Saturday, January 16, 2010

Melanjutkan Studi Ke Jepang (1)

oleh : Dr.Jumiarti Agus

Jepang merupakan salah satu negara impian banyak orang, baik untuk bekerja maupun melanjutkan studi. Tidak hanya pelajar dari Indonesia, tetapi juga banyak bangsa lain di dunia.

Sebagian di antara mereka memang datang dengan beasiswa dari pemerintah Jepang (Monbukagakusho). Tapi, tak sedikit yang datang dengan biaya pribadi pada awal kedatangannya.

Memang, sekarang ini persoalan jarak sudah bukan lagi penghambat melanjutkan studi ke luar negeri. Ya, ke manapun, termasuk Jepang. Banyak anak bangsa yang memilih berjuang di negeri orang untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan meningkatkan keahliannya.

Lalu, apa gerangan yang membuat ketertarikan mereka belajar di negeri orang, khususnya ke Jepang?

Aman didatangi

Bila Anda berniat untuk studi ke luar negeri, faktor keamanan tentu cukup penting untuk dipertanyakan. Di Jepang, tidak masalah bila berpergian ke mana-mana seorang diri. Bahkan, tidak terkecuali saat pulang ke rumah setelah larut malam lantaran saking betahnya melakukan riset atau membuat laporan penelitian di laboratorium.

Tak jarang, mahasiswa memang melakukan hal itu, yaitu pulang larut malam. Karena tradisi di sana, laboratorium adalah rumah kedua. Bagi mahasiswa, pulang ke rumah hanya untuk tidur saja.

Toh, tidak pernah ada seorang mahasiswa pun yang diganggu. Tidak pernah ada pencopet atau perampok. Tidak pernah bertemu dengan seseorang yang ingin menganiaya.

Tidak terbantahkan, Jepang memang negara dengan tingkat keamanan nomor 1 di dunia.

Perpaduan kebudayaan

Berada di kota-kota di Jepang, bukanlah pemandangan mengherankan manakala terlihat kuil-kuil kuno tegak berdampingan dengan gedung-gedung pencakar langit. Inilah kebudayaan Jepang dewasa ini, sebuah gabungan yang mengagumkan antara kebudayaan kuno dan baru, antara Timur dan Barat.

Seiring kemajuan teknologi media informasi, informasi dengan mudah mengalir masuk ke Jepang. Hal-hal baru dengan cepat pula tersebar luas di sana. Namun, kebudayaan tradisional seperti festival tradisional dan gaya hidup yang sudah berurat dan berakar di setiap daerah masih tetap melekat sebagai ciri khas daerah yang bersangkutan, seperti halnya dialek daerah.

Berbeda sekali dengan kita, orang Indonesia, yang sangat mudah terpengaruh oleh budaya luar, dan terkesan enggan mempertahankan budaya leluhur kita. Di Jepang, kebudayaan tradisional adalah suatu daya tarik sendiri yang sangat menginspirasi banyak anak bangsa. Tak sedikit anak bangsa yang terlibat dan ingin mengikuti berbagai festival tradisional negaranya sendiri.

Ramah dan Menghormati

Kultur masyarakat Jepang umumnya ramah. Mereka menerima siapa saja tanpa memandang seseorang dari tampilannya. Mereka menilai semuanya adalah makhluk yang mempunyai hak untuk dihormati dan diperlakukan dengan baik, sehingga membuat nyaman untuk berada di antara mereka.

Tidak ada pandangan sinis, pelecehan, dan sebagainya dari mereka terhadap pendatang pada umumnya. Kebebasan menjalankan ibadah dan hal-hal keagamaan juga dihormati oleh penduduk Negeri Sakura.

Memang, untuk memperoleh makanan halal terasa sulit. Namun, mereka akan dengan sabar menerangkan setiap komposisi makanan dari suatu produk atau dagangannya. Mereka dengan jujur mengatakan, "Maaf, sebaiknya ini jangan dikonsumsi," bila ternyata ada zat yang haram dalam suatu bahan makanan yang akan dibeli.

Pun, begitu dalam kesehariannya. Mereka dengan mudah memahami keberatan-keberatan seorang Muslim akan suatu kegiatan mereka yang tidak sesuai dengan syariat agama Islam. Dengan syarat, kita harus memberitahunya dengan konsisten.

Penulis adalah alumni Tokyo Institute of Technology dan Peneliti di Aku Cinta Indonesia Kita (ACIKITA) di Tokyo, Jepang

No comments: