Wednesday, December 17, 2008

Hari pertama di Singapore

Akhirnya rencana berangkat ke Singapore yang tertunda hampir 2 tahun, yang sempat bikin sang kekasih marah-marah karena gagal berangkat 14 hari workshop di tahun 2006 akhir, terjadi juga. Undangan dari Prof Choa, mantan dean NTU dan Judi Wong dari SIM saya terima melalui Pak Tyson. Bergabung keberangkatan dengan siswa kelas Intrenasional yang hampir 70 orang. Dari pihak SMA Negeri 8 Jakarta ada Pak Sutrisno dan Pak Ahmad Yani yang mewakili sekolah. Sementara dari Kelas Internasional, kepala rombongan Mrs. Nanie, ditemani oleh Mrs. Lita, Dian Indah, Yustrida dan Mr. Halim. Waktu telah menunjukkan pukul 03.15 menit ketika saya harus menuju bandara internasional cengkareng, karena wkatu boarding harus 2 jam sebelum keberangkatan. Rasanya apa akan selama itu penerbangannya. Hahahahaha. Keberangkatan saya dengan Pak Tyson sudah diatur, tiket kami memang pihak NTU yang mengatur, sehingga tidak berbarengan dengan siswa dan guru. Jam 06.15 kami boarding, dan amat cepat seklai prosesnya, karena pak Tyson menggunakan "senjatanya", tidak menegrti saya ketika barang-barang saya ditempeli kertas bertuliskan PRIORITY. Emangnya siapa hahahahhaha. Lumayanlah pesawat garuda tidak aneh-aneh. Pramugarinya memang tifak secantik di SIA atau Lion-lah. Standar saja layanan GIA. Sesaat pesawat mendarat, saya mempersipkan barang bawaan, cuma backpaker. Kopor kecil ada di bagasi. Begitu mengantri untuk turun saya melihat ibu menteri sosial, ibu Rosidah. Beliau purnabakti guru di SMA Negeri 8 Jakarta, suami beliau adalah Bapak Bachtiarhamsyah, menteri soaial RI. Pak Tyson bertanya, siapa beliau, karena melihat saya sedemikian terburu-buru mengejar bu Rosidah. Sebelum masuk pemeriksaan, saya berseru,"BU Rosidah." Beliau dengan pengawalan pihak protokoler berbalik badan dan,"Hey Pak Wangsa, ada disini, sama siapa ?". Sedikit berbasa-basi. Beliau menyampaikan salam untuk teman-teman guru, dan memberitahu baru mau menjenguk Bpk Ali Alatas yang terbaring sakit di Singapore.
Yan menarik adalah, pemeriksaan tidak berbelit-belit, proses demikian cepat di Changi. Keramahan mereka untuk menjawab, wlaau bahasa inggris saya amat jauh dari harapan mereka. Yang saya tangkap, grammar mereka juga parah, buktinya mengerti grammar saya yang salah. Tempat penginapan berjarak 30 menit dari Changi, hebatnya kok bisa tepat waktu mereka memprediksi. Ternyata memang tidak ada kemacetan di sepanjang jalan. Jalanya bersih, tidak ada orang lalau lalang, tukang ojek, asongan, bahkan petugas kebersiahan dan polisi tak tampak. Singapore memang berbeda. Ternyata ada polisi yang sedang "saman" dengan pengemudi yang terkena kamera pengawas jalan melakukan tindakan kesalahan. Wah ternyata memang banyak kamera. Pantas polisi tidak ada, aklau di Indonesia seperti ini, banyak polisi yang nganggur deh, hehehe.

No comments: