Friday, February 6, 2009

Konfirmasi penting

Pagi ini di buka dengan lembaran yang buat saya perlu diklarifikasi. Awalnya saya beroikir untuk tidak peduli yang namanya "move" atau istilah saya "penetrasi". Dalam islam namanya Ghawzul Fikri, penjajahan pikiran berkonotasi "kontra ideologi". Entahlah nama yang tepat apa ? Saya turun dari ruangan BK, menuju lapangan. Ada Pak Suhaman yang tetap dengan komitmen mengawasi siswa dari lapangan. Masih dalam keadaan sakit, kakinya belum mampu memakai sepatu. Luka ditimbulkan oleh sepatu buat penderita diabetes akan menjadi berkepanjangan. Komitmen yang harus dibayar mahal, berusaha tetap menjaga kedisiplinan siswa untuk masuk ke kelas. Minimal siswa akan berpikir, "Pak Suhaman, tetap komitmennya, walau sudah tidak menjadi Kepala Sekolah". Jangan-jangan ada yang berpikiran terbalik. "Emangnya loh siapa ?". Nilai positif yang harus diketengahkan adalah, jabatan beliau dulu adalah tugas tambahan, tugas guru sebenarnya adalah mendidik. Dan Pak Suhaman sedang melakukan tugas utama beliau. Selagi mengobrol dengan Pak Suhaman, datanglah pak Sutrisno Prasodjo. "Pak Wangsa, mohon maaf saya tadi mendengar kabar dari Alumni. Katanya Pak Wangsa mau keluar dari SMA 8 karena clash dengan Saya ?". Astaghfirullah. Saya cukup kaget, tetapi karena ada Pak Suhaman, saya berusaha tetap tenang. Saya clash dengan Pak Tris dan yang memberilan berta tersebut Alumni ? Wah ini parah, untungnya Pak Tris memberi tahu nama Alumni tersebut. Kepada Alumni (tersebut), mohon diklarifikasi dulu ya, hehehhee. Pak Tris seorang guru yang amat saya hormati. Beliau yang banyak mensupport saya selama ini. Hanya beliau yang tahu kenapa saya belum menikah, hanya beliau. Sebuah kepercayaan yang tinggi saya berikan kepada beliau. Dan komitmen beliau terhadap SMA Negeri 8 Jakarta, saya amat tidak ragukan. Hari Kamis kemaren ada peristiwa unik. Pak Tris sampai harus dijemput sang Istri (yang juga alumni 8) untuk menemui dokter agar memeriksa kesehatan beliau. Bayangkan sampai dijemput oleh istri. Komitmen belaiu ada di sekolah melebihi keinginannya untuk tidak hadir dalam berbagai kondisi. Saya salut pak. Sebulan ini saya amat bangga masih ada empat guru yang selalu memberikan saya semangat untuk menghadapi kondisi yang terjadi. Pak Tris-lah yang membela saya selama ini salah satunya. Jadi kalau ada kabar saya clash dengan Pak Tris, ulah siapa lagi ini ? Masih kurang apa tekanan yang diberikan kepada saya ? Dihadapan Pak Tris, pernah saya ungkapan perasaan dan keinginan saya. "Untuk SMA Negeri 8 apa pun akan saya lakukan, Pak." Itu bentuk komitmen saya selama ini. Tahun 2002 saya mulai bertugas di Bimbingan Konseling, berusaha mengenal tugas dan fungsi BK. Pak Sugiharto, kepala sekolah SMA Negeri saat itu, yang juga guru BK mendorong saya untuk memahami tugas guru Bimbingan Konseling. Saya belajar dari Bu Anidar tentang Penerimaan Siswa di perguruan tinggi, saya belajar dari Pak Suhaeli memberikan dorongan dan motivasi, saya belajar teknik pendekatan kepada siswa dari Bu Paulin, saya belajar dari Bu Ika tentang ke BK an, dari Bu Tatik menghadapi orang tua dan dari Bu Minda keteguhan akan sesuatu. Maka saya praktekan hal-hal tersebut, di ALMAMATER tercinta. Jadi mungkinkah saya clash dengan orang-orang yang punya komitmen dengan SMA Negeri 8, orang-orang yang telah menjaga dan memajukan SMA Negeri 8 Jakarta ? Komitmen bukan diucapkan, lihatlah dari sikap keseharian. Siapa yang membiarkan SMA Negeri 8 Jakarta jatuh, bahkan berniat menjatuhkan, itulah yang sesungguhnya harus saya hindari. Islam mengajrakn komitmen untuk kebaikan, jaga komitmen maka rahmat Illahi akan datang.

3 comments:

nisa said...

waduh..... terharu.... jadi ga enak kadang2 suka malas belajar dan main di kelas, padahal guru2 aja seperti itu pengorbanannya

wangsajaya said...

ya begitulah hehehe

mulki said...

smg sll diberi kesabaran yg sgt luas, pak. kebenaran pasti akan muncul... walau ditutupi gunung skalipun.