Thursday, February 26, 2009

Kisah Hamba Sahaya dan Tuhannya

Pagi itu pak Somad kembali tertunduk menghadapkan muka ke sejadah pemberian anaknya yang sedang bekerja menjadi TKW di negeri Jiran. Kalimat Istighfar, Tasbih, Tahmid, Takbir dan Tahlil terucapkan secara lirih namun mengetarkan iman di hatinya. Kakinya hampor tak terasa, karena sudah berjam-jam pak Somad mengadu kepada kepada Allah tentang hidup dan kehidupannya. Pak Somad terkenang masa-masa indah ketika masih memimpin banyak anak buah, datang paling pagi karena ingin memberi contoh yang  terbaik kepada semua, pulang paling malam karena harus mengevakuasi semua pekerjaan  bawahannya. Penghormatan anak buahnya terkadang menjadi semacam penyembahan. Padahal Pak Somad tidak ingin hal-hal seperti itu.  Pak Somad hanyalah putra desa yang memegang kejujuran sehingga mampu menjadi orang dalam jajaran tertinggi di perusahaan negara tersebut.

Hari itu, kira-kira 2 tahun yang lalu, Cak Kadir yang selalu mengantar Pak Somad ke kantor pusat tidak hadir, Pak Somad marah sekali, walau pun dia berusaha menahannya, tetapi tetap saja keluar kalimat yang tidak semestinya. Untungnya Pak Somad langsung mengucapkan istighfar. Sang istri hanya mengelus bahu Pak Somad untuk sabar, mungkin Cak Kadir ada gangguan di jalan. Akhirnya dengan kekesalan yang cukup mengganggu konsentrasi, Pak Somad naik taksi Express. Sepanjang jalan pak Somad berusaha menghilangkan kekesalan hati dengan mengobrol dengan sopir taksi tersebut. " Aslinya mana mas ?", kalimat pembuka yang pasti akan dijawab jujur oleh sopir kendaraan manapun. Tanpa sadar pak Somad mengeluarkan uneg-unegnya kepada sopir tersebut mengenai Cak Kadir. Hingga kahir perjalanan, selesai pula cerita pak Somad kepada sopir taksi, orang yang baru dikenalnya tetapi telah tahu sedikit tentang sisi kehidupannya.

Kepemimpinan pak Somad memang membawa hasil yang bagus untuk keluarga, kelimpahan rizki karena jabatan beliau juga karena doa dari istri dan anak-anaknya di rumah. Harus diakui semakin kita mendapatkan rahkmat dari Allah, jabatan dan kemudahan hidup, maka akan semkain banyak pula godaan yang datang. Begitu pun dengan pak Somad. Gaji yang rutin diterima menjadi bernilai kecil ketika dia mendapatkan bonus atau pun apa namanya dari rekanan-rekanan bisnis yang selama ini selalu datang ke kantor.  Mulai ada godaan untuk membuat proyek,  membuat proposal dan  kegiatan-kegiatan sosial atau  pun pelatihan.  Hampir semua ide pak Somad diterima oleh jajaran Direksi Kantor  Pusat. Apalagi pak Somad mulai membagi-bagi "kue".

Tahun berganti tahun, pak Somad dikenal Mentri dan di proyeksikan untuk menjadi direktur utama BUMN. Beberapa kali pak Mentri mengundangnya untuk bertukar pikiran.  Kesibukan demi kesibukan, membuat pak Somad yakin bahwa semua hal bisa dicapai dan diraih, dengan kerja keras dan persekawanan. Koneksi harus dijaga, itu pikir pak Somad. Mulailah kesibukan menjamu tamu ini-itu, rekanan ini-itu. Dan semua itu butuh dana yang tidak sedikit. Mulanya memanga hanya sekedar makan siang di Restoran Sederhana Tebet, berlanjut ke Starbug dan seterusnya. Hanya Allah yang tahu.

Hingga suatu hari, pak Somad sadar bahwa itu semua harus ada dana tersendiri. Dana Pembinaan, semacam itulah. Maka terjadilah pembicaraan dengan bendahara untuk menyisihkan dari semua pos kepada dana tersebut. Sang Bendahara karena tahu posisi pak Somad yang sudah dikenal menteri, memberi ijin. Mulai saat itu amat berlimpagh hidup pak Somad, mudah mendapatkan uang dari mana pun, mudah meminta dari mana pun, bahkan dengan kewenangannya pak Somad mampu menggeser siapa pun orang yang tidak disukainya.

Pak Somad mulai jarang pulang ke rumah, jarang berjamaah dengan anak dan istri, jarang berkumpul dengan warga sekitarnya. Hingga akhirnya pak Somad tertangkap tangan di sebuah hotel dengan rekan-rekan bisnis sedang berpesta ria, shabu-shabu. Beberapa wanita nakal pun tertangkap. Tayangan televisi menunjukkan muka pak Somad yang masih dalam keadaan mabuk. Sang istri jatuh terjerembab melihat berita televsi pagi hari, pingsang tidak diketahui siapapun.

Hari ini pak Somad merafalkan Al Fatihah, berusaha mengerti makna dan artinya. Allah memberi perimbangan hidup seperti halnya surat Al Fatihah. Empat ayat pertama untuk Allah, berupa pujian dan sanjungan, berupa pernyataaan keyakinan akan kekuasaan Allah. Sedangkan ayat ke lima merupakan ayat pernyataan kita untuk melakukan sesuatu. Tetapi dengan kalimat "Hanya kepada Mu kami menyembah, dan hanya kepada Mu kami mohon pertolongan".

Sembahlah Allah, setelah silakan meminta pertolongan dan itu hanya kepada Nya. Pak Somad telah membalikan ayat ini, dia begitu yakin bahwa mampu mengambil rizki seseorang karena kekuasaannya. Karena kewenangannya, karena kedekatannya dengan atasan. Padahal Allah bisa mencabut apa pun dari seseorang atau kaum, jika Allah memang berkenan.

No comments: