan akan lengah akan apa perbuatan kita.


Ilmu akan menjaga kita, akan menjaga perbuatan kita, akan menjaga keinginan kita bahkan akan menjaga pandangan orang-orang terhadap kita. Cobalah kita mulai menilai diri kita, selama ini ilmu kita menjaga kita atau kita manfaatkan utuk menutup mata hati kita ? Kok ? Seorang tidak berilmu ketika melakukan kejahatan, akan mudah sekali ditebak. Ujung-ujungnya mungkin hanya untuk mengisi perut, heheheheh. Tetapi ketika seseorang yang berilmu melakukan tindakan yang tidak baik, implikasinya banyak sekali. Ternyata ilmunya telah menutup mata hantinya, ternyata tujuannya bukan untuk perut pasti lebih dari itu.


Seorang teman sering mengeluh kok belum jadi PNS, padahal sudah sholat tahjjud, sholat dhuha, beramal jariah dan sebagainya. Pertanyaannya adalah, apakah Allah mengadakan sholat sunah tersebut untuk hal itu ? Atau sedemikian piciknya kita hanya berpikiran bahwa dengan hal tersebut Allah akan memberikan apa yang kita inginkan. Pada hal doa yang belum terwujud, bukan karena Allah tidak mendengar doa, bukan karena Allah marah, tetapi justru karena Allah sayang sama kita. Kita belum mampu mendapatkan cobaan yang lebih dari jabatan atau kesenangan hidup lebih dari yang kita peroleh sekarang ini.


Persoalan akan lebih krusial ketika seseorang memperebutkan jabatan, mempertahankan jabatan atau bahkan merasa jabatannya adalah kekuasaan, maka orang ini sedang berusaha menjaga hartanya. Boleh jadi mereka berpikir, kemudahan hidup indentik dengan harta, dan harta yag melimpah identik dengan jabatan dan kekuasaan, Jadi harus diperjuangkan dengan segala hal. Astaghfirullah, ……. Lebih banyak orang di dunia ini ketakutan kehilangan jabatan daripada kehilangan amanah. Ketakutan tidak dipandang orang lagi, ketakutan tidak bisa membiayai istri dan keluarga berjalan-jalan atau berbelanja atau mungkin takut anak tidak akan bisa bersekolah.


Padahal harta Allah berikan agar kita melihat sekeliling kita untuk berderma, masih adakah orang yang masih sulit beribadah karena tidak mempunyai kain sarung yang bersih, sholatnya terganggu tidak bias khusyu’ karena anak istrinya belum makan di rumah, atau mungkin anaknya sedang sakit.


Ternyata ilmu adalah hal yang utama Allah berikan, jika kita memanfaatkan ilmu untuk kebaikan, maka ilmu akan menjaga kita hingga bisa ke syurga. Kita akan tersenyum menghadap sang Khalik. Tetapi jika ilmu kita salah gunakan, yang kita dapatkan harta, yang boleh jadi harus kita jaga. Jangan sampai kita pucat pasih menghadap Allah di padang Masyar, begitu harus mempertanggung jawabkan harta kita.



Semoga saja pemilu bisa memilih pemimpin yang adil di mata Allah dan rakyat.
Ilmu lebih dekat ke Syurga.
Bekasi, 11 Januari 2009, berkah hujan menghampiri rumahku.

2 comments:

demoffy said...

Ilmu harus tetap diperjuangkan.......

wangsajaya said...

ya, mendapatkan ilmu harus dengan perjuangan, lebihbaik mati dalam keadaan memperjuangkan ilmu, bukan sebaliknya.