Saturday, August 16, 2008

PERJUANGAN MENCAPAI NOMOR 1 UJIAN NASIONAL 2008 PROPINSI DKI JAKARTA

Tuntas rasanya membina angkatan 2008. Peraihan nilai Ujian Nasional terbaik, dan tentunya peringkat yang baik di Propinsi DKI Jakarta menunjukkan bukti bahwa angkatan ini mempunayi "magic". Bagaimana kami para guru tidak ketar-ketir, ketika try out pertama, sekian puluh siswa mempunyai hasil nilai try out jika dibandingkan dengan standar kelulusan UN 2008, mereka tidak lulus. Langkah yang ditempuh pertama adalah mengelompokkan mereka, berbicara dari hati kehati ( kalau masih punya hati ? Hehehehehe), membuat perencanaan ke depan. Persiapan untuk try out kedua berjalan mulus, walau siswa masih sungut-sungut karena kepala sekolah mempunyai senjata ampuh," panggil orang tua jika nilainya tidak naik-naik."

Wah gimana ya, kalau ortu sampai tahu bahwa kita tidak belajar. Game online terus, nomat dan kongko-kongko (bahasa jadul untuk ngerumpi). Akhirnya kejadian, saat try out kedua, masih ada puluhan anak lagi, 37 siswa, wah parah nih angkatan. Mulailah saya mengundang orang tua dan siswa. Kepala sekolah juga mengundang orang tua di Av grande. Ini seru banget, banyak orang tua yang kaget ketika nilai Try out anak dipampang . Hehehehehe baru tahu anaknya banyak main. Klinik mata pelajaran di mulai secar intensif, dan masih masal.

Try out ketiga mulai ada peningkatan, sekian siswa yang masih bermasalah mendapat tambahan materi dari kakak-kaka kelas BTA. Mr. Surkam dan Bu Upik sambil "jumpalitan" menyiapkan naskah dan try out tambahan. Kelas XII mulai konsentrasi penuh, beberapa kelas malah membuat D-Day. Keren. Beberapa siswa membuat kelompok belajar, belajar bareng. Saya sampai sedih ketika ada ortu mencari anaknya karena belum pulang. Itu namanya mereka semangat.

Try out keempat ada 5 anak yang terpaksa harus mendapat klinik khusus. Mereka masih harus berjuang tambahan di ruang khusus, kelas VVIP. Ruangan kepala sekoah. Beberapa anak melesat cepat, ada yang naiknya pelan-pelan, bahkan teramat pelan-pelan.

Saat try out kelima, siswa semakin santai, tenang dan bahkan amat terbiasa. Nilai pun masih di dominasi anak-anak itu-itu saja. Ada yang baru saat mendekati try out kelima, kepala sekolah selalu hadir memberikan semangat dan motivasi. Jurus formulasi ampuhnya adalah, "kalian mau diajar oleh guru siapa, silakan pilih saya akan minta guru tersebut untuk mengajar kalian." Ini ampuh banget, siswa yang dalam kondisi tertekan dipersilakan memilih guru yang pas menurut mereka.

Dan try out ke enam, tetap memakan korban. Anaknya itu lagi, itu lagi. Tetapi guru punya startegi khusus, jartel tahajjud berlangsung meriah, banyak siswa saling membangunkan temannya untuk saling memberi doa yang terbaik, agar semua siswa bisa lulus. Oh sedihnya, dibangunkan siswa, sayanya malah nonton bola.

Berbekal usaha, ketekunan dan doa, ternyata Tuhan memang memberikan yang terbaik untuk semuanya. Saya, wakil kepala sekolah dan bahkan kepala sekolah, sehari sebelum pengumuman masih berdoa menunggu hasil yang terbaik. Tepat pukul 20.00 wib, pak tris wakasek kurikulum memecahkan keheningan dengan telponnya ke kepala sekolah. Isinya," pak nuwun sewu, saya masih gemetar. Ternyata kita peringkat pertama untuk IPA." "Tahu darimana ?" tanya kepala sekolah. "Tertulis disini ( laporan )." "Bacakan, bacakan," minta kepala sekolah. Kami bersyukur dihadapan Mu yaa Allah, sujud syukur mengiringi malam yang melelahkan. Allah menjawab doa kami, siswa, guru dan bahkan orang tua. Kami berpelukan, mengenang masa-masa sulit menghadapi try out demi try out, bahkan harus berhadapan dan memberi pengertian kepada orang tua. Terima kasih Tuhan, terima kasih pak Suhaman, terima kasih teman-teman guru. Dari Alumni yang selalu siap untuk memberi kebaikan kepada alamamter tercinta.

No comments: