Thursday, September 30, 2010

Wow, Indonesia Rebut 2 Emas dan 6 Perak

Olimpiade Kebumian Internasional
Laporan wartawan Kompas.com M.Latief
Selasa, 28 September 2010 | 10:08 WIB

Prestasi Indonesia tahun ini memang lebih meningkat ketimbang keikutsertaan Indonesia pada IESO pertama di Korea Selatan. Saat itu, Indonesia hanya meraih empat medali perunggu. Sementara pada IESO ke-3 di Taiwan, prestasi Indonesia menjadi lebih baik dengan capaian satu medali perak dan dua perunggu.

Pada IESO ke-4 kali ini, Indonesia mengirimkan dua tim, yakni tim A dan tim B. Tim A sebagai tim inti meraih satu medali emas dan tiga perak, sedangkan tim B sebagai tim tamu mendapatkan perolehan yang sama, yaitu satu medali emas dan tiga perak.

Medali emas dari tim A Indonesia itu diraih oleh Rio Priandri Nugroho (SMAN 3 Yogyakarta), sedangkan tiga medali perak diraih oleh Kamil Ismail (MAN Insan Cendikia Serpong Banten), Mikey (SMAN 1 Pekanbaru), dan Asri Oktavioni (SMAN 8 Jakarta). Sementara itu, perolehan emas di tim B disumbangkan oleh Ega Gita Prasastia (SMAN 2 Purwokerto) dan tiga medali perak diraih Ardy Ramadhan (SMAN 48 Jakarta), Fajar Febiani Amanda (SMAN 1 Banjarnegara), dan I Wayan Punia Raharja (SMAN 1 Amlapura).

Kepala Seksi Bakat dan Prestasi Siswa Direktorat Pembinaan SMA Kementerian Pendidikan Nasional Suharlan kepada Kompas.com, Selasa (28/9/2010), mengungkapkan, perkembangan prestasi tim Indonesia saat ini sangat signifikan berkat emas dan perak dan tidak ada perunggu.

"Ini merupakan terobosan yang cukup mengagetkan. Artinya, kita juga mampu disejajarkan dengan negara lain," kata Suharlan, yang juga penanggung jawab IESO 2010 dari Direktorat Pembinaan SMA-Kementerian Pendidikan Nasional ini.

Wednesday, September 29, 2010

wow indonesia rebut 2 emas 6 perak

Olimpiade Kebumian Internasional
Laporan wartawan Kompas.com M.Latief
Selasa, 28 September 2010 | 10:08 WIB

Prestasi Indonesia tahun ini memang lebih meningkat ketimbang keikutsertaan Indonesia pada IESO pertama di Korea Selatan. Saat itu, Indonesia hanya meraih empat medali perunggu. Sementara pada IESO ke-3 di Taiwan, prestasi Indonesia menjadi lebih baik dengan capaian satu medali perak dan dua perunggu.

Pada IESO ke-4 kali ini, Indonesia mengirimkan dua tim, yakni tim A dan tim B. Tim A sebagai tim inti meraih satu medali emas dan tiga perak, sedangkan tim B sebagai tim tamu mendapatkan perolehan yang sama, yaitu satu medali emas dan tiga perak.

Medali emas dari tim A Indonesia itu diraih oleh Rio Priandri Nugroho (SMAN 3 Yogyakarta), sedangkan tiga medali perak diraih oleh Kamil Ismail (MAN Insan Cendikia Serpong Banten), Mikey (SMAN 1 Pekanbaru), dan Asri Oktavioni (SMAN 8 Jakarta). Sementara itu, perolehan emas di tim B disumbangkan oleh Ega Gita Prasastia (SMAN 2 Purwokerto) dan tiga medali perak diraih Ardy Ramadhan (SMAN 48 Jakarta), Fajar Febiani Amanda (SMAN 1 Banjarnegara), dan I Wayan Punia Raharja (SMAN 1 Amlapura).

Kepala Seksi Bakat dan Prestasi Siswa Direktorat Pembinaan SMA Kementerian Pendidikan Nasional Suharlan kepada Kompas.com, Selasa (28/9/2010), mengungkapkan, perkembangan prestasi tim Indonesia saat ini sangat signifikan berkat emas dan perak dan tidak ada perunggu.

“Ini merupakan terobosan yang cukup mengagetkan. Artinya, kita juga mampu disejajarkan dengan negara lain,” kata Suharlan, yang juga penanggung jawab IESO 2010 dari Direktorat Pembinaan SMA-Kementerian Pendidikan Nasional ini.

Ketika Hidup Tidak Mempunyai Cita-Cita

Ketika Jakarta bajir besar banyak sekali warga dari Jakarta yang menderita. Bayangkan sampai bandara Soeta pun terpaksa menganggur karena jalur utamanya turut terendam. Sebuah hal sulit untuk dilupakan oleh banga ini. Banjir 2007 memang banyak merengut nyawa, SMA Negeri 8 pun sempat terendam dalam hitungan hari. Terkenang berlama-lama di sekolah menunggu banjir surut, hehehehe.

Di ujung utara sana, sebagian wilayah Tanjung priok ada sebuah komunitas yang sedemikian sengsaranya, sehingga mereka harus kehialngan banyak harta. Komunitas rumah kumuh tersebut memang terdiri dari para kuli panggul, tukang las kapal, para pembersih kapal, PSK, bahkan puluhan bahkan ratusan pencopet dan penjambret. Anak-anak kecil pun jarang yang bersekolah, karena lingkuingan mereka terlihat memang seperti itu adanya.

Kisah mereka tersebar hingga ke manca negara, yang akhirnya terlihat juga oleh komunitas keagamaan di Thailand. Informasi tentang duka warga Tanjung priok ini juga sampai ke pemimpin komunitas tersebut. Rasa kasih yang tinggi dengan balutan keimanan, kebersamaan dalum satu dunia membuat pemimpin tersebut mendatangi Sutiyoso, sang gubernus DKI saat itu. Setelah pertemuaan-pertemuan, disepakatilah untuk memberikan bantuan kepada kamu marjinal tersebut. Pemimpin komunitas tersebut bersedia membangun sebuah rumah susun di kawasan barat Jakarta, bersebelahan dnegan wilayah Tanggerang.

Ketika rumah susun itu berdiri, maka terjadilah kepindahan warga komunitas tersebut ke rumah susun. Pemimpin komunitas Tahiland bersedia memberikan banyak subsidi bahkan teramat besar. Urusna rumah tangga hingga sekolah. Saat guru-guru sukarela memberi pelaaran kepada para siswa, bertanyalah mereka :"apa cita-cita kalian nak ?".

Jawab mereka bermacam-macam. Jika besar saya ingin jadi copet, jadi perampok, jadi PSK, jadi nelayan, jadi kuli di pelabuhan dan sebagainya. Buat mereka iitulah cita-cita. Ironisnya, ini ada di depan mata kita, wilayah Jakarta. Jumlah anak yang sekoplah memang tidak banyak, karena menurut orang tua mereka buat apa bersekolah, tokh akhirnya menjadi jambret, copet dan perampok pula.

Banyak guru exptariat yang sering mendapatkan anak-anak yang bersekolah jarang mandi, mereka memnag terbiasa tidak mandi, karena selama di Tanjung priok air tawar adalah hal yang mahal. Tetapi yang lebih menyakitkan ketika para ex patrait tersebut berkunjung ke rumah susun tersebut. Ternyata di pagi hari banyak kotoran manusia yang dijatuhkan dari lantai atas ek lantai dasar. Selidk punya selidik,. karena mereka sulit untuk membayar air yang digunakan saat mandi atau buang air, karena air harus bayar, maka kantong sampah menjadi menu pilihan. Sebuah hal yang tidak perlu terjadi.


Sang expatriat ternyata berpikir panjang untuk itu, mereka berpikir ternyata bukan hanya harus mendidik siswa, tetapi juga harus mendidik orang tua mereka. Mulailah program kebersihan dimuali. Pagi hari sebuah kelas mulai menggunakan pendelkatan pendidikan. "Siapa diantara kalian yang tadi pagi mandi ? Yang manid silakan berdiri ke depan kelas ." Saat itu ada satu anak yang mandi, dengan malu-malu anak itui menuju depan kelas. Sang guru meminta kepada smeua anak di kelas unti memberikan tepuk tangan sebagai rasa kesenangan. Esok hari jumlah anak yang berdiri di depan kelas bertambah. Sebuah model yang cukup baik saat itu.

Program kedua, semua anak wajib membawa sampah dari rumah masing-maisng. Maka berlombalah para siswa untuk membawa samaph ke sekolah. Orang tua siswa sampai bingung melihat anak-anak mereka slaing berebut mendpatkan sampah, hanya untuk sebuah permen karet. Program ini terus berjalan, sehingga tidak ada lagi kantong plastik hitam dijatuhkan dari lantai atas ke lantai dasar.

Program yang ketiga adalah mendatangkan para pejabat untik melihat kondisi komunitas warga tanjung priok. Mulailah berdatangan Gubernur DKI, Menteri Sosial, Para artis dan sebaginya. Apa yang terjadi dengan siswa ? Ternyata mereka merubah cita-cita mereka. Ada yang mau jadi Mensos karena sering memberikan sesuatu7, ada yang ingin jadi Gubernur karena gagah dan dikawal, ada yang mau jadi artis karena terkenal.

Sebuah proses panjang untuk membuat sebuiah cita-cita. Bayangkan ketika para siswa di SMA Negeri yang bingung mnentukan cita-cita. Semoga menjadi inspiratif buat kita.

Terima kasih kepada bu Widyawati (Ceplis) yang memberikan cerita ini saat kuliah Sistem Pembangunan. Tentunya dnegan perubahan tanpa mengurangi maknanya.

Ketika hidup tanpa cita-cita

Ketika Jakarta bajir besar banyak sekali warga dari Jakarta yang menderita. Bayangkan sampai bandara Soeta pun terpaksa menganggur karena jalur utamanya turut terendam. Sebuah hal sulit untuk dilupakan oleh banga ini. Banjir 2007 memang banyak merengut nyawa, SMA Negeri 8 pun sempat terendam dalam hitungan hari. Terkenang berlama-lama di sekolah menunggu banjir surut, hehehehe.

Di ujung utara sana, sebagian wilayah Tanjung priok ada sebuah komunitas yang sedemikian sengsaranya, sehingga mereka harus kehialngan banyak harta. Komunitas rumah kumuh tersebut memang terdiri dari para kuli panggul, tukang las kapal, para pembersih kapal, PSK, bahkan puluhan bahkan ratusan pencopet dan penjambret. Anak-anak kecil pun jarang yang bersekolah, karena lingkuingan mereka terlihat memang seperti itu adanya.

Kisah mereka tersebar hingga ke manca negara, yang akhirnya terlihat juga oleh komunitas keagamaan di Thailand. Informasi tentang duka warga Tanjung priok ini juga sampai ke pemimpin komunitas tersebut. Rasa kasih yang tinggi dengan balutan keimanan, kebersamaan dalum satu dunia membuat pemimpin tersebut mendatangi Sutiyoso, sang gubernus DKI saat itu. Setelah pertemuaan-pertemuan, disepakatilah untuk memberikan bantuan kepada kamu marjinal tersebut. Pemimpin komunitas tersebut bersedia membangun sebuah rumah susun di kawasan barat Jakarta, bersebelahan dnegan wilayah Tanggerang.

Ketika rumah susun itu berdiri, maka terjadilah kepindahan warga komunitas tersebut ke rumah susun. Pemimpin komunitas Tahiland bersedia memberikan banyak subsidi bahkan teramat besar. Urusna rumah tangga hingga sekolah. Saat guru-guru sukarela memberi pelaaran kepada para siswa, bertanyalah mereka :”apa cita-cita kalian nak ?”.

Jawab mereka bermacam-macam. Jika besar saya ingin jadi copet, jadi perampok, jadi PSK, jadi nelayan, jadi kuli di pelabuhan dan sebagainya. Buat mereka iitulah cita-cita. Ironisnya, ini ada di depan mata kita, wilayah Jakarta. Jumlah anak yang sekoplah memang tidak banyak, karena menurut orang tua mereka buat apa bersekolah, tokh akhirnya menjadi jambret, copet dan perampok pula.

Banyak guru exptariat yang sering mendapatkan anak-anak yang bersekolah jarang mandi, mereka memnag terbiasa tidak mandi, karena selama di Tanjung priok air tawar adalah hal yang mahal. Tetapi yang lebih menyakitkan ketika para ex patrait tersebut berkunjung ke rumah susun tersebut. Ternyata di pagi hari banyak kotoran manusia yang dijatuhkan dari lantai atas ek lantai dasar. Selidk punya selidik,. karena mereka sulit untuk membayar air yang digunakan saat mandi atau buang air, karena air harus bayar, maka kantong sampah menjadi menu pilihan. Sebuah hal yang tidak perlu terjadi.

Sang expatriat ternyata berpikir panjang untuk itu, mereka berpikir ternyata bukan hanya harus mendidik siswa, tetapi juga harus mendidik orang tua mereka. Mulailah program kebersihan dimuali. Pagi hari sebuah kelas mulai menggunakan pendelkatan pendidikan. “Siapa diantara kalian yang tadi pagi mandi ? Yang manid silakan berdiri ke depan kelas .” Saat itu ada satu anak yang mandi, dengan malu-malu anak itui menuju depan kelas. Sang guru meminta kepada smeua anak di kelas unti memberikan tepuk tangan sebagai rasa kesenangan. Esok hari jumlah anak yang berdiri di depan kelas bertambah. Sebuah model yang cukup baik saat itu.

Program kedua, semua anak wajib membawa sampah dari rumah masing-maisng. Maka berlombalah para siswa untuk membawa samaph ke sekolah. Orang tua siswa sampai bingung melihat anak-anak mereka slaing berebut mendpatkan sampah, hanya untuk sebuah permen karet. Program ini terus berjalan, sehingga tidak ada lagi kantong plastik hitam dijatuhkan dari lantai atas ke lantai dasar.

Program yang ketiga adalah mendatangkan para pejabat untik melihat kondisi komunitas warga tanjung priok. Mulailah berdatangan Gubernur DKI, Menteri Sosial, Para artis dan sebaginya. Apa yang terjadi dengan siswa ? Ternyata mereka merubah cita-cita mereka. Ada yang mau jadi Mensos karena sering memberikan sesuatu7, ada yang ingin jadi Gubernur karena gagah dan dikawal, ada yang mau jadi artis karena terkenal.

Sebuah proses panjang untuk membuat sebuiah cita-cita. Bayangkan ketika para siswa di SMA Negeri yang bingung mnentukan cita-cita. Semoga menjadi inspiratif buat kita.

Terima kasih kepada bu Widyawati (Ceplis) yang memberikan cerita ini saat kuliah Sistem Pembangunan. Tentunya dnegan perubahan tanpa mengurangi maknanya.

Ketika hidup tanpa cita-cita

Ketika Jakarta bajir besar banyak sekali warga dari Jakarta yang menderita. Bayangkan sampai bandara Soeta pun terpaksa menganggur karena jalur utamanya turut terendam. Sebuah hal sulit untuk dilupakan oleh banga ini. Banjir 2007 memang banyak merengut nyawa, SMA Negeri 8 pun sempat terendam dalam hitungan hari. Terkenang berlama-lama di sekolah menunggu banjir surut, hehehehe.

Di ujung utara sana, sebagian wilayah Tanjung priok ada sebuah komunitas yang sedemikian sengsaranya, sehingga mereka harus kehialngan banyak harta. Komunitas rumah kumuh tersebut memang terdiri dari para kuli panggul, tukang las kapal, para pembersih kapal, PSK, bahkan puluhan bahkan ratusan pencopet dan penjambret. Anak-anak kecil pun jarang yang bersekolah, karena lingkuingan mereka terlihat memang seperti itu adanya.

Kisah mereka tersebar hingga ke manca negara, yang akhirnya terlihat juga oleh komunitas keagamaan di Thailand. Informasi tentang duka warga Tanjung priok ini juga sampai ke pemimpin komunitas tersebut. Rasa kasih yang tinggi dengan balutan keimanan, kebersamaan dalum satu dunia membuat pemimpin tersebut mendatangi Sutiyoso, sang gubernus DKI saat itu. Setelah pertemuaan-pertemuan, disepakatilah untuk memberikan bantuan kepada kamu marjinal tersebut. Pemimpin komunitas tersebut bersedia membangun sebuah rumah susun di kawasan barat Jakarta, bersebelahan dnegan wilayah Tanggerang.

Ketika rumah susun itu berdiri, maka terjadilah kepindahan warga komunitas tersebut ke rumah susun. Pemimpin komunitas Tahiland bersedia memberikan banyak subsidi bahkan teramat besar. Urusna rumah tangga hingga sekolah. Saat guru-guru sukarela memberi pelaaran kepada para siswa, bertanyalah mereka :”apa cita-cita kalian nak ?”.

Jawab mereka bermacam-macam. Jika besar saya ingin jadi copet, jadi perampok, jadi PSK, jadi nelayan, jadi kuli di pelabuhan dan sebagainya. Buat mereka iitulah cita-cita. Ironisnya, ini ada di depan mata kita, wilayah Jakarta. Jumlah anak yang sekoplah memang tidak banyak, karena menurut orang tua mereka buat apa bersekolah, tokh akhirnya menjadi jambret, copet dan perampok pula.

Banyak guru exptariat yang sering mendapatkan anak-anak yang bersekolah jarang mandi, mereka memnag terbiasa tidak mandi, karena selama di Tanjung priok air tawar adalah hal yang mahal. Tetapi yang lebih menyakitkan ketika para ex patrait tersebut berkunjung ke rumah susun tersebut. Ternyata di pagi hari banyak kotoran manusia yang dijatuhkan dari lantai atas ek lantai dasar. Selidk punya selidik,. karena mereka sulit untuk membayar air yang digunakan saat mandi atau buang air, karena air harus bayar, maka kantong sampah menjadi menu pilihan. Sebuah hal yang tidak perlu terjadi.

Sang expatriat ternyata berpikir panjang untuk itu, mereka berpikir ternyata bukan hanya harus mendidik siswa, tetapi juga harus mendidik orang tua mereka. Mulailah program kebersihan dimuali. Pagi hari sebuah kelas mulai menggunakan pendelkatan pendidikan. “Siapa diantara kalian yang tadi pagi mandi ? Yang manid silakan berdiri ke depan kelas .” Saat itu ada satu anak yang mandi, dengan malu-malu anak itui menuju depan kelas. Sang guru meminta kepada smeua anak di kelas unti memberikan tepuk tangan sebagai rasa kesenangan. Esok hari jumlah anak yang berdiri di depan kelas bertambah. Sebuah model yang cukup baik saat itu.

Program kedua, semua anak wajib membawa sampah dari rumah masing-maisng. Maka berlombalah para siswa untuk membawa samaph ke sekolah. Orang tua siswa sampai bingung melihat anak-anak mereka slaing berebut mendpatkan sampah, hanya untuk sebuah permen karet. Program ini terus berjalan, sehingga tidak ada lagi kantong plastik hitam dijatuhkan dari lantai atas ke lantai dasar.

Program yang ketiga adalah mendatangkan para pejabat untik melihat kondisi komunitas warga tanjung priok. Mulailah berdatangan Gubernur DKI, Menteri Sosial, Para artis dan sebaginya. Apa yang terjadi dengan siswa ? Ternyata mereka merubah cita-cita mereka. Ada yang mau jadi Mensos karena sering memberikan sesuatu7, ada yang ingin jadi Gubernur karena gagah dan dikawal, ada yang mau jadi artis karena terkenal.

Sebuah proses panjang untuk membuat sebuiah cita-cita. Bayangkan ketika para siswa di SMA Negeri yang bingung mnentukan cita-cita. Semoga menjadi inspiratif buat kita.

Terima kasih kepada bu Widyawati (Ceplis) yang memberikan cerita ini saat kuliah Sistem Pembangunan. Tentunya dnegan perubahan tanpa mengurangi maknanya.

Friday, September 24, 2010

Pameran pendidikan Kanisius


Silakan buat teman-teman siswa yang mau menedapatkan informasi pendidikan ke Perguruan Tinggi Dalam dan Luar Negeri

Ada seminar pendidikan dari Rhenald Kasali Ph.D
Pameran Perguruan Tinggi Dalam dan Luar Negeri
Presentasi Perguruan TInggi dan Jurusan
Gratis Toefl, Ielts dan SAT

Pembukaan : Atraksi angklung dan Tari Jaipong,...

Friday, September 17, 2010

Menyusun Kelas

Menyusun Kelas

Hampir 7 tahun yang lalu, saat pertama kali ikut menjadi tim pembuatan kelas saat kenaikan kelas, sempat bingung dan pusing. Maklum saat itu belum lama jadi guru Bimbingan Konseling di SMA Negeri 8 Jakarta. Pokoknya coba belajar dan cari tahu bagaimana cara pembuatan kelas. Hampir satu minggu cuma melihat data siswa, dari data akademik, jenis kelamin, asal sekolah, dunia percintaan, pertemanan siswa, permusuhan siswa, perkelompokan (gank,... hehhehe ada juga), bahkan agama bahkan kembaran serta special request. Untungnya data siswa itu ada, yang terkumpul selama setahun, melalui observasi atau pun hasil wawancara siswa.

Tulisan ini akan menjelaskan pembuatan kelas versi saya, dengan segudang kelemahan tentunya, tetapi minimal ini yang saya lakukan selama 5 tahun. Pembuatan kelas yang paling sulit adalah saat kenaikan kelas X ke kelas XI. Kalau kelas X dan kelas XI ke kelas XII tidaklah terlalu rumit, data sudah ada.

Pertama
Tentukan dulu tujuan pembuatan kelas tahun ini dengan melihat kurikulum, kondisi siswa, kemampuan akademik. Setiap tahun akan berbeda, tetapi yang saya lihat saat lima tahun tersebut adalah, tidak ada kelas unggulan. Tetapi masih dimungkinkan untung mengumpulkan anak ”pandai” dalam satu kelas. Menghidari sekali kelas ”gerombolan atau kambing hitam”. Di Tahun 1986-1987, kala menjadi siswa, di SMA Negeri 8 ada kelas dengan julukan LASPENDOS ( kelas penuh dosa,... serem juga). Saat itu kelas saya bernama Du fi du ( dua fisika dua, hehehhehe temannya scooby doo)

Kedua
Faktor akademik adalah unsur utama membuat pengkelasan. Siswa kelas X yang naik ke kelas XI IPA digabungkan dalam satu file urutkan berdasarkan rataan nilai total. Bisa juga dengan hanya melihat rataan IPA saja ( Mat – Fis – Kim – Bio), maka urutkan hanya untuk rataan 4 nilai tersebut saja. Jika rataan nilai total siswa bagus maka rataan nilai IPA pun biasanya akan bagus, saat itu kondisi siswa ”aman”. Tetapi kalau ada perbedaan signifikan, maka pelajaran di luar mata pelajaran IPA lah yang mendominasi nilai siswa, pada kondisi ini gunaka nilai rataan IPA saja.

Ketiga
Setelah itu buatlah dengan menggunakan excel, kelas XI A 1 – 40 , kelas XI B 1 – 40 dan seterusnya hinggga kelas XI J 1 – 40. Setiap kelas akan berisi 40 siswa secara penuh. Tetapi dengan aturan sebagai berikut :
1. kelas XI A nomor urut 1 – 10, kelas XI B nomor urut 1 – 10 hingga kelas XI J nomor urut 1 – 10 adalah siswa unggulan secara akademik. Jangan pernah mengganggu distribusi yang terjadi saat kelas ini mendapatkan siswa
2. Kelas XI A nomor urut 11 – 30, kelas XI B nomor urut 11 – 30 hingga kelas XI J nomor urut 11 – 30, adalah kelas yang bisa saling bertukar siswanya, hanya ke kelas di sampingnya, misalnya XI A ke kelas XI B, dan seterusnya. Pada bagian kelompok 20 inilah kita bisa memainkan kelas sesuai aturan yang akan kita pakai. Jadi ada 200 anak yang akan bisa ditolerir bahkan bisa dipaksa untuk pindah secara bersisian.
3. Kelompok terakhir, kelas XI A nomor urut 31 – 30, kelas XI B nomo urut 31 – 40 hingga kelas XI J nomor urut 31 – 40, ini merupakan siswa dengan ”kemampuan akademik terrendah”. Setiap siswa di nomor urut kelompok ini bisa dipindahkan ke kelas di mana pun, tidak harus ke kelas di sampingnya. Jangan kaget biasanya anak-anak dalam kelompok ini ”biasanya” sejenis. Tanpa kita kelompokan mereka sudah dalam kelompo tersendiri, misalnya keseringan remedial, keseringan terlambat, keseringan madol, keseringan tidak mengerjakan tugas, bahkan ada anak-anak yang cuek....

Keempat
Mulailah memasukan daftar anak-anak tersebut secara manual, dengan excel cukup tarik-tarik saja dengan mouse. Siswa dengan urutan nilai 1 – 10 distribusikan di nomor urut 1 pada setiap kelas, siswa urutan nilai 11 – 20 distribusikan di nomor urut 2, dan seterusnya sehingga ada 100 anak yang sudah masuk pada 10 kelas pada nomor urut 1 – 10 di tiap kelas. Para jawara telah tersebar, kelas aman, karena tutor sebaya telah ada disetiap kelas. Adanya tutor sebaya akan membantu guru dalam memberika materi pelajaran, tugas harian bahkan PR.

Kelima
Berikutnya adalah memasukan anak di setiap kelas untuk urutan 11 – 20. Pada urutan nilai siswa nomor 101 hingga 200, masukan ke kelas-kelas (XI A hingga XI J) dengan cara setiap 10 anak, yaitu 101 – 110, 111 – 120 dan seterusnya ke dalam kelas-kelas yang berbeda. Sehingga anak dengan urutan nilai 101 – 110 akan ada di kelas XI A, anak denga urutan 111 – 120 akan ada di kelas XI B, demikian seterusnya, sehingga anak dengan urutan 190 – 200 akan ada di kelas XI J.

Cluster berikutnya adalah kelas dengan urutan 21 - 30. Pada dasarnya sama dengan yang di atas untuk nomor 11 -20, distribusikan seperti itu. Sehingga anak dengan urutan 201 – 210 akan ada di kelas XI A, dan anak dengan urutan 290 – 300 akan ada di kelas XI J.

Keenam
Untuk kelas urutan 31 – 40 di setiap kelas gunakan pola pada langkah ke empat. Sedikit repot tetapiakan aman nantinya.

Ketujuh
Lihatlah distribusi agama dahulu, hal ini dilakaukan agar pada tidak ada agama dengan pemeluk yang tidak banyak akan terkonstrasi di satu kelas. Ini akan tidak nyaman saat pelajaran agama. Setelah siswa dengan agama tertentu di beri warna berbeda, baru kita lihat distribusi jenis kelamin. Perpindahan jenis kelamin atau pun agama siswa tetap menggunakan pola perpindahan setiap cluster/kelompok.

Saya sering menuliskan komposisi jenis kelamin di bawah daftar kelas, misalnya 15 (L) Laki-laki dan 25 Perempuan (P).

Kedelapan
Pada bagian inilah ”permaianan” dimulai. Tentukan dulu urutan perpindahan antar siswa
1. pasangan kekasih.... bubarkan,.. hahahah, maksudnya jangan sekelas. Tidak ada kalimat ” pak kalau sekelas, saya jadi bersemangat ....” jawab saya, ”iya nak, semangat pacaran...”.
2. Organisasi atau kelompok, jangan gabungan terlalu banyak anak Pengurus Osis tau PK atau pun kelompok ”lain-lain”. Dahulu di delapa ada anak-anak cantik yang berkumpul menjadi DELAROS (delapan ROS,.. bunga ros... memang cantik-cantik dan memang amat cantik-cantik... kalau yang seperti ini disebar, guru-guru yang muda jadi semangat mengajarnya,... hahahhaa untung saya udah nikah,..tepatnya baru kemaren...)
3. Anak-anak satu type: misalnya Gamer,.. pengaggum game online, pengaggum futsal, pengaggum starbuck,... hahaha, bahkan movie mania... bisa hilang tuh kelas saat ada konser atau premiere...
4. Special request,...anak yang satu Bimbingan Belajar, anak yang biang ribut, biang ngobrol, biang cabut dari kelas ke koperasi atau kantin,... tapi yang sholat dhuha bareng juga harus dipikirkan...Jangan keget nanti ada anak yang sakit bareng di UKS. Pokoknya data Bimbingan Konseling harus menyeluruh.

Kesembilan
Print out, 2 hingga 3x, berikan kepada beberapa siswa yang terpercaya, teman guru yang mengenal banyak siswa, dan guru-guru BK. Biasanya akan ada masukan-masukan baru, bahkan mungkin request baru. Tetap diingat aturan pembagain, pemindahan dan penentuan harus dilakukan dengan baik. Intinya ini kelas dibuat agar semua guru tetap nyaman saat mengajar dimana pun, setiap siswa akan terpenuhi akan materi, suasana kondusif dan kebersamaan kelas akan terjadi.

Saya harus mengakui ini bukan yang terbaik, tetapi minimal kita jadi mengetahui bahwa pembuatan kelas bukan hanya sekedar membagi siswa, siswa bukan benda jadi pikirkan juga kenyamanan dan kepuasan mereka. Jadi tidak ada siswa yang meminta dipindahkan kelasnya hanya karena sesuatu hal. Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan.

Menyusun Kelas

Hampir 7 tahun yang lalu, saat pertama kali ikut menjadi tim pembuatan kelas saat kenaikan kelas, sempat bingung dan pusing. Maklum saat itu belum lama jadi guru Bimbingan Konseling di SMA Negeri 8 Jakarta. Pokoknya coba belajar dan cari tahu bagaimana cara pembuatan kelas. Hampir satu minggu cuma melihat data siswa, dari data akademik, jenis kelamin, asal sekolah, dunia percintaan, pertemanan siswa, permusuhan siswa, perkelompokan (gank,... hehhehe ada juga), bahkan agama bahkan kembaran serta special request. Untungnya data siswa itu ada, yang terkumpul selama setahun, melalui observasi atau pun hasil wawancara siswa.

Tulisan ini akan menjelaskan pembuatan kelas versi saya, dengan segudang kelemahan tentunya, tetapi minimal ini yang saya lakukan selama 5 tahun. Pembuatan kelas yang paling sulit adalah saat kenaikan kelas X ke kelas XI. Kalau kelas X dan kelas XI ke kelas XII tidaklah terlalu rumit, data sudah ada.

Pertama
Tentukan dulu tujuan pembuatan kelas tahun ini dengan melihat kurikulum, kondisi siswa, kemampuan akademik. Setiap tahun akan berbeda, tetapi yang saya lihat saat lima tahun tersebut adalah, tidak ada kelas unggulan. Tetapi masih dimungkinkan untung mengumpulkan anak ”pandai” dalam satu kelas. Menghidari sekali kelas ”gerombolan atau kambing hitam”. Di Tahun 1986-1987, kala menjadi siswa, di SMA Negeri 8 ada kelas dengan julukan LASPENDOS ( kelas penuh dosa,... serem juga). Saat itu kelas saya bernama Du fi du ( dua fisika dua, hehehhehe temannya scooby doo)

Kedua
Faktor akademik adalah unsur utama membuat pengkelasan. Siswa kelas X yang naik ke kelas XI IPA digabungkan dalam satu file urutkan berdasarkan rataan nilai total. Bisa juga dengan hanya melihat rataan IPA saja ( Mat – Fis – Kim – Bio), maka urutkan hanya untuk rataan 4 nilai tersebut saja. Jika rataan nilai total siswa bagus maka rataan nilai IPA pun biasanya akan bagus, saat itu kondisi siswa ”aman”. Tetapi kalau ada perbedaan signifikan, maka pelajaran di luar mata pelajaran IPA lah yang mendominasi nilai siswa, pada kondisi ini gunaka nilai rataan IPA saja.

Ketiga
Setelah itu buatlah dengan menggunakan excel, kelas XI A 1 – 40 , kelas XI B 1 – 40 dan seterusnya hinggga kelas XI J 1 – 40. Setiap kelas akan berisi 40 siswa secara penuh. Tetapi dengan aturan sebagai berikut :
1. kelas XI A nomor urut 1 – 10, kelas XI B nomor urut 1 – 10 hingga kelas XI J nomor urut 1 – 10 adalah siswa unggulan secara akademik. Jangan pernah mengganggu distribusi yang terjadi saat kelas ini mendapatkan siswa
2. Kelas XI A nomor urut 11 – 30, kelas XI B nomor urut 11 – 30 hingga kelas XI J nomor urut 11 – 30, adalah kelas yang bisa saling bertukar siswanya, hanya ke kelas di sampingnya, misalnya XI A ke kelas XI B, dan seterusnya. Pada bagian kelompok 20 inilah kita bisa memainkan kelas sesuai aturan yang akan kita pakai. Jadi ada 200 anak yang akan bisa ditolerir bahkan bisa dipaksa untuk pindah secara bersisian.
3. Kelompok terakhir, kelas XI A nomor urut 31 – 30, kelas XI B nomo urut 31 – 40 hingga kelas XI J nomor urut 31 – 40, ini merupakan siswa dengan ”kemampuan akademik terrendah”. Setiap siswa di nomor urut kelompok ini bisa dipindahkan ke kelas di mana pun, tidak harus ke kelas di sampingnya. Jangan kaget biasanya anak-anak dalam kelompok ini ”biasanya” sejenis. Tanpa kita kelompokan mereka sudah dalam kelompo tersendiri, misalnya keseringan remedial, keseringan terlambat, keseringan madol, keseringan tidak mengerjakan tugas, bahkan ada anak-anak yang cuek....

Keempat
Mulailah memasukan daftar anak-anak tersebut secara manual, dengan excel cukup tarik-tarik saja dengan mouse. Siswa dengan urutan nilai 1 – 10 distribusikan di nomor urut 1 pada setiap kelas, siswa urutan nilai 11 – 20 distribusikan di nomor urut 2, dan seterusnya sehingga ada 100 anak yang sudah masuk pada 10 kelas pada nomor urut 1 – 10 di tiap kelas. Para jawara telah tersebar, kelas aman, karena tutor sebaya telah ada disetiap kelas. Adanya tutor sebaya akan membantu guru dalam memberika materi pelajaran, tugas harian bahkan PR.

Kelima
Berikutnya adalah memasukan anak di setiap kelas untuk urutan 11 – 20. Pada urutan nilai siswa nomor 101 hingga 200, masukan ke kelas-kelas (XI A hingga XI J) dengan cara setiap 10 anak, yaitu 101 – 110, 111 – 120 dan seterusnya ke dalam kelas-kelas yang berbeda. Sehingga anak dengan urutan nilai 101 – 110 akan ada di kelas XI A, anak denga urutan 111 – 120 akan ada di kelas XI B, demikian seterusnya, sehingga anak dengan urutan 190 – 200 akan ada di kelas XI J.

Cluster berikutnya adalah kelas dengan urutan 21 - 30. Pada dasarnya sama dengan yang di atas untuk nomor 11 -20, distribusikan seperti itu. Sehingga anak dengan urutan 201 – 210 akan ada di kelas XI A, dan anak dengan urutan 290 – 300 akan ada di kelas XI J.

Keenam
Untuk kelas urutan 31 – 40 di setiap kelas gunakan pola pada langkah ke empat. Sedikit repot tetapiakan aman nantinya.

Ketujuh
Lihatlah distribusi agama dahulu, hal ini dilakaukan agar pada tidak ada agama dengan pemeluk yang tidak banyak akan terkonstrasi di satu kelas. Ini akan tidak nyaman saat pelajaran agama. Setelah siswa dengan agama tertentu di beri warna berbeda, baru kita lihat distribusi jenis kelamin. Perpindahan jenis kelamin atau pun agama siswa tetap menggunakan pola perpindahan setiap cluster/kelompok.

Saya sering menuliskan komposisi jenis kelamin di bawah daftar kelas, misalnya 15 (L) Laki-laki dan 25 Perempuan (P).

Kedelapan
Pada bagian inilah ”permaianan” dimulai. Tentukan dulu urutan perpindahan antar siswa
1. pasangan kekasih.... bubarkan,.. hahahah, maksudnya jangan sekelas. Tidak ada kalimat ” pak kalau sekelas, saya jadi bersemangat ....” jawab saya, ”iya nak, semangat pacaran...”.
2. Organisasi atau kelompok, jangan gabungan terlalu banyak anak Pengurus Osis tau PK atau pun kelompok ”lain-lain”. Dahulu di delapa ada anak-anak cantik yang berkumpul menjadi DELAROS (delapan ROS,.. bunga ros... memang cantik-cantik dan memang amat cantik-cantik... kalau yang seperti ini disebar, guru-guru yang muda jadi semangat mengajarnya,... hahahhaa untung saya udah nikah,..tepatnya baru kemaren...)
3. Anak-anak satu type: misalnya Gamer,.. pengaggum game online, pengaggum futsal, pengaggum starbuck,... hahaha, bahkan movie mania... bisa hilang tuh kelas saat ada konser atau premiere...
4. Special request,...anak yang satu Bimbingan Belajar, anak yang biang ribut, biang ngobrol, biang cabut dari kelas ke koperasi atau kantin,... tapi yang sholat dhuha bareng juga harus dipikirkan...Jangan keget nanti ada anak yang sakit bareng di UKS. Pokoknya data Bimbingan Konseling harus menyeluruh.

Kesembilan
Print out, 2 hingga 3x, berikan kepada beberapa siswa yang terpercaya, teman guru yang mengenal banyak siswa, dan guru-guru BK. Biasanya akan ada masukan-masukan baru, bahkan mungkin request baru. Tetap diingat aturan pembagain, pemindahan dan penentuan harus dilakukan dengan baik. Intinya ini kelas dibuat agar semua guru tetap nyaman saat mengajar dimana pun, setiap siswa akan terpenuhi akan materi, suasana kondusif dan kebersamaan kelas akan terjadi.

Saya harus mengakui ini bukan yang terbaik, tetapi minimal kita jadi mengetahui bahwa pembuatan kelas bukan hanya sekedar membagi siswa, siswa bukan benda jadi pikirkan juga kenyamanan dan kepuasan mereka. Jadi tidak ada siswa yang meminta dipindahkan kelasnya hanya karena sesuatu hal. Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan.

Tuesday, September 14, 2010

Masa Orientasi Siswa

Masa orientasi siswa adalah kegiatan awal di semua SMA Negeri di Jakarta. Tetapi berbeda sekali dengan sekolah lain, sudah hampir 4 angkatan SMA Negeri 8 Jakarta menggunakan pendekatan yang berbeda. Tidak ada panitia dari siswa senior menjadikan tujuan MOS sesuai arahan pihak dinas pendidikan DKI menjadi tepat guna. Orientasi siswa menjadikan siswa mengetahui perubahan yang ada, dari sikap sebagai siswa SMP menjadi siswa yang lebih bertanggung jawab. Setelah MOS, SMA Negeri 8 Jakarta akan membekali siswa dengan LDK (Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa) dan Pesantren Kilat. Saat legiatan MOS berlangsung, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, untuk tahun ini saya tidak ikut serta karena sedang menjalani perjalanan sebagai anak manusia,.... pernikahan. Semoga foto-foto berikut dapat memberi gambaran tentang MOS dan lainnya.

Sunday, September 12, 2010

Pemimpin yang adil penghuni syurga

Dua puluhlima tahun yang lalu, saat saya kelas 1 di sebuah SMA kawasan Bukitduri, saya diminta secara aklamasi untuk menjadi ketua Panitia Kurban. Seorang siswa yang belum genap satu tahun mengenal mesjid, rohis dank urban. Berkegiatan di mesjid merupakan pilihan saya, karena selama di SD dan SMP saya beraktivitas di pramuka dan majalah dinding. Saat itu OSIS periode XXI, sang ketua rohis meminta saya untuk mengatur sebbaik-baiknya. Arahan diberikan hampir setiap bertemu sebelumshalat ashar. Setelah semua panitia bekoordinasi, saya bertemu dengan Pak Ali Umar (Almarhum) guru agama Islam yang menjadi pembina kegiatan PHBI (peringatan Hari Besar Islam).

Banyak nasehat beliau, tetapi yang paling saya kenang adalah : sampaikan hewan kurban ke rumah-rumah penduduk yang termasuk fakir miskin, jangan kumpulkan mereka di sekolah. Malu rasanya kalau fakir miskin dibariskan hanya untik 1 -2 kg daging kambing atau sapi.

Entah beberapa tahun yang lalu, terdengar heboh : 3 orang tewas mengantri zakat di kabupaten x di Jawa Timur. Berita itu sedemikian menusuk hati. Bayangkan mereka meregang nyawa hanya karena zakat fitrah, yang seharusnya menjadi hak mereka. Sebuah pertarungan yang sia-sia. Akhir berita, yang memberi zakat dan panitia diputuskan bersalah dan ditahan, karena lalai sehingga berakibat kepada keselamatan orang lain.

Syahdan kata hikayat, berabad-abad yang lalu seorang khalifah yang telah merasa berhasil akan kepemimpinannya, berusaha mencari info secara langsung. Sang khalifah dengan penyamaran yang tidak diketahui para pengawalnya berjalan-jalan di wilayah perkampungan sebuah wilayah. Jalan demi jalan, perumahan demi perumahan telah dia lalui, semua orang tertidur pulas, mungkin karena kemakmuran telah membuat penduduk nyaman untuk hidup. Tetapi kenyataan memang selalu tidak sama dengan yang kita pikirkan. Measuki perkampungan berikut, sang khalifah mendengar tangis anak kecil dan sebuah gubuk yang masih terlihat terang, dengan perapian yang masih menyala.

Tangisan anak kecil tersebut mengundang sang khalifah untuk berkunjung ke rumah tersebut. Setelah mengetuk pintu dan mengucapkan salam, terbukalah pintu gubuk itu. Tampak seorang tua rentah, dengan wajah yang masih mampu bertahan hidup mempersilakan sang khalifah masuk. Singkat pembicaraan, obrolan semakin lama, sang khalifah bertanya : sedang masak apa ? Orang tua tersebut tersenyum dengan wajah tuanya, : saya sedang memasak batu, saya berharap anak-anak dapat tertidur pulas karena menunggu batu ini matang. Karena mereka tidak tahu yang saya masak adalah batu.

Sang khalifah terkaget-kaget. Bahkan lebih kaget saat orang tua tersebut menyampaikan keluhannya tentang sang khalifah. ”mungkin sang khaifah sedang tertidur karena kecapaian mengurus bangsa dan negara ini.” Tanpa berlama-lama, sang khalifah berpamit pulang untuk menuju baitul mal. Sang penjaga sangat bingung karena sang khalifah bermalam-malam mengambil satu karung gandum, memanggul karung tersebut menuju gubuk tersebut. Sang khalifah sadar, ternyata rakyat yang dia pimpin masih ada yang miskin dan menjadi tanggung jawabnya. Yang lebih menyakitkan orang tua tersebut harus berbohong kepada anak-anaknya, tentunya sang khalifah tidak ingin dimurkai Allah di padang Masyar kelak.

Dua setengah prosen adalah kewajiban yang Allah perintahkan kepada kita. Itu adalah hak fakir miskin, yatim piatu, ibnu sabil dan lainnya. Nilainya kecil, tetapi dihadapan Allah itu adalah penghapus dari kotoran dalam rizqi kita. Muhammad adalah orang yang tidak pernah menghardik anak yatim, beliau bahkan memuliakannya. Bahkan beliau mengangkat mereka menjadi anak sendiri.

Kematian seorang anak manusia demi uang seratus ribu atau pun lebih kecil dari itu, mengumpulkan fakir miskin dalam acara apa pun tidak pernah diajarkan rasulullah. Seharusnya kita malu mengumpulkan saudara kita untuk berbarisa, datangi, berikan hak mereka, insya Allah berkah. Pemimpin yang adil, akan tertidur pulas saat dia tahu seluruh rakyatnya telah makan, pemimpin yang adil akan berpakaian indah setelah tahu seluruh rakyatnya tidak kedingiinan dan masuk angin karena tidak ada selembar kain pun yang menutup tubuhnya.

Andaikan BAZIS berjalan dengan benar, semua umat mengumpulkan zakat dengan tidak mengharapkan untuk dilihat orang sehingga menaikkan citra, rasanya keiklashan akan menjadi modal dasar pemimpin yang adil penghuni syurga Allah. Jangan ada lagi seorang ibu yang menggendong mayat anaknya di kereta api, jangan ada lagi anak manusia di neger ini ditanyakan ada uang jaminan saat masuk ICU rumah sakit manapun, jangan ada lagi seorang siswa SD dikeluarkan dari sekolah karena bermasalah dengan bayaran sekolah. Jangan ada ketakutan dicaci maki anak bangsa, jangan sampai Allah yang melaknat kita. Semoga jadi bahan renungan.

Saturday, September 11, 2010

Pemimpin yang adil penghuni syurga

Dua puluhlima tahun yang lalu, saat saya kelas 1 di sebuah SMA kawasan Bukitduri, saya diminta secara aklamasi untuk menjadi ketua Panitia Kurban. Seorang siswa yang belum genap satu tahun mengenal mesjid, rohis dank urban. Berkegiatan di mesjid merupakan pilihan saya, karena selama di SD dan SMP saya beraktivitas di pramuka dan majalah dinding. Saat itu OSIS periode XXI, sang ketua rohis meminta saya untuk mengatur sebbaik-baiknya. Arahan diberikan hampir setiap bertemu sebelumshalat ashar. Setelah semua panitia bekoordinasi, saya bertemu dengan Pak Ali Umar (Almarhum) guru agama Islam yang menjadi pembina kegiatan PHBI (peringatan Hari Besar Islam).

Banyak nasehat beliau, tetapi yang paling saya kenang adalah : sampaikan hewan kurban ke rumah-rumah penduduk yang termasuk fakir miskin, jangan kumpulkan mereka di sekolah. Malu rasanya kalau fakir miskin dibariskan hanya untik 1 -2 kg daging kambing atau sapi.

Entah beberapa tahun yang lalu, terdengar heboh : 3 orang tewas mengantri zakat di kabupaten x di Jawa Timur. Berita itu sedemikian menusuk hati. Bayangkan mereka meregang nyawa hanya karena zakat fitrah, yang seharusnya menjadi hak mereka. Sebuah pertarungan yang sia-sia. Akhir berita, yang memberi zakat dan panitia diputuskan bersalah dan ditahan, karena lalai sehingga berakibat kepada keselamatan orang lain.

Syahdan kata hikayat, berabad-abad yang lalu seorang khalifah yang telah merasa berhasil akan kepemimpinannya, berusaha mencari info secara langsung. Sang khalifah dengan penyamaran yang tidak diketahui para pengawalnya berjalan-jalan di wilayah perkampungan sebuah wilayah. Jalan demi jalan, perumahan demi perumahan telah dia lalui, semua orang tertidur pulas, mungkin karena kemakmuran telah membuat penduduk nyaman untuk hidup. Tetapi kenyataan memang selalu tidak sama dengan yang kita pikirkan. Measuki perkampungan berikut, sang khalifah mendengar tangis anak kecil dan sebuah gubuk yang masih terlihat terang, dengan perapian yang masih menyala.

Tangisan anak kecil tersebut mengundang sang khalifah untuk berkunjung ke rumah tersebut. Setelah mengetuk pintu dan mengucapkan salam, terbukalah pintu gubuk itu. Tampak seorang tua rentah, dengan wajah yang masih mampu bertahan hidup mempersilakan sang khalifah masuk. Singkat pembicaraan, obrolan semakin lama, sang khalifah bertanya : sedang masak apa ? Orang tua tersebut tersenyum dengan wajah tuanya, : saya sedang memasak batu, saya berharap anak-anak dapat tertidur pulas karena menunggu batu ini matang. Karena mereka tidak tahu yang saya masak adalah batu.

Sang khalifah terkaget-kaget. Bahkan lebih kaget saat orang tua tersebut menyampaikan keluhannya tentang sang khalifah. ”mungkin sang khaifah sedang tertidur karena kecapaian mengurus bangsa dan negara ini.” Tanpa berlama-lama, sang khalifah berpamit pulang untuk menuju baitul mal. Sang penjaga sangat bingung karena sang khalifah bermalam-malam mengambil satu karung gandum, memanggul karung tersebut menuju gubuk tersebut. Sang khalifah sadar, ternyata rakyat yang dia pimpin masih ada yang miskin dan menjadi tanggung jawabnya. Yang lebih menyakitkan orang tua tersebut harus berbohong kepada anak-anaknya, tentunya sang khalifah tidak ingin dimurkai Allah di padang Masyar kelak.

Dua setengah prosen adalah kewajiban yang Allah perintahkan kepada kita. Itu adalah hak fakir miskin, yatim piatu, ibnu sabil dan lainnya. Nilainya kecil, tetapi dihadapan Allah itu adalah penghapus dari kotoran dalam rizqi kita. Muhammad adalah orang yang tidak pernah menghardik anak yatim, beliau bahkan memuliakannya. Bahkan beliau mengangkat mereka menjadi anak sendiri.

Kematian seorang anak manusia demi uang seratus ribu atau pun lebih kecil dari itu, mengumpulkan fakir miskin dalam acara apa pun tidak pernah diajarkan rasulullah. Seharusnya kita malu mengumpulkan saudara kita untuk berbarisa, datangi, berikan hak mereka, insya Allah berkah. Pemimpin yang adil, akan tertidur pulas saat dia tahu seluruh rakyatnya telah makan, pemimpin yang adil akan berpakaian indah setelah tahu seluruh rakyatnya tidak kedingiinan dan masuk angin karena tidak ada selembar kain pun yang menutup tubuhnya.

Andaikan BAZIS berjalan dengan benar, semua umat mengumpulkan zakat dengan tidak mengharapkan untuk dilihat orang sehingga menaikkan citra, rasanya keiklashan akan menjadi modal dasar pemimpin yang adil penghuni syurga Allah. Jangan ada lagi seorang ibu yang menggendong mayat anaknya di kereta api, jangan ada lagi anak manusia di neger ini ditanyakan ada uang jaminan saat masuk ICU rumah sakit manapun, jangan ada lagi seorang siswa SD dikeluarkan dari sekolah karena bermasalah dengan bayaran sekolah. Jangan ada ketakutan dicaci maki anak bangsa, jangan sampai Allah yang melaknat kita. Semoga jadi bahan renungan.