Tuesday, March 16, 2010

Budaya Takut Kehilangan Muka (Face-Saving Culture)

Budaya Takut Kehilangan Muka (Face-Saving Culture).


BUDAYA TAKUT KEHILANGAN MUKA
Oleh: Iwan Syahril

Seperti halnya kebanyakan negara-negara Asia lainnya, Indonesia memiliki budaya takut-kehilangan muka yang sangat kental. Seorang yang senior, lebih tua, memiliki jabatan yang lebih tinggi dan pengaruh, akan merasa gengsi untuk memperlihatkan keawaman, ketidaktahuan dan kekurangan mereka kepada orang-orang yang dianggap lebih muda, lebih junior.

Umumnya mereka-mereka yang masih muda dan lebih junior akan dianggap sebagai anak-anak baru, anak “kemarin sore”. Ketika anak-anak yang lebih junior ini memperlihatkan keahliannya dalam bidang yang mereka geluti, mereka akan dianggap sebagai ancaman terhadap jabatan dan kedudukan yang dimiliki oleh para senior tersebut. Para senior pun akan takut untuk kehilangan muka karena mereka akan terlihat tidak sekompeten yang lebih junior tersebut.

Bagi saya ini adalah sebuah problem yang amat serius dalam membangun fondasi bangsa, terlebih lagi dalam upaya mengejar ketertinggalan kita dari bangsa dan negara lain. Ketika pekerjaan dikerjakan oleh orang-orang yang kurang kompeten, sementara kita memilki sumber daya yang lebih kompeten, maka selain tersia-siakannya sumber daya tersebut, sistem pun tidak akan bekerja dengan efektif.

Saya pikir, budaya kehilangan muka ini harus bisa digantikan dengan budaya jujur dalam mengakui kekurangan dan kelebihan serta persaingan yang efektif.

No comments: