Tuesday, April 6, 2010

Jangan Kebabalasan yaaa

Jam masih menunjukkan pukul 19.38, entah malas sekali hari ini. Sepulang dari Depok, kuliah Pengaolahan DAS dari Pak Eko, 2 sesi, badan semakin pegal-pegal, karena menunggu kereta yang masih ada di Citayam. AC Ekonomi, yang mulai menjadi pilihan banyak orang. Biasanya jam 17.20 baru datang. Kereta sebelumnya Ekonomi dan AC Ekonomi Tanah Abang,... jadi berpikir akhirnya hapal juga tuh jadwal kereta.
Karena mau mengejar sholat maghrib, mampir di SMA Negeri 8 dulu. Sehabis sholat, jam 18.35 pulang dengan membonceng mas syam. Bus Mayasari Bhakti 9A yang selalu menemani. Di bilangan Prumpung tempat para checker bus, saya naik, biasanya naik pula, pedagang dan pengamen, dan yang turun biasanya para copet yang beraksi sepanjang Senen-Prumpung.
Sehabis main air, ... benar-benar di mainkan tuh air,.. siaram sana-sini,.. yang penting basah dulu. Kebiasaan buruk, menghabiskan sayauran,...plus lauk. Tanpa nasi,.... Apel dan pear menutup makan malam.
Acara TV tidak ada yang bagus, jarang nonton sinetron dan kuis atau semacamnya, apalagi take him out, hahahahha. O Channel, coba disimak. Ada siswi Indonesia yang sedang home stay di Luar Negeri, dara asal Aceh tersebut dengan bangganya menjelaskan negeri tersebut. Mengalir deras kalimat-kalimat yang membanggakan pendidikan negeri itu. Saya senyum-senyum saja, 4S, tetapi makin saya dengar makin pusing, wah makin kebabalasan.
”Saya senang disini karena nggak ada yang menegur, jika tidak pakai seragam, tidak pakai kaos kaki. Di sini diajarkan berpikiran bebas, dan berdebat. Di Indoensia kita dicekokin oleh text book. Negeri ini menghargai orang lain. Sesampai di Aceh nanti saya akan mengajarkan bahasa Inggris,... setelah itu saya akan banyak berdiskusi sehingga anak-anak punya ”aware”, karena kalau sudah aware, maka akan terjadi eksplorasi,... bla... bla... bla...”.
Saya bangun dan tersadar, tahun 2002 pun saya mengalami perdebatan dengan siswa SMA Negeri 8 yang baru dari AFS,... persoalan sepatu yang berwarna coklat, bukan hitam. ”Pak ini hal sepele,... jangan lihat covernya dong, lihat pemikirannya.” Begitu kira-kira kalimat anak tersebut. Saya kagum keberanian siswa tersebut untuk mempertanyakan masalah tersebut. Saya ajak bicara di depan ruang guru. ”Nak, di Amerika itu apakah semua serba teratur ?”. ”Iya pak.” ” Jadi kita setuju ya, bahwa keteraturan akan membawa dampak untuk kebaikan semua hal. Dan keteraturaturan dihargai oleh kepatuhan orang-orang akan aturan.Timbul yang namanya disiplin. Pertanyaan saya setuju tidak kalau SMA Negeri 8 teratur dan disiplin ?”.
Anak itu tersenyum, dan... ” Iya pak yaa, saya membanggakan tempat orang lain, yang seharusnya saya bawa model disiplin tersebut ke SMA saya, bukan mempertanyakan hal-hal yang membuat saya terlhat bodoh. Hanya masayarakat barbar yang tidak suka dengan kedisiplinan.”.
Saya menyalami anak tersebut, ” Bantu kami untuk mendisiplikan anak-anak yang lain.”
Jam telah menunjukkan jam 22.27, mata ini masih berkutet dengan data Kriminalitas Polda Metro Jaya,... sebuah rencana besar membuat Tesis tentang Pola Kriminalitas DKI Jakarta, Insya Allah. Posisi badan sudah mulai mengambang, saat itulah mimpi datang. ”Hai istriku, karena kemarahanku ini, maka akan aku tarik semua kebahagian kamu di dunia ini. Akan saya ambil simpanan uang, emas dan harta lainnya. Saya hanya akan memberikan pakaian seadanya, dan makanan yang pokok-pokok saja.Agar kamu makin menyadari arti seorang pemimpin di rumah ini.” Sang istri dengan tertunduk berusaha mengerti arti kalimat suami tercinta. ”Suamiku, semoga Allah merahmati hidupmu. Kebahagianku bukanlah semua hal yang kamu berikan tersebut, jika engakau tarik semua harta yang mungkin menjadi hakku, aku rela, ... jila engkau ambil juga mas kawin yang tekah engkau iklashkan buatku, ... aku juga rela. Kebahagian bukan diukur dari banyaknya harta yang kau berikan,... kebahagiannku terletak pada saat aku mampu beribadah kepadaAllah. Dan itu sesuatu yang tidak mungkin kamu ambil dariku.”
Ibnu Taimiyyah mengatakan orang yang tidak berbahagia di dunia, maka tidak akan berbahagia di akhirat. Kalau menilik pernyataan di atasnya yang merupakan sebuah kisah yang disampaikan Yusuf Qardhawi, maka kebahagian bukannya banyaknya sesuatu yang kita dapatkan dari Allah. Tetapi seuatu yang kita berikan buat Allah. Bayangkan waktu yang menjadi mata uang akhirat, menjadi milik Allah. Berapa banyak orang yang kehilangan waktu buat beribadah. Kalau kita masih ada waktu untuk Allah, itu bukan hak kita tetapi kewajiban kita.
Jangan kebablashan,... dalam berpikir, bertindalk dan bahkan merencanakan sesuatu. Allah-lah pembuat rencana terbaik. Dan saya yakin ada rencana Allah buat saya, anda dan kita semua.

2 comments:

Nena Brodjonegoro said...

Halo pak! Saya Nena, dari aksiguru.org. :)
Iya, memang menjaga diri supaya tidak kebablasan juga adalah satu upaya keras..
Oiya, blog bapak kami profilkan di AksiGuru.org yaa.. silakan mampir!

wangsajaya said...

thnks yaa atas komennya..... kalimat saya setiap pagi menyambut siswa di sekolah adalah : semangat !