Tuesday, June 2, 2009

Bagian 3 : Merencanakan Pendidikan Masa Depan Berarti Merencanakan Hidup

BIMBINGAN BELAJAR/BIMBINGAN TES

Ketika tempat duduk di Perguruan Tinggi  menjadi lebih sedikit dari yang berminat, maka perlu diadakan seleksi. Awalnya, faktor pembatas adalah biaya dan kemampuan akademik. Banyak siswa yang pintar tidak mampu bersekolah karena ketidak adaan biaya. Rasanya sekarang ini faktor biaya bukan hal yang utama.  Pihak Perguruan Tinggi akhirnya menggunakan pola seleksi yang ketat, dari SKALU (Sekretariat Kerjasama Antar Lima Universitas), Proyek Perintis (PP 1, 2, 3 dan 4) dikenal juga sebagai SKASU (Sekretariat Kerjasama Antar Sepuluh Universitas), berubah menjadi SIPENMARU (Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru), berubah lagi menjadi UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tingi Negeri), berubah lagi menjadi SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru), hingga akhirnya menjadi SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) sekarang ini. Sebenarnya ada dua faktor yang menyebabkan sedemikian pentingnya kuliah di perguruan tinggi negeri, Prestise dan Prestasi. Kebanggan berkuliah di PTN sedemikian tinggi, dan itu merupakan prestasi, sementara dari sisi biaya relatif masih lebih murah dari PTS. Bayangkan saja, daya tampung beberapa juruasan jika dibandingkan peminatnya bisa mencapai 1 : 200-an.

Kondisi ini tentunya membuat keyakinan para siswa semakin terganggu. Untuk mendapatkan tempat duduk tersebut siswa harus berjuang menjadi yang terbaik dalam Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Tahun 80-an ketika ketimpangan daya tampung dan peminat menjadi sedemikian tinggi, timbullah kebutuhan akan lembaga pendidikan tambahan selain di sekolah. Siki Mulyono, Santa Lusia, BTA, Teknos, Nurul Fikir, Santo Lukas, KSM, IPIEMS, SSC, GO mulai menghiasi jalan-jalan ibukota. Metode mereka pada dasarnya sama, memperkuat pondasi materi, memperbanyak latihan, meningkatkan mental dan tentunya konseling yang berkesinambungan. Pertengahan tahun 90-an, booming bimbingan belajar sedemikian tingginya. Bahkan bisa dikatakan hampir 100% siswa di PTN adalah produk bimbingan belajar.

Mendekati tahun 2000 hingga sekarang ini, bimbingan belajar lebih banyak variasi dan metodenya. Membuat siswa nyaman belajar dengan hasil maksimal. Hal ini mungkin yang berbeda dengan sekolah. Sekolah seakan hanya menjadi peletak pondasi awal, dan bimbingan pelajar yang mengajarakan cara menembak 12 pass atau pinalti. Sehingga sering yang mendapat nama adalah : Bimbingan Belajar.

Pertanyaan yang mendasar : Perlukah bimbingan belajar ?  Jawabannya adalah  perlu. Bimbingan belajar sebuah lembaga pendidikan yang memang bertujuan membantu siswa agar dapat lulus dalam ujian masuk perguruan tinggi. Seluk beluk tes, model ujian, variasi soal, cara menjawab soal, trik dan tips khusus menghadapi ujian hingga persiapan mental, menjadi bekal berharga buat siswa. Apalagi sekarang banyak bimbingan belajar yang juga menggunakan teknologi. Bukan hanya buku, materi via internet online menjadi bagian dari layanan.

Pertanyaan kedua : Bimbingan belajar yang terbaik ? Datanglah ke Bimbingan Belajar, cari tahu tentang layanan mereka, hasil mereka dan tentunya bicaralah dengan alumni bimbingan tersebut. Selama ini eksposnya selalu bagus. Bimbingan Belajar punya kurikulum ? Harus itu. Kalau tanpa kurikulum bagaimana menentukan tingkat pemahaman dan ketercapaian siswa. Jangan sampai siswa hanya diberikan harapan dan impian. Inti dari mengikuti bimbingan belajar adalah kebutuhan kita dilayani dengan baik. Untuk mengetahui standar terbaik bimbingan belajar, coba kita lihat beberapa hal :

  • Diterima di mana alumni bimbingan belajar tersebut (coba dapatkan nomor yang bisa dihubungi untuk membuktikannya, kalau dapat bisa ngobrol tentang baik buruknya bimbingan tersebut).

  • Staf pengajar lulusan dari mana saja, biasanya pemgajar lulusan PTN akan tahu tentang dunia PTN,bukan hanya cerita. Berikutnya, mereka pernah merasakan tes yang sama, stress yang sama dan tentunya bisa berbagi pengalaman

  • Metode pengajaran, berhubungan dengan jumlah siswa per kelas, jadwal pengajaran, materi yang diberikan, perangkat pembelajaran, ketersediaan guru di tempat, hingga model evaluasi. Evaluasi menjadi penting, apalagi jika daftar nilai siswa diumumkan dan disampaikan ke orang tua. Jumlah siswa per kelas pun menjadi bagian penting juga. Bayangkan ketika siswa di sekolah telah bertemu dengan 39 siswa lain dalam kelas, akan semakin tidak nyaman, dalam kondisi capai harus belajar dengan siswa yang sebanyak itu pula.

  • Jarak bimbingan belajar dan biaya, rasanya tidak terlalu menjadi masalah. Tetapi dengan lalu lintas jakarta yang sukar diprediksi, jarak bisa menjadi kendala. Sebagian siswa yang jauh terpaksa harus kost mendekati sekolah dan bimbingan belajar.


ORANG TUA

Peran orang tua akan semakin penting seiring dengan berjalannya waktu. Masa kelas XII, orang tua dituntut untuk semakin mengetahui seluk beluk kebutuhan siswa. Kebutuhan siswa untuk dapat bersaing secara benar akan terlihat dari perjalanan keseharian siswa. Keperluan alat sekolah, buku-buku, alat tulis, bahkan meja jalan dan penggaris jawaban, penghapus khusus pensil 2B, peraut pensil dan tentunya tempat pensil. Siswa putra mungkin dulu agak malu membawa tempat pensil, rasanya sekarang menjadi hal yang biasa.

Orang tua harus mengevaluasi kemajuan dan kekurangan siswa selama ini. Nilai rapor dan undangan guru bk adalah salah satu indikator ada yang tidak sesuai dengan harapan. Beberapa orang tua dengan senang hati berkunjung ke sekolah untuk bertemu wali kelas, guru bidang mata pelajaran dan bahkan guru bimbingan konseling. Orang tua bukan menitipkan anak ke sekolah, tetapi menyerahkan sebagian kewenangan pendidikan kepada guru. Sehingga untuk hadir ke sekolah adalah hal yang wajar. Menanyakan perkembangan dan bakat anak serta minat merupakan hal yang harus didiskusikan. Beberapa anak lebih terbuka kepada wali kelas atau guru bimbingan konseling. Biasanya guru akan berusaha menjadi jembatan ketika ada persoalan-persoalan di keseharian siswa. Secara hitungan waktu, siswa lebih panjang waktunya berada di sekolah, tetunya ini membuat guru lebih tahu secara detail kondisi siswa di bidang akademik.

Orang tua juga bisa menanyakan perkembangan akademik anak kepada tempat anak mengikuti bimbingan belajar. Masalah kehadiran, pemahaman materi, hasil uji/tes, bahkan kesulitan-kesulitan lain. Jangan sampai anak mengikuti bimbingan belajar hanya sebagai tren, ikut-ikutan. Ada anak-anak yang mungkin tidak memerlukan bimbingan belajar/tes. Mengikuti bimbingan belajar bukan keharusan. Satu hal yang harus dicamkan, bahwa mengikuti bimbingan belajar hanyalah memperbesar kemungkinan seorang dapat diterima di Perguruan Tinggi. Dan bisa saja bimbingan belajar menjadi tidak berguna ketika siswa tidak mampu memanfaatkannya secara maksimal. Bayangkan bimbingan belajar biasanya diadakan 2 kali seminggu, sepulang sekolah. Waktunya hingga pukul 21.00. Kondisi lelah dari sekolah, membutuhkan stamina yang lebih. Boleh jadi konsentrasi siswa terganggu, terlalu lelah atau juga karena gangguan persekawanan. Solusinya manfaatkan tenaga untuk hal-hal yang berguna di sekolah dan cari bimbingan yang tidak terlalu banyak dari sekolah yang sama, bisa diatur waktunya atau lokasinya.

Tanggung jawab memang harus mulai diberikan kepada para siswa. Tetapi tetap orang tua harus memonitor perkembangan akademik, kegiatan siswa dan mungkin hubungan sosial. Beberapa tahun terakhir banyak siswa yang tidak hadir ke sekolah karena sibuk game online di warnet. Siswa bukan sepenuhnya diserahkan ke sopir atau ibu. Beban tanggung jawab yang tinggi, lulus dari sekolah dan diterima di Perguruan Tinggi, menuntut perjuangan dan perhatian lebih. Sesekali bersama anak, berkunjung ke perguruan tinggi akan membawa hasil yang positif. Bisa juga mengajak anak untuk datang ke kantor dan bertemu dengan rekan-rekan sejawat yang mempuyai keahlian khusus, biarkan mereka mengobrol dan berdiskusi tentang sesuatu. Yang paling mudah, bersama-sama berselancar di dunia maya. Banyak sekali informasi pendidikan yang tersebar di dunia maya.

Bibit yang baik akan  berbuah dengan hasil yang baik karena perawatan, jangan sampai bibit tidak sampai menjadi buah. Saya lebih suka orang tua marah karena pusing mendapatkan putranya diterima di banyak perguruan tinggi, daripada orang tua yang marah karena putranya ditolak di semua perguruan tinggi.

No comments: