Friday, September 26, 2008

Menikmati Ramadhan di Darul Irfan

Entah apa yang terpikir pertama kali, ketika saya harus memilih tempat untuk i'tikaf tahun ini. Beberapa tahun terakhir, memang mesjid Al Azhar selau menjadi pilihan saya. Teramat banyak pembenahan diri saya lakukan, karena banyak seklai pelajaran hidup yang saya dapatkan di mesjid tersebut. Dari era pergerakan membela Palestina saat kuliah, 14 tahun yang lalu. Teramat banyak waktu yang saya habiskan di mesjid tersebut, saat jadi tamu Allah, karena memang itu perkerjaan yang saya punya. Pergi dari rumah di Bekasi, padahal tanpa pekerjaan yang menghasilkan uang. Untungnya Ibuku tidak menegtahui bahwa anaknya tidak mempunyai pekerjaan. Tapi saya amat yakin dengan Allah akan penghidupan yang layak, agar saya mampu beribadah dalam kondisi yang baik. Pengalaman yang paling saya membuat saya kangen ke Al Azhar adalah suasana keteduhan dan ketenagan wilayah kebayoran mendekati jam 02.00. Suara saudara-saudaraku membacakan ayat-ayat suci dengan lirih, membuat suasana mesjid menjadi berbeda dengan mesjid lain. Saya smapai hapal, setiap tahun yang hadir orangnya itu-itu saja, yang mampu bertahan hingga malam ke-29. Karena posisi mereka tidak berubah, yang biasa dengan mimbar selalu teman dari luar daerah, yang sengaja datang ke Al Azhar 30 hari penuh. Andaikan saya dapat menirunya, melepaskan duniawi di bulan suci ini. Lima tahun yang lalu ada pengalaman yang membuat saya selalu bertanya, siapa orang ini ? Antar khusyu dan tidak. Saat sedang meneyelesaikan sholat lail, dalam bacaan al fatihah, datang seseorang mengenakan pakain putih dan semerbak harum, duduk di sebelah saya. Beliau mengambil botol aqua saya yang cuma terisi 1/4 bagian, membukanya dan mengisi dengan air dari botol yang ia miliki. Sesaat hilang kekhusyuan, tetapi saya yakin orang ini tidak bernaksud buruk. Saya meneruskan shalat. Suasana hati menjadi semakin tenang, saya merasakan hal yang berbeda, Allahu Akbar, amat berbeda. Saat sholat berakhir dengan salam, saat saya tengokkan kepala ke sebelah kiri........ Orang tersebut tidak tampak. Saya amat yakin tadi beliau ada di samping saya dan menggelar sajadah. Subhanallah. Saya terdiam dan berusaha meneruskan tasbih, tahmid, takbir dan tahlil. Yaa Allah berikan saya yang terbaik. Tahun berikutnya pengalaman yang semirip berulang. Semerbak itu kembali hadir, saat saya sampai di Al Azhar jam 23.00. Sehabis mengambil wudhu, saya menuju mesjid menaiki tangga, sepanjang tangga semerbak itu kembali menghampiri saya. Saya lihat sekeliling, tidak ada orang di sekeliling...... Ya Allah. Saat memasuki mesjid, di depan pintu saya berpapasan dengan seseorang yang wajahnya teduh sekali, dengan jenggot tipis, muka bersih dan menggunakan penutup kepala seperti halnya orang-orang timur tengah. Dengan senyum, orang tersebut menjulurkan tangannya dan berusaha mengambil tangan saya, jabat tangan yang amat berbeda ! Saya merakan energi yang mendatangi saya. Kaki ini terasa tidak mampu berdiri. Beliau menepuk pundak saya, dan berkata,"Assalamu'alaikum." Saya menjawab dengan amat terbata. Entah kenapa air mata ini jatuh, saya merasa kenal dengan orang ini. Saya pernah bersitatap dengannya, lima tahun yang lalu. Yaa Allah siapa dia ? Al azhar semakin penuh jamaah dari tahun ke tahun. Beberapa tahun yang lalu, saya hadir di sekolah. Di mesjid yang membentuk saya 20-an tahun yang lalu. Saat SMA, mesjid Darul Irfan ( dulu mesjid smandel) selalu menjadi tempat curhat saya kepada Allah, menghabiskan malam mingguan di Mesjid. Sehabis belajar di hari Sabtu, kami rohis selalu menginap, Taddabur Al Qur'an, bahkan sampai kelas 3. Alhamdulillah hingga hari ini saya masih bisa i'tikaf di Darul Irfan, penuh ketenangan. Saya menyendiri di mesjid, dengan rangkaian Tasbih, tahmid, takbir dan tahlil. Saya kangen dengan orang tersebut yang pernah hadir menemani i'tikaf di Al Azhar. Ya Allah pertemukan saya kembali dengan nya. Semoga malam-malam berikut menjadi malam yang terindah sepanjang masa yang aku lalui, yaa Allah perkenankan doa hamba Mu ini.

No comments: