Thursday, September 24, 2009

PANDUAN PERGURUAN TINGGI 2010

* Dipersembahkan untuk almamater tercinta SMA Negeri 8 Jakarta pada acara Pameran Pendidikan 2009


KATA PENGANTAR



Berikut cuplikan puisi dari penyair terkenal Amerika Douglas Malloch (The best loved poems of the American people, 1936) yang mungkin dapat menjadi inspirasi : ”If you can’t be a pine on the top of the hill. Be a scrub in the valley, but be the best little scrub by side of the hill. Be a bush, if you can’t be a bush, be a bit of the grass. And some highway happier make.If you can’t be highway, then just be a trail. If you can’t be the sun, be a star. It isn’t by size that you win or you fail. Be the best of whatever you are.

…… Bukan besarnya yang mengukur Anda kalah atau menang. Apa pun dirimu jadilah yang terbaik.

Bayangkan, dari SD sudah  berkeinginan menjadi yang terbaik, maka masuklah SMP Unggulan, setelah itu SMA Negeri 8 Jakarta menjadi terget. Setelah menjadi siswa di SMA Negeri 8 Jakarta, maka ;  UI, ITB, Nanyang Technological University, bahkan Tokyo University menjadi tujuan para siswa. Hidup adalah proses, pencapaian terhadap sesuatu bukan akhir dari kehidupan, justru awal bagi pemberian warna kehidupan selanjutnya.

Jalan telah terbentang, keinginan selalu menjadi yang terbaik, komitmen untuk menjadi pemenang, usaha maksimal dan dukungan keluarga akan mewujudkan itu semua.  SMA Neferi 8 Jakarta hanyalah halte kecil pada perjalan sebuah bus.  Terminallah nantinya yang akan para siswa cari. Menjadi apa kelak, akan berbuat apa terhadap hidup ini atau sesukses apa hidup, dimulai dari mana kita akan berkuliah.

Perguruan Tinggi adalah salah satu sarana untuk mewujudkan itu semua. Perjuangankan, raih dan buktikan bahwa  kalian memang yang terbaik. Acara Pameran Pendidikan ini diharapkan mampu memberi pandangan lebih luas tentang dunia perkuliahan. Agar para siswa dapat kuliah di tempat terbaik sesuai dengan minat dan kemampuan. Semoga saja.

Penyusun


SEBAGAI BAHAN RENUNGKAN


UNTUK ANGKATAN 2010



Ternyata ada hal-hal yang perlu diketahui siswa SMA Negeri 8 Jakarta, tentang Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri 2009. Banyak fakta yang mungkin membuat kita harus berpikir lebih arif.

Ternyata :

  1. Siswa SMA Negeri 8 Jakarta yang berhasil Masuk UI, paling besar melaui SIMAK UI, walau ujiannya pertama sekali buat angkatan 2009 ternyata malah dari jalur inilah siswa SMA Negeri 8 Jakarta mampu membuat pesaing-pesaing SMA Negerl 8 Jakarta berpikir ulang buat mengalahkan SMAN Negeri 8. Jalur Simak SMA Negeri 8 Jakarta mendapat tempat duduk sebanyak :  137 Siswa

  2. Jalur UMB sebagia Ujian jalur berikutnya, ternyata siswa SMA Negeri 8 Jakarta hanya menyumbangkan :  47 Siswa

  3. Jalur SNMPTN sebagi jalur terakhir, ternyata siswa SMA Negeri 8 Jakarta mendapatkan tempat duduk sebanyak : 19 siswa

  4. Bandingkan dengan ITB. Melaluai Jalur USM di daerah (USM 1) yang pelaksanaannya kurang dari sebulan setelah SIMAK UI, ternyata siswa SMA Negeri 8 Jakarta mampu memdapatkan tempat duduk sebanyak : 97

  5. USM II atau Terpusat di Kota Bandung siswa SMA Negeri 8 Jakarta mampu mendapatkan tempat duduk sebanyak :  75 siswa

  6. Jalur terakhir yaitu SNMPTN, ada sebanyak : 14  siswa


Jadi buat siswa SMA Negeri 8 Jakarta, Ujian Perguruan Tinggi makin cepat, justru makin mudah ditembus. Hal ini salah satunya adalah tipikal anak SMA Negeri 8 Jakarta yang pola belajarnya akan naik drastis baik dari sisi kualitas mau pun kuantitas., Jadi tidakperlu takut dengan Ujian Perguruan Tinggi manapun dan kapan pun.

Data per 25 Agustus jumlah siswa yang berhasil masuk perguruan tinggi adalah : 97.49 % atau 389 siswa dari 399 siswa angkatan 2008-2009. Perjuang dimulai hari ini. Jangan tunda esok atau esok-esok aja, hehehehehe. Kalau 2009 bisa, 2010 harus lebih mampu.





Merencanakan Pendidikan Masa depan


Berarti Merencanakan Kebahagian Masa Depan



Masa kelas XI telah berakhir, banyak kenangan yang telah terlewati. Dari kenangan indah hingga kenangan yang mungkin mengharu biru. Dapat kekasih, dapat nilai mid semester bagus, dan tentunya naik kelas. Di sisi lain mungkin saja, kehilangan HP, terlambat masuk sekolah sehingga orang tua harus dipanggil, bahkan hingga ketahun menyontek. Semuanya tetap menjadi kenangan indah kelas XI.

Kelas XI tetap harus dilewati karena tidak selamanya menjadi  siswa kelas XI terus. Siswa akan memasuki masa perjuangan sesungguhnya. Kelas X dan XI amat menentukan perjuangan siswa selanjutnya. Jika siswa telah terbiasa berjuang keras, membangun kompetisi yang sehat, menetapkan pilihan perkuliahan, maka akan lebih mudah menghadapi dan mengisi hari-hari di kelas XII. Kemampuan dasar akademis ditanamkan di kelas X dan XI, kelas XII berupa pengulangan dan penguatan. Penambahan materi dl kelas XII sedikit sekali.

SMA Negeri 8 Jakarta sebagai sebuah sekolah unggulan nasional, mempunyai sebuah formulasi untuk membuat siswanya dapat berhasil mencapai cita-cita. Cita-cita yang paling dekat adalah berkuliah di Perguruan Tinggi sesuai dengan minat dan kemampuan.

Tulisan ini kami sampaikan sebagai gambaran kegiatan siswa kelas XII saat menjalani hari-hari di sekolah dan kegiatan luar sekolah, sehingga siswa mampu untuk mewujudkan cita-citanya. Tulisan ini didasarkan pada pengalaman menjadi guru Bimbingan Konseling di SMA Negri 8 Jakarta. Sehingga mungkin saja yang kami tuliskan tidak sesuai dengan kenyataan setiap individu. Minimal para siswa mendapatkan gambaran  tentang persiapan kakak-kakak mereka di tahun lalu dalam mewujudkan cita-citanya.

Sebenarnya ada 4 aspek yang akan kami bicarakan, yaitu siswa, guru, bimbingan tes/belajar dan orang tua. Tetapi kami akan lebih banyak membicarakan 3 aspek, yaitu siswa, bimbingan belajar/tes dan orang tua. Bukan mengecilkan arti peran guru, tetapi lebih kearah penghormatan kepada guru, yang telah berjuang menanamkan pondasi keilmuan, dan selalu dilupakan saat siswa diterima di Perguruan Tinggi. Siswa dan orang tua hanya akan mengingat Bimbingan Belajar/tes yang telah mengantarkan siswa mampu berjuang dalam ujian masuk perguruan tinggi.  Kewajiban guru hanya mempersiapkan siswa  mampu menghadapi ujian nasional. Tetapi terkadang menjadi lucu ketika siswa gagal dalam ujian masuk perguruan tinggi, justru guru yang dipersalahkan. Terkadang siswa juga kurang menghargai guru ketika mendekati masa-masa ujian masuk perguruan tinggi, dengan seenaknya siswa meninggalkan kelas  menuju bimbingan belajar. Guru akan tetap bersemangat mengajar para siswa yang tersisa di kelas dengan semangat dan senyum. Guru SMA Negeri 8 Jakarta akan tetap berdoa untuk kebaikan anak didik.

SISWA

Tiga tahun yang lalu para calon siswa datang ke SMA Negeri 8 Jakarta dengan semangat yang amat tinggi, mewujudkan cita-cita, bukan hanya dapat masuk ke SMA Negeri 8 Jakarta, tetapi berkompetisi dengan para siswa terbaik se-Jakarta, juga tetap dalam jalur  yang benar, menuju universitas pilihan. SMA Negeri 8 Jakarta selalu menjadi pilihan siswa SMP, sehingga rata-rata nilai masuk menjadi tinggi. Tahun lalu saja sudah mencapai angka rata-rata 9,3. Nuan SMP tertinggi DKI dapat dipastikan selalu menjadi siswa SMA Negeri 8 Jakarta. Sehingga dapat dipastikan, siswa SMA Negeri 8 Jakarta adalah sekumpulan anak terbaik di DKI Jakarta. Sebuah beban berat yang harus dipikul para guru. Mendidik anak pandai, justru tidak semudah mendidik anak dengan kemampuan rata-rata. Argumentasi dan logika menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam pengajaran di SMA Negeri 8 Jakarta. “Kenapa demikian, Pak?”. Atau,”Bukannya ……., Bu ?”.

Di SMA Negeri 8 Jakarta, posisi kemampuan siswa  akan terlihat dari 3-4 bulan  pertama di sekolah. Ada siswa yang langsung mampu beradaptasi, ada yang tidak peduli, atau ada juga yang sudan berteriak akan ketidak nyamanan. Siswa yang dari asal SMP telah menikmati kompetisi secara baik akan terus mampu menikmati pembelajaran, tetapi yang “karbitan” akan mulai tersengal-sengal. Akan lebih parah terhadap siswa yang hanya mampu mempunyai nilai baik saat UJIAN NASIONAL saja.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan siswa menuju Perguruan Tinggi, yaitu :

  • Tentukan Pilihan Cita-cita, Jurusan dan Perguruan Tinggi

  • Ubah mental dan pola belajar

  • Selalu mengevaluasi kemajuan dan kekurangan

  • Menjaga komitmen


Tentukan Pilihan Cita-cita, Jurusan dan Perguruan Tinggi

Cita-cita, jurusan dan Perguruan Tinggi merupakan awal dan roh perjuangan siswa. Kalau hanya lulus dari SMA Negeri 8 Jakarta, jangan melanjutkan membaca tulisan ini. Banyak siswa bahkan sampai kelas XII semester genap belum tahu mau jadi apa, akhirnya semua ujian  masuk perguruan tinggi dicobanya. Hasilnya bisa ditebak.  Beberapa anak akan mengikuti profesi bapak atau ibunya, beberapa anak terinspirasi paman atau kakaknya, tetapi banyak juga yang dipaksa orang tuanya. Kebijakan orang tua melihat potensi dan kemampuan siswa, serta kemauan siswa untuk mendapatkan yang terbaik justru akan menjadi kekuatan yang berlimpah dan kontinyu.

Terkadang cita-cita masa kecil akan berubah dengan perubahan masa usia, level sekolah dan bahkan tingkat hubungan dengan orang sekitar. Ada siswa yang dari kecil ingin menjadi dokter, keluarga di rumah memang lulusan kedokteran, akan berubah saat bertemu dengan orang tua siswa lain yang berhasil di Pemerintahan misalnya. Atau akan berbeda juga ketika seorang anak menentang orang tuanya karena tidak mau menjadi ABRI  atau birokrat hanya karena melihat tanyangan kekerasan saat demonstrasi.

Tetapi yang paling nyata terlihat adalah sesbuah kondisi keberhasilan  hidup yang selalu ditilai dengan “kemampanan”. Orang tua akan amat berbahagia, apabila anaknya bisa masuk ke Pendidikan Dokter. Seakan telah memenangkan perjuangan hidup. Menjadi dokter adalah pilihan hampir 80% siswa dan oran tua. Selain masa depan yang pasti dokter juga masih merupakan profesi terhormat dan “kaum terdidik”.

Banyak hal yang membuat orang menentukan sebuah cita-cita, dan yakini cita-cita adalah sebuah proses  pemilihan dan bahkan menentukan pilihan hidup seseorang. Karena sebuah proses, maka seseorang akan menentukan sebaik mungkin. Bukan secepat mungkin, bukan kata “si A”, bukan karena tidak enak dengan “si B” atau lainnya.

Ada pun faktor-faktor yang menyebabkan “pendewasaan” cita-cita adalah :

  1. Pendidikan Orang tua dan sikap hidupnya

  2. Informasi dari keluarga, guru atau rekan di sekolah

  3. Perguruan Tinggi

  4. Dunia kerja

  5. Lain-lain


Orang tua bisa saja menjadi faktor yang menyulitkan siswa, dalam menentukan pilihan perguruan tinggi saat pemilihan jurusan atau fakultas. Sebagian orang tua yang selalu memantau perkembanganya anaknya, tahu akan nilai-nilai rapor, sering berbicara tentang masa depan, diskusi yang acap kali terjadi di meja makan malam atau mendampingi anak untuk datang ke Pameran Pendidikan akan lebih terbuka akan pilihan-pilihan. Berbahagialah para siswa yang mempunyai orang tua yang mendukung cita-citanya, minimal satu kendala telah teratasi. Bayangkan beban siswa akan bertambah ketika harus mempersiapkan bahan ujian, stress dengan kompetitor di sekolah, bahkan tertekan dengan nilai-nilai Try Out yang tidak naik-naik.

Orang tua yang mempunyai pandangan terbuka, dimana para siswa diperkenankan memilih untuk hidupnya. Tidak kaget oleh pilihan siswa yang berbeda, atau malah menjadi teman dalam memilih jurusan atau fakultas, wah berbahagia sekali. Ketika ada sedikit perbedaan, maka para siswa akan mencari sumber lain untuk “meridhoi” pilihannya sendiri. Bisa keluarga, guru atau teman.  Alangkan bagusnya jika informasi yang diperoleh adalah gabungan dari ketiganya. Karena ketiganya punya kekurangan dan akan saling mengisi.

Tentunya jika anak diberikan perangkat teknologi akan lebih baik lagi. Di dunia maya tersedia banyak informasi terkini. Situs perguruan tinggi mudah diakses. Siswa yang ikut milis beasiswa atau milis pendidikan akan lebih berhasil daripada siswa yang terlalu “jadul dan gatek”.. Apalagi belakangan ini banyak mahasiswa atau siswa sering bertukar informasi dan pengalaman menghadapi Ujian seleksi masuk perguruan tinggi, melalui blog bahkan facebook.

Tiap hari Sabtu dan Minggu, beberapa siswa kelas XI mulai rajin melihat surat kabar untuk mengetahui lapangan kerja, mereka ingin mendapatkan informasi kebutuhan pasar. Beberapa bidang pekerjaan memang tidak diiklankan, tetapi minimal siswa tahu. Jurusan dan Fakutas apa yang sedang trend.

Ubah mental dan pola belajar

Ini bagian kedua yang terpenting. Ketika siswa telah menentukan cita-cita atau pilihan  ini, maka target telah terpilih. Saya selalu meminta para siswa untuk punya target berisi dua hal, target jurusan dan target fakultas/PTN-nya. Jika siswa memilih Pendidikan Dokter, maka PTN bisa di UI atau di tempat lain. Tetapi jika memilih UI lebih dahulu, maka siswa akan hanya mempunyai pilihan sekitar 38 jurusan yang ada di UI.

Kalimat saya kepada siswa yang kedua adalah ubah mental dan pola belajar. Target naik kelas berubah menjadi diterima di perguruan tinggi. Naik kelas, lulus dari sekolah adalah dua hal dengan metode ujian yang sama. Keduanya menggunakan pola ujian EVALUASI. Sementara diterima di PTN menggunakan pola ujian SELEKSI. Pola evaluasi akan lebih mudah dilalui, karena semua soal yang diujikan pasti telah dipelajari dan dilatih. Patokan nilai kelulusan jelas sekali, sehingga siswa berpikir untuk lulus dengan berapa soal harus dijawab dengan benar. Pola evaluasi dilakukan untuk mengakhiri sebuah kegiatan belajar mengajar.

Pola seleksi, dilakukan oleh lembaga pendidikan di luar lembaga yang memberi pembelajaran. Walau pun ada standar nilai terendah untuk dapat ikut seleksi kelulusan ada, tetapi sesungguhnya batas kelulusan bukan nilai mutlak, tetapi lebih kearah jumlah daya tampung yang tersedia. Daya tampung menjadi faktor pembatas.

Satu sikap mental yang paling utama harus ada dari kondisi ini adalah : mental Kompetisi. Ujian masuk perguruan tinggi adalah ajang kompetisi. Siswa yang terbiasa berkompetisi pasti akan mencari nilai terbaik, dan hanya siswa yang mempuyai kompetensi yang baik di semua mata uji, yang dapat diterima di Perguruan Tinggi.

Sebuah keberhasilan ada di puncak pertarungan dan di bawahnya ada ribuan tumpukan kegagalan. Selama ini orang hanya melihat sebuah keberhasilan, tidak melihat prose hal itu terjadi, ribuan kegagalan pasti menyertai. Oleh karenanya Konsistensi adalah sikap mental kedua yang harus dipunyai siswa.

Sikap mental ketiga yang menurut saya menjadi besar maknanya ketika siswa sudah mempunyai dua hal tadi, yaitu mental Keberhasilan. Selalu ada dalam percakapan di ruang Bimbingan Konseling kalimat-kalimat kegagalan. “Pak, kira-kira saya lulus tidak, ya ?”. “Pak, saya tidak yakin lulus.” Padahal kalimat yang bagus akan lebih baik hasilnya. “Pak saya perlu doa dari Bapak, agar saya bertambah yakin dapat diterima di ITB.” “Kira-kira apalagi Pak, yang saya harus lakukan agar Allah meridhoi Ujian saya kemaren ?”.

Ada ungkapan bijak yang selalu menjadi rujukan agar kita mempersiapkan sebuah pertarungan yang baik, jangan pernah melakukan sebuah pertempuran yang kita yakini tidak akan pernah memenanginya. Hal ini menunjukkan kepada kita untuk mempersiapkan semua pertempuran dengan persiapan matang. Salah satu hal yang selama ini perlu diperhatikan siswa adalah mengubah pola belajar.

Pola belajar adalah bentuk dan metode belajar yang sehari-hari dilakukan. Tanpa sadar siswa telah membentuk polanya masing-masing. Tetapi kalau kita lihat sebenarnya bisa dibagi menjadi dua bagian besar. Siswa yang rajin belajar dan siswa yang tidak rajin. Untuk siswa yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata dua metode ini masih mempunyai dampak yang baik, tetapi buat siswa yang di bawah rata-rata, maka hanya pilihan yang rajin belajar saja yang mampu meningkatkan kompetisi siswa. Rajin atau tidaknya siswa belajar, ternyata dipengaruhi banyak faktor. Tetapi jika siswa telah memiliki pilihan hidupnya, dukungan orang tua dan lingkungan, serta keinginan yang ingin berhasil dan hidup mandiri kelak, maka hal ini akan memperkuat pilihan kepada pilihan siswa rajin belajar.

Di masa lalu orang tua kita selalu mengatakan belajarlah secara teratur  dua jam setelah sholat maghrib, sehingga bisa tidur di jam 21.00. Sekarang dengan kemajuan teknologi, kompetisi untuk mencapai yang terbaik, banyak siswa mengubah pola tersebut. Bukan lamanya waktu yang menjadu target, tetapi berapa halaman, berapa soal dan berapa banyak “hal” yang kita dapat. Kalau kita menghitung-hitung waktu belajar siswa, mulai dari era 80-an, amat berbeda sekali. Era 80-an, mulai timbul banyak bimbingan belajar. Sehingga siwa, sepulang sekolah langsung menuju bimbingan belajar. Hingga saat ini pola itu berjalan. Jam 07.00 – 15.30 siswa berada di sekolah, pukul 17.00 – 21.00 siswa ada dibimbingan belajar, 22.00 sampai rumah dan tertidur. Bahkan beberapa anak, karena masih merasa kurang, jam 04.00 sudah bangun dan belajar kembali untuk menghadapi pelajaran sekolah hari itu.

Siswa yang selama belajar di rumah menggunakan pola bukan hanya membaca atau menghapal teori, tetapi juga melakukan latihan, tentunya akan mempunyai keberhasilan tinggi. Siswa dengan pola ini telah menggunakan pola pembelajaran yang benar. Belajar bukan hanya membaca, terus selesai. Melakukan latihan adalah proses yang harus terjadi jika ingin belajar menjadi hal yang berguna. Evaluasi harus dilakukan.

Selalu mengevaluasi kemajuan dan kekurangan

Setelah melakukan proses pembelajaran, baik di sekolah, di bimbingan atau di rumah, siswa telampau sulit untuk sedikit mempunyai waktu menilai pembelajaran yang telah dilakukan. Selama ini proses pengukuran hasil belajar hanya dilakukan dengan ketercapaian nilai. ”Alhamdulillah nilai saya 75.” Evaluasi pembelajaran yang baik bukan hanya kemajuan mendapatkan nilai, tetapi juga kepada kegagalan mendapatkan nilai pada poin atau bagian lain. Belajarlah dari kesalahan. Itu kalimat bijak sekali.

Setiap habis try out, saya selalu bertanya : apa saja yang salah ? Buatlah daftar ketidakmampuan kamu, itulah kekurangan kalian. Ternyata dari 25 soal Matematika Dasar,  saya tidak mampu mengerjakan Persamaan Linier, Fungsi Turunan, bahkan Probabilitas. Atau : dari semua soal tenses, saya hanya menjawab dengan benar 2 buah soal. Buat daftar kekurangan atau ketidak mampuan tersebut. Tempelkan di dinding dekat meja belajar. Tempelkan pula nilai try out atau nilai tes dari latihan di sekolah atau bimbingan belajar.

Hal ini akan membuat para siswa semakin sadar, dimana ketidak mampuannya, dimana kemampuannya. Hal ini penting, karena siswa lain boleh jadi tidak mengevaluasi dirinya. Ini akan lebih berguna ketika para siswa mulai tahu standar minimal untuk masuk ke Jurusan atau Fakultas di PTN tertentu. Camkanlah, seorang siswa yang tahu akan kekurangannya, dia akan belajar dan akan terus belajar. Tetapi seorang siswa yang tahu akan kemampuannya, dia akan merasa mampu, boleh jadi tidak mau meningkatkan kemampuannya.

Menjaga komitmen

Masa kelas XII, merupakan masa yang krusial. Ada siswa yang makin mantap dengan pilihannya, ada yang mulai ragu, tetapi yang lebih parah ketika ada siswa yang tidak mau berubah menjadi baik. Masih ingin main, kongkow-konngkow, dugem dan sejenisnya. Kelas XII masa yang menentukan. Salah mengambul sikap, maka menyesalnya berkepanjangan. Masa libur panjang kenaikan kelas XI ke kelas XII manfaatkan sebaik mungkin. Kelas XII nanti, jangan pernah berpikir untuk libur terus. Pertempuran di kelas XII. Senapan harus terisi terus dengan peluru. Kesiapan mental dan stamina akan amat menentukan.

Ada juga faktor penggoda. Mau cari kekasihlah, putus pacar, dimarahin orang tua, dihukum guru dan bahkan ada siswa yang karena merasa sudah paling tua di sekolah, menunjukkan bakat ”asli terpendam”. Tidak disiplin, rajin menyontek dan bahkan menghilang dari sekolah, bolos. Padahal kalau siswa hadir dan mengikuti semua kegiatan, dia akan tahu apa yang harus diperbaiki agar lebih berkompeten dari siswa lain. Harus diingat, belajar yang ada kompetitornya akan lebih baik ketimbang belajar mandiri tanpa kompetitor.

Komitmen yang tinggi untuk berhasil di semua ujian, akan membuat para siswa mempersiapkan lebih baik, tidak tergoda, dan bahkan tidak akan mengubah pilihan secara dadakan dan tanpa pemikiran matang.

BIMBINGAN BELAJAR/BIMBINGAN TES

Ketika tempat duduk di Perguruan Tinggi  menjadi lebih sedikit dari yang berminat, maka perlu diadakan seleksi. Awalnya, faktor pembatas adalah biaya dan kemampuan akademik. Banyak siswa yang pintar tidak mampu bersekolah karena ketidak adaan biaya. Rasanya sekarang ini faktor biaya bukan hal yang utama.  Pihak Perguruan Tinggi akhirnya menggunakan pola seleksi yang ketat, dari SKALU (Sekretariat Kerjasama Antar Lima Universitas), Proyek Perintis (PP 1, 2, 3 dan 4) dikenal juga sebagai SKASU (Sekretariat Kerjasama Antar Sepuluh Universitas), berubah menjadi SIPENMARU (Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru), berubah lagi menjadi UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tingi Negeri), berubah lagi menjadi SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru), hingga akhirnya menjadi SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) sekarang ini. Sebenarnya ada dua faktor yang menyebabkan sedemikian pentingnya kuliah di perguruan tinggi negeri, Prestise dan Prestasi. Kebanggan berkuliah di PTN sedemikian tinggi, dan itu merupakan prestasi, sementara dari sisi biaya relatif masih lebih murah dari PTS. Bayangkan saja, daya tampung beberapa juruasan jika dibandingkan peminatnya bisa mencapai 1 : 200-an.

Kondisi ini tentunya membuat keyakinan para siswa semakin terganggu. Untuk mendapatkan tempat duduk tersebut siswa harus berjuang menjadi yang terbaik dalam Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Tahun 80-an ketika ketimpangan daya tampung dan peminat menjadi sedemikian tinggi, timbullah kebutuhan akan lembaga pendidikan tambahan selain di sekolah. Siki Mulyono, Santa Lusia, BTA, Teknos, Nurul Fikir, Santo Lukas, KSM, IPIEMS, SSC, GO mulai menghiasi jalan-jalan ibukota. Metode mereka pada dasarnya sama, memperkuat pondasi materi, memperbanyak latihan, meningkatkan mental dan tentunya konseling yang berkesinambungan. Pertengahan tahun 90-an, booming bimbingan belajar sedemikian tingginya. Bahkan bisa dikatakan hampir 100% siswa di PTN adalah produk bimbingan belajar.

Mendekati tahun 2000 hingga sekarang ini, bimbingan belajar lebih banyak variasi dan metodenya. Membuat siswa nyaman belajar dengan hasil maksimal. Hal ini mungkin yang berbeda dengan sekolah. Sekolah seakan hanya menjadi peletak pondasi awal, dan bimbingan pelajar yang mengajarkan cara menembak 12 pass atau pinalti. Sehingga sering yang mendapat nama adalah : Bimbingan Belajar.

Pertanyaan yang mendasar : Perlukah bimbingan belajar ?  Jawabannya adalah  perlu. Bimbingan belajar sebuah lembaga pendidikan yang memang bertujuan membantu siswa agar dapat lulus dalam ujian masuk perguruan tinggi. Seluk beluk tes, model ujian, variasi soal, cara menjawab soal, trik dan tips khusus menghadapi ujian hingga persiapan mental, menjadi bekal berharga buat siswa. Apalagi sekarang banyak bimbingan belajar yang juga menggunakan teknologi. Bukan hanya buku, materi via internet online menjadi bagian dari layanan.

Pertanyaan kedua : Bimbingan belajar yang terbaik ? Datanglah ke Bimbingan Belajar, cari tahu tentang layanan mereka, hasil mereka dan tentunya bicaralah dengan alumni bimbingan tersebut. Selama ini eksposnya selalu bagus. Bimbingan Belajar punya kurikulum ? Harus itu. Kalau tanpa kurikulum bagaimana menentukan tingkat pemahaman dan ketercapaian siswa. Jangan sampai siswa hanya diberikan harapan dan impian. Inti dari mengikuti bimbingan belajar adalah kebutuhan kita dilayani dengan baik. Untuk mengetahui standar terbaik bimbingan belajar, coba kita lihat beberapa hal :

  • Diterima di mana alumni bimbingan belajar tersebut (coba dapatkan nomor yang bisa dihubungi untuk membuktikannya, kalau dapat bisa ngobrol tentang baik buruknya bimbingan tersebut).

  • Staf pengajar lulusan dari mana saja, biasanya pemgajar lulusan PTN akan tahu tentang dunia PTN,bukan hanya cerita. Berikutnya, mereka pernah merasakan tes yang sama, stress yang sama dan tentunya bisa berbagi pengalaman

  • Metode pengajaran, berhubungan dengan jumlah siswa per kelas, jadwal pengajaran, materi yang diberikan, perangkat pembelajaran, ketersediaan guru di tempat, hingga model evaluasi. Evaluasi menjadi penting, apalagi jika daftar nilai siswa diumumkan dan disampaikan ke orang tua. Jumlah siswa per kelas pun menjadi bagian penting juga. Bayangkan ketika siswa di sekolah telah bertemu dengan 39 siswa lain dalam kelas, akan semakin tidak nyaman, dalam kondisi capai harus belajar dengan siswa yang sebanyak itu pula.

  • Jarak bimbingan belajar dan biaya, rasanya tidak terlalu menjadi masalah. Tetapi dengan lalu lintas jakarta yang sukar diprediksi, jarak bisa menjadi kendala. Sebagian siswa yang jauh terpaksa harus kost mendekati sekolah dan bimbingan belajar.


Yang perlu diingat, Bimbingan Belajar hanyalah memperbesar kemungkinan siswa diterima di Peguruan Tinggi.

ORANG TUA

Peran orang tua akan semakin penting seiring dengan berjalannya waktu. Masa kelas XII, orang tua dituntut untuk semakin mengetahui seluk beluk kebutuhan siswa. Kebutuhan siswa untuk dapat bersaing secara benar akan terlihat dari perjalanan keseharian siswa. Keperluan alat sekolah, buku-buku, alat tulis, bahkan meja jalan dan penggaris jawaban, penghapus khusus pensil 2B, peraut pensil dan tentunya tempat pensil. Siswa putra mungkin dulu agak malu membawa tempat pensil, rasanya sekarang menjadi hal yang biasa.

Orang tua harus mengevaluasi kemajuan dan kekurangan siswa selama ini. Nilai rapor dan undangan guru bk adalah salah satu indikator ada yang tidak sesuai dengan harapan. Beberapa orang tua dengan senang hati berkunjung ke sekolah untuk bertemu wali kelas, guru bidang mata pelajaran dan bahkan guru bimbingan konseling. Orang tua bukan menitipkan anak ke sekolah, tetapi menyerahkan sebagian kewenangan pendidikan kepada guru. Sehingga untuk hadir ke sekolah adalah hal yang wajar. Menanyakan perkembangan dan bakat anak serta minat merupakan hal yang harus didiskusikan. Beberapa anak lebih terbuka kepada wali kelas atau guru bimbingan konseling. Biasanya guru akan berusaha menjadi jembatan ketika ada persoalan-persoalan di keseharian siswa. Secara hitungan waktu, siswa lebih panjang waktunya berada di sekolah, tetunya ini membuat guru lebih tahu secara detail kondisi siswa di bidang akademik.

Orang tua juga bisa menanyakan perkembangan akademik anak kepada tempat anak mengikuti bimbingan belajar. Masalah kehadiran, pemahaman materi, hasil uji/tes, bahkan kesulitan-kesulitan lain. Jangan sampai anak mengikuti bimbingan belajar hanya sebagai tren, ikut-ikutan. Ada anak-anak yang mungkin tidak memerlukan bimbingan belajar/tes. Mengikuti bimbingan belajar bukan keharusan. Satu hal yang harus dicamkan, bahwa mengikuti bimbingan belajar hanyalah memperbesar kemungkinan seorang dapat diterima di Perguruan Tinggi. Dan bisa saja bimbingan belajar menjadi tidak berguna ketika siswa tidak mampu memanfaatkannya secara maksimal. Bayangkan bimbingan belajar biasanya diadakan 2 kali seminggu, sepulang sekolah. Waktunya hingga pukul 21.00. Kondisi lelah dari sekolah, membutuhkan stamina yang lebih. Boleh jadi konsentrasi siswa terganggu, terlalu lelah atau juga karena gangguan persekawanan. Solusinya manfaatkan tenaga untuk hal-hal yang berguna di sekolah dan cari bimbingan yang tidak terlalu banyak dari sekolah yang sama, bisa diatur waktunya atau lokasinya.

Tanggung jawab memang harus mulai diberikan kepada para siswa. Tetapi tetap orang tua harus memonitor perkembangan akademik, kegiatan siswa dan mungkin hubungan sosial. Beberapa tahun terakhir banyak siswa yang tidak hadir ke sekolah karena sibuk game online di warnet. Siswa bukan sepenuhnya diserahkan ke sopir atau ibu. Beban tanggung jawab yang tinggi, lulus dari sekolah dan diterima di Perguruan Tinggi, menuntut perjuangan dan perhatian lebih. Sesekali bersama anak, berkunjung ke perguruan tinggi akan membawa hasil yang positif. Bisa juga mengajak anak untuk datang ke kantor dan bertemu dengan rekan-rekan sejawat yang mempuyai keahlian khusus, biarkan mereka mengobrol dan berdiskusi tentang sesuatu. Yang paling mudah, bersama-sama berselancar di dunia maya. Banyak sekali informasi pendidikan yang tersebar di dunia maya.

Bibit yang baik akan  berbuah dengan hasil yang baik karena perawatan, jangan sampai bibit tidak sampai menjadi buah. Saya lebih suka orang tua marah karena pusing mendapatkan putranya diterima di banyak perguruan tinggi, daripada orang tua yang marah karena putranya ditolak di semua perguruan tinggi.

Beberapa pesan untuk kelas XII



Beberapa anak datang saat saya sedang istirahat di ruang BK Sabtu kemaren. Biasalah obrolan seorang murid dengan gurunya. Silih berganti, hingga pukul 13.30, saya menghadapi 7 siswa dan 4 pasang orang tua siswa. Banyak hal yang saya dapatkan dari pembicaraan tersebut. Tetapi yang paling perlu mendapat perhatian lebih adalah kesiapan para siswa terhadap Ujian Perguruan Tinggi.

Tahun ini memang beberapa perguruan tinggi mengubah skema Ujian. UI sebagai salah satu PTN favorit mencuri start lebih awal. Memang sich ITB melakukan penjualan formulir lebih awal tetapi UI membalap di tikungan. Dengan hanya sekali ujian untuk dapat diterima pada semua program-program yang ditawarkan (yang pada  tahun lalu, setiap program berbeda waktu ujiannya), maka membuat UI menjadi sebuah pilihan yang sulit. Tahun lalu, para siswa menjadikan UI sebagai cadangan, kecuali untuk beberapa pilihan jurusan, Pendidikan Dokter, Akuntansi dan Komunikasi.

Jadwal tahun lalu USM ITB ujian pertama kali, setelah itu UM UGM, UMB UI, dan selanjutnya ada UM UNDIP dan SMUP UNPAD, serta terakhir SNMPTN. Faktor pengumuman ujian dan memenuhi kewajiban administrasi menjadi kendala di tahun lalu. Tetapi tetap saja siswa masih nyaman, karena prioritas anak masih terkondisi dengan baik. Ujian pertama tahun ini, SIMAK UI, menurut pengamatan saya, telah membuat konsentrasi siswa terganggu. Apalagi dengan pengumuman hasil ujian yang ditetapkan. Persoalan akan menjadi krusial jika anak yang memang berniat ke UI tidak lulus, sementara anak yang tidak terlalu berminat, lulus di Pendidikan Dokter padahal siswa tersebut juga mendaftar untuk masuk STEI ITB melalui USM. Siswa yang pertama akan berkonsentrasi di SNMPTN, atau dia akan “mengacau” mengganggu siswa lain dengan mengikuti ujian lain di PTN lain hanya untuk mendapatkan  jam terbang dalam menghadapi SNMPTN. Disisi lain, siswa yang kedua setelah diterima di Pendidikan Dokter UI, dia pun akan bimbang dalam mengikuti USM. Karena belum tentu dapat diterima di ITB. Positifnya siswa tersebut akan percaya diri mengikuti USM, tetapi akan bimbang di hari kedua setelah melihat soal USM ITB.

Meilihat kondisi ini, selalu yang terjadi adalah siswa dengan kemampuan lebih, tetap akan mendapatkan keuntungan. Selalu dalam kondisi yang kurang nyaman buat siswa yang berada di zona bawah atau pun rata-rata. Tulisan ini memang tidak untuk diberikan kepada siswa yang outstanding tetapi lebih kepada para siswa yang ingin meningkatkan kemampuannya dalam rentang waktu sebulan ini. Saya yakin, kalian bisa mengelola diri dalam meningatkan kemampuan kalian. Program yang saya dedikasikan untuk kalian siswa SMA Negeri 8 Jakarta. Berfungsi maksimal jika keadaan normal. Jika ada kendala sedikit saja, maka kalian harus mengeksekusi persoalan dengan melihat skala prioritas.

Kondisi diri

Simak UI tanggal 1 Maret, berarti masih ada 37 hari lagi. Dalam  rentang waktu 30 hari ke depan kamu harus siap secara optimal, dari sisi nilai TRY OUT atau pun mental. Berapa nilai Try Out yang ada sekarang ? Tanyakan ke bimbingan belajar akan ada berapa Try Out, akan ada berapa tambahan, pokonya semua hal yang bisa meningkatkan “jam terbang” mengerjakan soal.

Materi Soal

Saya tidak bicara materi pelajaran. Itu sudah lewat, sekarang belajar dari soal tes atau soal uji coba. Beberapa siswa salah mengerti, mereka membagi minggu atas, minggu ini belajar fisika, minngu depan  matematika. Salah, salah dan salah. Nilai ujian PTN itu total semua nilai,  jadi harus mampu di semua soal.

Kumpulkan soal dari teman-teman beda bimbingan belajar, foto copy kerjakan  mandiri di rumah atau di sekolah. Buat kelompok pembahasan soal-soal tersebut. Belajar intensif di rumah teman yang kooperatif.

Kenyamanan

Beberapa siswa merasa tidak nyaman belajar di sekolah. Gurunya tidak hadir, ada tugas PR lah atau ada segudang persoalan di rumah yang mengganggu. Tetapi ada juga siswa yang justru mencari masalah, lebih banyak ke warnet nge-game, clubbing ”gaple”. Ada siswa yang “cabut” ke bimbingan dari pagi hingga malam. Itu hal yang biasa terjadi tiap tahunnya. Justru yang seharusnya ada, membuat nyaman pembelajaran di mana pun.

Dukungan pihak lain

Orang tua merupakan dukungan yang utama. Saya senang ketika ada orang tua yang rela menjaga anaknya belajar hingga larut, menyediakan makanan, bahkan membangunkan ananda untuk sholat tahajjud bersama. Guru di sekolah harus memberikan dukungan juga, tokh keberhasilan siswa juga kebanggaan para guru. Dukungan bukan dengan kata-kata, tetapi secara nurani dan secara fisik siswa merasakan kehadiran dukungan guru. Yang terakhir adalah dukungan teman. Berbagi ilmu, berbagi perhatian, berbagi pengingatan, bahkan berbagi makanan (?, hahahahhaa ).

Data

Harus didapatkan  data tahun lalu, Nilai Ambang Batas, Nilai Nasional, Passing Grade atau apa pun namanya. Nilai try out  teman, kemampuan diri sendiri berupa sebaran ketidak mampuan pada point-point soal. Anda gagal mengidentifikasi ketidak mampuan, maka sebenarnya anda telah gagal sebelum ujian. Belajar dari banyaknya ketidakmampuan, daripada belajar dari kemampuan.

Keyakinan

Yakini anda DITERIMA DI PERGURUAN TINGGI.

Dipersembahkan untu almamater tercinta yang telah memberikan ilmu dan kedewasaan, SMA Negeri 8 Jakarta

Wangsa Jaya

wangsajaya01@gmail.com

www.wangsajaya.wordpress.com

www.wangsasman8.blodspot.com

No comments: