Friday, April 9, 2010

Hidrosfera, styrofoam dan SMA Negeri 8

Kemajuan ilmu dan teknologi berkembang dengan pesat diberbagai bidang, termasuk dalam bidang pangan, kemajuan teknologi ini membawa dampak positif maupun negatif. Dampak positif teknologi tersebut mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas pangan, juga meningkatkan diversivikasi, hygiene, sanitasi, praktis dan lebih ekonomis. Dampak negatif kemajuan teknologi tersebut ternyata cukup besar bagi kesehatan konsumen dengan adanya penggunaan zat aditif yang berbahaya.

Pola kehidupan masa kini dicirikan dengan tingginya biaya hidup, emansipasi atau karena alasan lain menyebabkan wanita bekerja diluar rumah. Data statistik tahun 2002 menunjukkan bahwa wanita yang bekerja pada angkatan kerja berjumlah 33,06 juta atau 44,23% dari jumlah total usia wanita antara 15-60 tahun (BPS, 2002). Wanita sebagai ibu rumah tangga dan sebagian lain berprofesi bekerja di luar rumah, karena keterbatasan waktu dan kesibukan, serta sulitnya mencari pramuwisma menyebabkan makanan siap saji menjadi menu utama sehari-hari di rumah.

Ritme kehidupan yang menuntut segala sesuatu serba cepat, waktu terbatas, anak harus pergi sekolah sementara ibu dan bapak harus segera berangkat kerja, sebagai jalan pintas untuk sarapan disediakanlah makanan siap saji yang memakan waktu penyiapan 3 sampai 5 menit. Siang hari pulang sekolah ibu dan bapak masih bekerja dikantor, anak-anak kembali menikmati makanan siap saji ini. Selain mudah disajikan makanan ini umumnya mempunyai cita rasa yang gurih dan umumnya disukai, terutama oleh anak-anak usia sekolah.

Masalah lain yang jadi fenomena dimasyarakat adalah tersedianya berbagai jajanan yang dikemas dapat dipastikan "kaya" zat aditif. Tercatat 13 jenis snack mengandung bahan aditif dalam kandungan yang cukup tinggi (Republika, 2003). Pertanyaan yang muncul adalah sejauh manakah bahan-bahan aditif tersebut terkonsumsi dan terakumulasi dalam tubuh, bagaimana dampaknya bagi kesehatan? Dan bagaimana tindakan konsumen terutama ibu-ibu rumah tangga dalam memilih, mengolah makanan yang aman, higienis, cukup gizi dan menyehatkan anggota keluarganya?
http://1of-famous.blogspot.com/2009/09/contact-webmaster-sasds.html

Menurut Dinas Kebersihan DKI Jakarta (2007) produksi sampah di DKI Jakarta perharinya mencapai 26.945 m3 atau setara dengan 6.000 ton per hari, yang terdidir dari 55% sampah organik dan 45% sampah anorganik. Diantara 45% sampah anorganik, plastik meduduki tempat kedua teratas (13,25%) setelah sampah kertas (20,57%). Ini berarti ada sekitar 1.000ton sampah plastik per hari diproduksi di Jakarta.
http://mepow.wordpress.com/2010/01/01/sampah-dan-penanggulangannya/

Berdasarkan tulisan di atas, maka pada hari kamis tanggal 8 April 2010 saya membawa siswa kelas X-I SMA Negeri 8 Jakarta ke bantaran kali Ci Liwung, belakang sekolah yang berjarak ± 50 meter. Materi Geografi yang akan diajarkan adalah Hidrosfera. Saya berusaha menggabungkan dua hal tersebut. Styrofoam dan hidrologi, salah satu efek terbesar adalah banjir di SMA Negeri 8.

Banjir di Jakarta bukan hanya kiriman air dari Bogor saat hujan deras, tetapi juga adanya barrier di sepanjang jalur irigasi, yaitu Ci Liwung. Dengan kekuatan 34 siswa kami bergerak dari lantai 3 gedung sekolah, menuju lapangan depan piket. Setelah mengetahui jumlah pasti siswa, saya membawa mereka menyusuri pintu gerbang dan menuju belakang sekolah. Sebagian besar siswa belum pernah melalui jalur “anak nakal” melarikan diri ke Warung Kremes. Sepajang jalan semesteran lebarnya, siswa dapat melihat, di pemukiman padat penduduk dengan tingkat ekonomi di bawah rata-rata, ternyata saluran pembuangan menuju ke Ci Liwung sebagian besar terisi oleh Styrofoam, gelas plastik, bungkus indomie, potatos, chitatos. Bagaimana mungkin masyarakat dengan kondisi seperti tu mampu membeli makanan cepat saji berbungkus Styrofoam ? Semua anak menjawab : itu sampah kita, pak.

Sampailah mereka di bantara kali, sekitar 10 menit untuk mencapai bantaran kali. Terlihat rumah-rumah yang berdinding kayu, terkelupas semua bagian luarnya. Cat tembok kusam, banyak sampah plastic di pohon-pohon yang menjorok ke Ci Liwung. Itu semua karena banjir besar pernah melanda wilayah ini.

Jarak rumah penduduk dengan pinggir kali hanya berjarak 2 -3 meter. Wc apung dan pemadian langsung di sungai. Sebuah kehidupan yang keras, air yang kotor, tanah sisa dan tumpukan sampah. Siswa juga melihat di seberang kali, pemukiman jauh lebih padat dan amat kumuh. Bertumpuk tidak beraturan. Tetapi kontradiktif dengan kelengkapan hiburan. Hampir semua atap rumah terlihat antena televisi.

Memberi contoh langsung kepada siswa, adalah salah satu metoda untuk mengenalkan bahasa sampah, terutama pemakaian styrofoam yang amat tinggi di sekolah. Oleh karena saya berharap program ”anti styrofoam” yang dilaksanakan setiap hari senin dapat berjalan dengan baik. Subsie Puapala dan Pramuka menjadi motor untuk kegiatan mengurangi styrofoam.

Dengan jumlah yang sangat besar dan juga bahaya akan timbulnya penyakit karena lingkungan menjadi tidak sehat, apa yang harus kita lakukan dengan sampah ini?? Ada beberapa hal kreatif dan efektif yang bisa kita lakukan yaitu menerapkan prinsip 4R: Replace (mengganti), Reduce (mengurangi), Re-use (memakai), dan Recycle (daur ulang).

Replace
Ganti dengan barang ramah lingkungan.
Teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan. Misalnya, ganti kantong keresek kita dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami.

Reduce
Kurangi Sampah!.
Kita bisa mencoba cara-cara ini :
• Membawa tas belanja sendiri untuk mengurangi sampah kantong plastik pembungkus barang belanja
• Membeli kemasan isi ulang untuk shampoo dan sabun daripada membeli botol baru setiap kali habis
• Membeli susu, makanan kering, deterjen, dan lain-lain dalam paket yang besar daripada membeli beberapa paket kecil untuk volume yang sama.

Re-use
Gunakan sisa sampah yang masih bisa dipakai!
Beberapa contoh kita dapat melakukan cara-cara ini :
* Memanfaatkan botol-botol bekas untuk wadah
* Memanfaatkan kantong plastik bekas kemasan belanja untuk pembungkus
* Memanfaatkan pakaian atau kain-kain bekas untuk kerajinan tangan, perangkat pembersih (lap), maupun berbagai keperluan lain nya.

Recycle
Daur Ulang Sampah!
Daur ulang sendiri memang tidak mudah, karena kadang dibutuhkan teknologi dan penanganan khusus. Tapi kita bisa membantu dengan cara-cara ini :
• Mengumpulkan kertas, majalah, dan surat kabar bekas untuk di daur ulang
• Mengumpulkan sisa-sisa kaleng atau botol gelas untuk di daur ulang
• Menggunakan berbagai produk kertas maupun barang lainnya hasil daur ulang.

Beberapa contoh hasil daur ulang sampah adalah tas daur ulang, map daur ulang, tempat tisue, kertas daur ulang, pupuk kompos, dan lain sebagainya.

No comments: