Monday, October 6, 2008

Apa yang dikejar mira lesmana dan riri ?

Akhirnya saya dan teman berhasil nonton juga tuh film. Kalau baca resensi dan wawancara banyak pihak di televisi jadi ingin sekali menikmati film berbobot garapan sutradara handal. Beberapa film garapanmereka memang membuat saya terkagum-kagum. Sungguh !. Tenyata hari itu di Plaza Senayan kosong antriannya, hehehehe. Beli tiket, sholat dzuhur, makan steik dam masuk ke studio 2. Awal yang menyenangkan, "nanti jangan banyak omong atau tanya ". Itu kalimat yang saya sampaikan ke sang kekasih. Saya ingin sekali menikmati film ini.

Alurnya berjalan enak, tetapi sang kekasih mulai berceloteh mendahului alur cerita, huh menyebalkan pikirku dalam hati. Jadi ingin nonton sekali lagi tanpa di temani sang kekasih. Setelah hampir dua jam, saya baru sadar. Kenapa terlalu banyak momen, sehingga seperti potongan-potongan kisah hidup, ada hal-hal yang diubah dan hilang ( walau pun sempat nangis juga, hehehehhehe). Beberapa sisi, mira dan riri berhasil menggugat GURU. Kalimat sang maestro Ikaranagara pun membekas "Banyaklah memberi jangan banyak meminta ( smenacam itulah)".

Penontonnya penuh hari itu, dari anak usia 3 tahun hingga orang tua ( malah kebanyakan anak mungkin, karena orang tua berpikir ini film bagus untuk membangkitkan jiwa perjuangan anak. Tapi apa mereka sudah baca tuh novel, hehehehehe). Kalau 1000 guru berhasil nangis di Bandung, rasanya hari itu ada satu guru yang nangis. Tapi tangisan saya berubah karena pesan moralnya berubah. Nasionalisme. Saya takut jangan-jangan Partai Amanat Nasional akan akn menasionalisasi film ini, khan ada sekolah muhammadiyah. "Sekolah ini tidak boleh mati."

Sekolah ini bukan membuat nilai-nilai akademik, tetapi bedasarkan hati nurani. Semoga aja sekuel yang kedua nanti bisa lebih ke novel ketimbang sarat dengan muatan yang lain. Hehehhee. Saya tetap maunonton lagi.

No comments: