Saturday, December 6, 2008

Organisasi beda dengan gerombolan

Dibesarkan di kepramukaan dari SD, saya belajar untuk berorganisiasi. Kepramukaan membentuk karakter saya dalam kebersamanan dalam lingkup kakak - adik, bunda-ayahanda - anak, sehingga saya berusaha untuk menegrti bahwa kasih dan sayang yang diberikan saat memang membentuk karakter awal seorang manusia. Di SMP pun saya menekuni kepramukaan, walau menjabat juga di sub sie mading, karakter kepramukaan tetap menjadikan saya harus menerima teman apa adanya, berbaur bahkan berusaha mengurangi perbedaan yang mungkin timbul. Di SMP harus diakui peran guru maish sentral, sehingga ada hal-hal yang siswa harus mau takmau menerima hal itu. Hanya sedikit perdebatan. Tetapi memang pendapat dari kita para siswa saat itu mulai mendapat perhatian dari pembina. Beberapa kali pembina dalam suasana yang tidak formal mengajak saya berbicara dari hati ke hati. Coba bayangkan saat mandi di sungai, acara perkemahan sabtu minggu, Kak Ozie dengan santun dan halus menanyakan kedekatan saya dengan seorang siswi yang lain. Hehehehe, saya tidak marah, di hati senang sekalai ternyata ada guru yang seperhatian itu.
Masa SMA adalah pembentukan karakter kedua. Entah mengapa saya memilih Kerohanian Islam, mungkin karena haus akan siraman rohani. Tetapi karen Rohis adalah oraganisasi di bawah OSIS, maka saya juga dikenalkan akan POAC-nya Jhon R,Terry. Ada banyak organisasi di 8, semuanya mempunyai karakter tersendiri. Alhamdulillah di Rohis, saya mengenal 3AR, Segar - Pintar dan Benar. Rohis membentuk saya dengan nilai-nilai keislaman, yangjujur pada saat itu Islam masih menjadi "barang " menakutkanuntuk sebagian orang. Bayakan itu masa 80-an dan Rezim sedemikian takut dengan yangberbauh Islam dan Mesjid.
Tetapi ada satu hal yang harus dipahami, organisasi lembga yang jelas dan resmi. Sehingga kaderisasi pun ditujukan agar organisasi mampu berdiri tegak setaip saat karena ada jiwa-jiwa muda yang darahnya mengalir dengan kuat untuk mengembangkan organisasi. Suasa kekeluargaan dibangun dengan hati dan kepercayaan , bukan dengan kekerasan dan ketakutan. Organisasi identik dengan komunitas kelas, ketika kelas dibangun dengan guru yang menakutkan maka yang ada adalah kaderisasi yang akan menghancurkan sendi-sendi organisasi.
Kemaren saya dapat pengalaman yang amat berharga. Bahwa tidak ada dalam organisasi itu senioritas angkatan. Semua adalah anggota organisasi, jika ada sebuah angkatan yang masih merasa perlu menggunakan kekuatan, maka sebenarnya kita telah menghancrkan organisasi, menuju gerombolan. Islam dengan tegas menyatakan bahwa dihadapan Tuhan semua manusia sama, hanya orang yang beramal saleh yang membedakan. Kok kita manusia berusaha membedakan manusia. Sewaktu kuliah saya berusaha menegrti kenapa senior sedemikian menunjukkan jati dirinya, ternyata senior yang paling galak berhubungan erat dengan tingkat kemampuan akademiknya. Mereka demikian karena, suatu saat akan mengambil mata kuliah bersama adik kelas. Yang nota bene pernah "dikerjain".
Organisasi adalah membentuk hati, sekolah juga membentuk hati, negara juga seharusnya membentuj hati. Apalagi hanya sebuah organisasi di sekolah.
Jika kita mendengar ada siswa senior yang menghancurkan adiknya, yakini bahwa hati senior telah ditanami prinsip bahwa oragnisasi adalah kekerasan. NBMD.

No comments: